NovelToon NovelToon

Benua Naga Hitam

Tiga Tahun

Bukit Barisan, Desa Naga Langit. 

Seorang laki-laki tampan dengan tubuh berotot dan sangat proporsional terlihat berdiri di atas bukit dan memandang desa Naga Langit yang berada di bawah bukit barisan. Pemuda itu tersenyum kecil melihat desa Naga Langit yang begitu indah dengan hamparan padi yang menguning dan berbagai bangunan tinggi di beberapa tempat strategis. Pemuda itu memejamkan matanya dan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya dengan pelan.

Pemuda itu bernama Augreen Ran yang baru berusia 17 tahun 5 hari. Augreen Ran dikenal sebagai sampah klan Ran karena tidak memiliki inti energi yang merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seseorang untuk menginjakkan kaki di dunia praktisi. Seseorang yang memiliki inti energi akan dapat mengolah energi alam menjadi energi tenaga dalam atau praktisi penyihir menyebutnya sebagai energi sihir (mana). Artinya jika tidak memiliki inti energi maka orang tersebut ditakdirkan sebagai sampah, sesuatu yang paling hina di dalam sistem klan besar seperti klan Ran.

Tiga tahun yang lalu Augreen Ran diusir oleh ayahnya yang merupakan kepala klan Ran. Pemuda itu diusir dengan alasan ayahnya tersebut malu memiliki seorang putra sampah yang tidak memiliki inti energi dan ditakdirkan sebagai manusia biasa. Augreen Ran yang diusir oleh ayahnya tersebut mau tidak mau harus pergi saat itu, meskipun kakek dan neneknya mencoba mencegahnya agar tidak pergi, namun apa daya ayahnya sudah bertekad mengusir Augreen Ran dari klan Ran yang terhormat.  

Setelah tiga tahun berlalu Augreen Ran kembali ke desa Naga Langit dan berdiri dengan gagahnya di bukit barisan sembari memandang desa Naga Langit yang terlihat begitu tenang dan sangat sejuk.

"Sudah tiga tahun lamanya aku diusir dari desa oleh orang tua sialan itu. Selain bertambahnya beberapa bangunan tinggi, tampaknya tidak ada perubahan yang terlalu mencolok di desa setelah tiga tahun berlalu. Desa ini lebih mirip seperti kota tak berkembang." Komentar Augreen menikmati terpaan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati ke wajah tegasnya.

Augreen Ran membuka matanya dan melihat ke bawah bukit dengan senyuman kecil, lalu terjun bebas tanpa aba-aba dengan wajah tenang dan tersenyum lebar. Pemuda itu terlihat sangat menikmati sensasi adrenalin yang terpacu dan sangat mendebarkan. Adrenalin Augreen Ran semakin terpacu ketika tubuhnya semakin dekat dan lebih dekat membentur tanah bebatuan tajam di bawah bukit.

"Kakek, nenek, cucumu datang!" Gumam Augreen memberikan tanda energi ke sebuah batu kerikil yang sedari awal di genggamannya, lalu melemparnya ke samping dengan santai dan begitu tenang. 

"Tukar!" Dengus Augreen menggunakan teknik pertukaran yang dia dapatkan setelah menaklukkan salah satu gerbang ujian Pengakuan Ghaib dari Tombak Naga Kutukan. 

Swash! 

Beberapa detik sebelum menabrak batu besar tajam di bawah bukit Augreen Ran bertukar posisi dengan batu kerikil yang dilempar tersebut, lalu mendarat sempurna tanpa mengalami cedera sedikitpun. Augreen dapat bernafas lega karena mendarat dengan sangat baik dan sempurna, jika gagal sedikit saja laju gravitasi akan membunuhnya jika terbentur tanah berbatu tajam tersebut, karena bagaimanapun tinggi bukit mencapai 200 meter lebih.

Augreen menghela nafas pelan dengan jantung yang berdebar kencang dan adrenalin yang masih terpacu. "Sungguh menegangkan sekali. Untungnya tidak ada kegagalan ketika bertukar, jika tidak orang itu mungkin akan menari bahagia malam nanti atas kematian ku yang tragis dan konyol." Ucap Derrick membayangkan wajah bahagia ayahnya ketika tahu dia mati.  

Augreen Ran langsung menarik perhatian warga desa ketika memasuki bagian tengah desa Naga Langit dengan langkah mantap dan sangat berwibawa. Warga desa mengira Augreen adalah seorang pendekar pengembara, seorang penyihir yang terhormat, atau mungkin seorang pemburu iblis aliansi yang datang ke desa karena suatu misi. Anggapan-anggapan liar itu terjadi karena tidak ada satupun warga desa yang mengenal Augreen Ran yang memiliki wajah tampan rupawan, mengenakan pakaian terbaik bersulam emas, dan terlihat begitu berwibawa sangat jauh berbeda dari 3 tahun lalu saat Augreen masih sangat gemuk dan penampilan acak-acakan.

"Dia tampan sekali. Siapakah dia? Apakah dia seorang pemburu iblis?" Tanya seorang wanita muda dengan penasaran. 

"Itu tidak mungkin, dia lebih mirip seperti seorang pangeran. Wajahnya yang begitu tampan sudah menjadi buktinya. Mana mungkin seorang pangeran menjadi pemburu iblis yang suka mengabaikan keluarganya." Balas wanita muda lainnya. 

“Jangan karena ayahmu yang bodoh itu, kamu menganggap semua pemburu iblis sama saja. Asal kamu tahu saja, seorang pangeran juga ada yang menjadi pemburu iblis. Bahkan pangeran kerajaan Kano harus menjadi pemburu iblis jika ingin naik tahta menjadi raja Kano.” Protes wanita pertama. 

"Siapa pangeran tampan tersebut, apakah dia pangeran berkuda putihku?" Ucap wanita lainnya dengan mata berbinar. 

"Dari keluarga besar mana dia berasal?" Tanya yang lainnya. 

Celetukan beberapa wanita yang terpesona dengan ketampanan Augreen Ran yang sangat glow up dari penampilannya dulu. Mereka seakan tersihir oleh pesona Augreen hingga membuat pasangan mereka merasa diabaikan dan tersaingi oleh kehadiran Augreen yang memang tampan dan sangat berwibawa.

"Wajahnya terlihat sangat familiar. Tapi siapa dan dimana aku pernah melihatnya?" Celetuk seorang pemuda yang merasa mengenal Augreen Ran ketika melihat lekat-lekat. 

"Sayang, kamu mengenal pria tampan tersebut? Siapa dia? Dari keluarga besar mana dia berasal?" Tanya pacar pemuda tersebut dengan sangat bersemangat hingga membuat pemuda itu sangat kesal dan marah.

"Ah… aku ingat sekarang." Pemuda itu akhirnya mengingat siapa Augreen Ran setelah berpikir beberapa saat, ada senyuman menghina di wajahnya.

"Aku ingat sekarang. Dia Augreen Ran tuan muda sampah dari klan Ran salah satu 7 keluarga besar desa Naga Langit. Rumornya tiga tahun lalu dia kabur dari klan karena malu dan tidak memiliki harga diri. Kenapa dia kembali sekarang?" Ucap dan tanya pemuda tersebut dengan senyum menghina dan merendahkan.

Perkataan pemuda itu menggemparkan semua orang yang ada di sana. Para wanita yang kagum seketika merasa jijik dengan Augreen Ran karena statusnya yang sampah klan. Sementara para pria hanya tersenyum kecil menanggapi status Augreen Ran yang memang agak mengerikan di dunia yang sangat keras ini. 

"Tuan muda sampah? Lalu apa gunanya berwajah tampan jika terlahir menjadi manusia biasa?" 

"Sungguh disayangkan, pemuda setampan ini ternyata seorang sampah."

“Kukira dia seorang pemburu iblis yang terhormat, ternyata seorang sampah klan. Menjijikkan!” 

"Haha, kenapa diam saja? Bukankah kamu menyukainya, cepat kejar dan berkenalan dengannya. Siapa tahu dia akan tertarik denganmu.”

"Bagaimana bisa aku tertarik dengan seorang sampah hanya karena wajah? Penampilan benar-benar menipu."

Terdengar berbagai respon yang tidak mengenakkan di telinga Augreen Ran yang terus melangkah maju. Ada yang terang-terangan menghina, ada yang merasa jijik, dan ada juga pemuda yang mendorong wanitanya untuk berkenalan. Hal itu membuat Augreen sakit hati dan ingin membunuh mereka semua, namun tidak ada untungnya sama sekali, yang ada malah sebuah kerugian, karenanya Augreen hanya bisa mengabaikannya dan menelan semua hinaan tersebut. 

"Heiheihei. Bukankah kamu sampah dari klan Ran yang tiba-tiba menghilang secara misterius tiga tahun lalu? Aku kira kamu mati dieksekusi oleh klan Ran, karena tidak ingin menanggung malu, tidak diduga kamu masih hidup. Kemana saja kamu selama tiga tahun ini, sampah?" Ucap dan tanya Geri yang tak sengaja bertemu dengan Augreen Ran saat sedang jalan-jalan mengelilingi desa sembari mencari seorang gadis untuk dirusak.

“Ah, benar juga siapa namamu? Augreen… Derri… hm, benar juga namamu Augreen. Sungguh nama yang sangat besar, namun tidak dengan orangnya.” Ucap Geri kembali dan membuat tawa pecah di kerumunan warga desa yang menyaksikan. 

Geri sendiri adalah putra tertua dari Edi Rizki yang merupakan kepala klan Rizki. Dimana klan Rizki juga merupakan salah satu dari tujuh klan besar desa Naga Langit dan berada di peringkat keempat dalam tujuh klan besar Desa Naga Langit. 

“Geri?” Augreen melirik dingin. 

Augreen yang tidak terganggu dengan orang-orang disekitarnya dikejutkan dengan keberadaan Geri yang merupakan orang yang paling sering mengganggunya di masa lalu. Wajah Geri yang sombong dan congkak membuat tangan Augreen gatal ingin memukul, namun Augreen bisa bersikap tenang dan menyembunyikan amarahnya yang sedang meluap-luap.

Augreen mengabaikan Geri dan terus melangkah melewati Geri yang menghadang jalannya. Geri yang merasa diabaikan sontak naik pitam dan sangat marah dengan sikap Augreen yang sangat sombong. 

"Hei sampah! Kamu mau kemana, kenapa buru-buru sekali?" Pekik Geri bertanya dengan tidak puas. 

Augreen tidak peduli.

"Sudah tiga tahun berlalu, sifatmu masih sama saja seperti dulu dan tidak pernah berubah. Kamu masih tidak mengerti statusmu sebagai sampah yang harus menghormatiku. Berlutut sekarang atau aku akan mematahkan kedua kakimu, sampah!" Pekik Geri geram karena untuk kesekian kalinya Augreen mengabaikannya.

"Cih, sungguh tidak masuk akal." Dengus Augreen tanpa berniat menghentikan langkahnya.

"Apakah kamu sudah lupa bagaimana caraku memberimu pelajaran karena tidak mau berlutut dan memohon kepadaku. Apakah kamu ingin mengingatnya kembali?" Tanya Geri dengan nada merendahkan.

“Sampah! Berlutut dan memohonlah kepadaku atau kamu akan menerima akibatnya!” Ancam Geri kembali. 

"Menerima akibatnya?" Augreen menghentikan langkahnya.

Augreen tentu masih ingat ketika dia ditindas oleh Geri tiga tahun lalu. Saat itu dia selalu menolak tunduk dan memohon kepada Geri untuk memberikan jalan ketika mereka berpapasan di jalan. Dimana pada akhirnya Augreen dihajar habis-habisan oleh anak buah Geri karena menolak tunduk dan memohon pengampunan Geri.

“Kamu hanyalah manusia tidak berguna dan selalu mengandalkan orang lain untuk menindas. Jangan sok hebat dihadapanku, sialan!” Ucap Augreen dingin dan melanjutkan langkahnya dengan mantap. 

“Kalian patahkan kedua kaki bocah itu dan buatlah dia berlutut di bawah kakiku.” Pekik Geri memerintah karena dihina oleh Augreen sesuai dengan faktanya. 

"Lihatlah pria tidak berguna ini, masih sama seperti dulu. Selalu mengandalkan orang lain, tapi masih berani bersikap sombong. Jika kamu memiliki kemampuan maka lakukan sendiri dengan tanganmu. Aku ingin melihat seberapa hebatnya kamu setelah tiga tahun ini. Jangan hanya bisa memerintahkan bawahan lemah mu itu. Pengecut!" Ujar Augreen disertai umpatan dan hinaan.

Sontak saja perkataan Augreen Ran membuat gempar semua orang, karena mereka semua tahu Geri adalah tipikal orang yang suka menindas orang yang lebih lemah darinya. Geri selalu menghajar siapapun yang melawannya, apalagi menghinanya. Jika ada yang melawan Geri akan berlindung di bawah ketiak bawahannya, dan jika belum cukup Geri akan mengandalkan status klan Rizki. 

Kerumunan warga yang menonton mulai berbisik-bisik dan menunggu apa yang akan dilakukan tuan muda Rizki, namun mereka semua dapat menebak hasil akhirnya.

"Habislah sudah. Si sampah itu berani menghina dan membuat tuan muda Geri sangat marah. Dia sudah berakhir sama seperti yang sudah-sudah.” Ucap seseorang berbisik kepada temannya ketika melihat Geri tertunduk marah dengan wajah semerah tomat dan tangan mengepal bergetar. 

"Hais… Sampah ini baru saja pulang setelah menghilang selama tiga tahun, tapi sudah membuat tuan muda Geri sangat marah. Hidup sampah ini sudah berakhir dan tidak bisa diselamatkan lagi." Bisik yang lainnya prihatin kepada Augreen Ran.

“Belum tentu, bagaimanapun dia adalah putra tertua klan Ran yang terhormat. Meskipun anggota klan Ran membencinya, tapi dia tetaplah bagian dari klan itu. Klan Ran tidak akan membiarkan siapapun yang menghina salah satu anggota mereka, apalagi tuan muda mereka. Aku rasa tuan muda Geri tidak akan berani bertindak gegabah.” Balas temannya dengan tenang. 

Augreen tidak peduli sama sekali dengan semua orang yang gaduh. Dia lebih memilih melangkahkan kaki menuju kediaman klan Ran dan menemui kakek-neneknya yang sangat dia rindukan selama tiga tahun dalam pelatihan di bawah bimbingan seorang guru.

"Berhenti! Siapa yang menyuruhmu pergi, sampah!!!" Teriak Geri dengan sangat lantang, namun Augreen tidak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya.

Melihat itu sontak saja Geri semakin marah dan naik pitam. "Hentikan sampah itu, patahkan kedua kaki dan kedua tangannya, buat dia berlutut di kakiku, sekarang juga!" Perintah Geri kepada tiga orang bawahannya dengan kejam tanpa belas kasihan.

Tiga pengawal Geri mengangguk kecil menanggapi perintah tuan mudanya tersebut.  Mereka segera mengejar Augreen yang semakin menjauh dari posisi mereka berada.

"Tunggu anak muda." Cegah salah satu pengawal yang berhasil menyusul dan memegang bahu Augreen.

Augreen melirik pengawal itu dengan lirikan tajam menusuk tulang, pengawal itu bergidik ngeri dibuatnya dan tanpa sadar mundur kebelakang beberapa langkah.

"Cepat berlutut dan minta pengampunan kepada tuan muda Geri, mungkin saja tuan muda akan mengampuni kesalahanmu." Ucap pengawal itu dengan sombong. 

Augreen tidak peduli dan melanjutkan langkahnya.

"Kamu... dasar sampah tak berguna!" Pengawal itu marah dan mencabut pedangnya, lalu menebas Augreen.

Whush!

Pengawal itu hanya menebas angin karena Augreen sudah berpindah dengan cepat ke sampingnya, lalu meninju wajah pengawal itu hingga terhempas.

Bang!

Pengawal itu terhempas cukup jauh akibat pukulan telak tepat diwajah, beberapa gigi pengawal itu bahkan patah dibuatnya.

"Sialan!" Umpat pengawal marah meludahkan giginya yang patah. Pengawal itu dengan penuh dendam menyerang balik Augreen diikuti dua pengawal lainnya.

"Kalian yang memintanya." Ucap Augreen dingin dan dengan cepat menyambut mereka dengan tinjunya.

Dalam beberapa pertukaran jurus saja Augreen mampu menumbangkan tiga pengawal dan membuat mereka babak belur tidak dapat lagi memegang pedang. Augreen menatap tajam Geri yang tercengang melihat tiga bawahannya kalah dengan mudah. 

"Geri, apa yang bisa kamu lakukan sekarang? Memanggil ayahmu kesini untuk menindas? Dasar tidak berguna.” Ucap Augreen dingin mengayunkan tangannya yang membentuk pisau. 

"Augreen tunggu..." Pekik Geri ketakutan.

Crash!

Ayunan tangan itu membentuk tebasan energi seperti sabit dan langsung menebas Geri yang tidak siap karena masih terkejut melihat Augreen mampu menumbangkan tiga bawahannya dengan sangat mudah.

"Argh!!! Ahhh!!!" Pekik Geri kesakitan ketika tubuhnya tertebas tebasan energi Augreen cukup dalam.

Geri terdorong jauh membentur rumah warga dengan keras hingga membuatnya seketika pingsan akibat tebasan energi Augreen yang sangat kuat tersebut. Beruntung bagi Geri karena energi tebasan itu menghilang jika tidak Geri mungkin akan terdorong lebih jauh lagi, bahkan tubuhnya mungkin terpotong.

Bersambung.

Zero Ran

Setelah menghajar Geri hingga pingsan dengan luka tebas di dada, Augreen Ran mendengus dingin dan melanjutkan langkahnya menuju kediaman klan Ran untuk menemui kakek dan neneknya. Augreen tidak peduli dengan tatapan ketakutan orang-orang kepadanya, bahkan Augreen tidak peduli dengan orang-orang yang mengutuknya karena telah memukul Geri putra kepala keluarga Rizki hingga pingsan dan muntah darah.

"Bukankah kamu mengatakan dia sampah keluarga Ran, tapi kenapa dia terlihat tidak seperti yang dirumorkan?" Tanya seorang wanita kepada pemuda yang pertama kali mengenali siapa Augreen Ran.

Seluruh warga desa tahu siapa Augreen Ran si sampah dari klan Ran, status sebagai sampah itu disandang oleh Augreen karena tidak memiliki inti energi dan ditakdirkan sebagai manusia biasa. Bagaimana tidak, hal itu terjadi karena dalam dunia ini manusia biasa saja memiliki inti energi, tapi sangat berbeda dengan Augreen yang tidak memilikinya, jadi wajar saja Augreen disebut sampah dan ditakdirkan sebagai manusia biasa oleh orang-orang.

"Aku juga tidak tahu, mungkin saja sampah itu mendapatkan sebuah metode atau keterampilan yang mampu memberinya inti energi atau memberinya kemampuan olah energi alam menjadi energi tenaga dalam meskipun tanpa inti energi. Atau mungkin dia mengolah energi lain yang bukan berasal dari energi alam." Respon pria muda itu tidak tahu menahu dan sedikit mengungkapkan kecurigaannya kepada Augreen yang mungkin mendapatkan sebuah metode atau keterampilan yang dapat memberikan kemampuan mengolah energi alam, atau mungkin mengolah energi lain yang bukan berasal dari energi alam. 

"Memangnya ada keterampilan seperti itu?" Tanya sang pacar heran.

"Pasti ada tolol, dunia ini terlalu luas. Banyak jenis kekuatan yang ada di dunia ini dan banyak orang jenius yang mampu membuat metode baru. Contohnya jenderal besar Derrick yang menciptakan metode olah energi aura. Masa kamu tidak tahu, Hais." Pemuda itu tak habis pikir dengan pacarnya dan pergi meninggalkan sang pacar begitu saja.

Seorang pemuda yang berada di dekat pasangan tersebut hanya tersenyum tipis mendengar bahwa mungkin saja kakaknya (Augreen Ran) mendapatkan sebuah metode atau keterampilan yang memungkinkan dapat memberikan sang kakak inti energi atau mengolah energi yang setara atau lebih baik dari energi alam.

"Kakak, sepertinya kamu memiliki sesuatu yang menarik. Sekarang aku penasaran tentang perkembangan mu selama pergi tiga tahun lamanya. Dan apakah itu seperti masa lalu sebelum waktu diputar ulang?" Gumam Zero pelan dan hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.

Kediaman klan Ran.

Setelah berjalan cukup lama Augreen Ran akhirnya sampai di kediaman klan Ran yang berada di sebelah utara desa dan dekat dengan pelabuhan. Kediaman klan Ran sendiri terlihat begitu megah dan besar, para pelayan keluarga Ran memakai baju yang seragam dengan mengenakan jas yang dikombinasikan dengan baju kemeja putih dan terlihat sangat enak dipandang mata. Sementara prajurit penjaga memakai baju seragam berwarna merah dan selaras dengan tombak atau pedang yang mereka kenakan sebagai identitas bahwa mereka adalah pengawal klan Ran yang merupakan salah satu dari 7 keluarga besar desa Naga Langit. 

"Mohon maaf tuan, kalau boleh tahu siapa anda dan ada keperluan apa anda mendatangi kediaman keluarga Ran?" Tanya salah satu pengawal melangkah sedikit ke depan menghalangi langkah Augreen yang ingin memasuki kediaman klan Ran.

Augreen Ran hanya mendengus kecil, lalu mengeluarkan dan memberikan sebuah token besi dari balik bajunya. Token itu memiliki motif berbentuk seperti pusaran angin dengan sebuah tulisan berwarna emas terlihat di tengah-tengah token, tulisan itu terbaca “Augreen Ran".

"Token keluarga inti?" Pengawal itu sedikit terkejut dan ketakutan karena telah menghalangi langkah seorang keluarga inti, pengawal itu dan pengawal dibelakangnya langsung berlutut memberi hormat kepada Augreen Ran.

"Tuan muda mohon ampuni kesalahan hamba yang telah menghalangi langkah tuan muda. Hamba sungguh tidak tahu tuan muda akan datang mengunjungi rumah keluarga." Ucap mereka dengan nada bergetar. 

Augreen hanya tersenyum kecil dan segera melangkah masuk ke dalam kediaman klan Ran dengan langkah mantap berwibawa dan penuh kesombongan. Sebelum melangkah lebih jauh Augreen tiba-tiba berhenti dan melirik dua prajurit tersebut dengan lirikan dingin.

"Kalian sepertinya tidak mengenaliku, padahal aku hanya pergi selama tiga tahun. Sepertinya aku memang tidak dianggap oleh keluarga ini, bahkan oleh para pelayannya. Itu sangat menyakitkan, namun aku tidak peduli asalkan kalian tidak menggangguku lagi." Ucap Augreen dan melanjutkan langkahnya dengan mengeluarkan aura pembunuh yang sangat mengintimidasi.

Dua pengawal itu seketika berkeringat dingin dan tak dapat bergerak beberapa saat karena merasakan aura pembunuh yang sangat pekat dari Augreen, mereka bahkan tidak sanggup berlutut lebih lama jika tidak memaksakan diri tetap berlutut hormat.

"Siapa dia, kenapa auranya begitu kuat? Apakah dia salah satu anak tetua keluarga atau mungkin salah satu putra haram kepala keluarga?" Tanya salah satu pengawal dengan terbata-bata, namun sayangnya temannya sudah tak sadarkan diri karena ketakutan dan tidak sanggup menerima aura pembunuh Augreen yang sangat mengintimidasi.

"Eh sepertinya wajahnya sedikit familiar?" Pengawal itu akhirnya sedikit mengenali wajah Augreen yang sudah sangat jauh melangkah memasuki kediaman klan Ran.

"Bukankah dia si sampah Augreen itu? Sampah keluarga Ran yang diusir tiga tahun lalu oleh kepala keluarga?" Tanya prajurit itu terbata-bata ketika mengingat siapa Augreen Ran.

Pengawal itu seketika ketakutan setengah mati mengingat masa lalu, pasalnya mereka dulu juga sering menghina dan mengejek Augreen karena berstatus sebagai sampah keluarga Ran. Mereka dulu sangat lancang dan tidak menganggap Augreen sebagai tuan muda klan Ran, tak jarang mereka bahkan menyiksa Augreen kecil hingga sang tuan muda tak sadarkan diri akibat terlalu banyak menerima luka dan rasa sakit.

"Tidak mungkin..." Sangkal sang pengawal pingsan menyusul rekannya ketika mengingat apa yang dia lakukan kepada Augreen di masa lalu.

Sementara itu Augreen Ran yang memasuki kediaman klan Ran dihentikan oleh Zero Ran di tengah jalan menuju kediaman kakek dan nenek mereka. Augreen menyipitkan mata dan mengerutkan kening mencoba mengingat siapa yang menghalangi jalannya.

"Kakak kediaman kepala keluarga ada di sebelah sana." Ucap Zero tersenyum ramah sembari mengarahkan Augreen agar ke arah kanannya.

Wilayah klan Ran sendiri sangatlah luas dan memiliki sekitar 300 lebih rumah/bangunan. Sangking luasnya wilayah klan Ran membuat rumah kepala keluarga Ran jauh dari pintu gerbang, jadi wajar saja Augreen tidak langsung bertemu ayahnya yang berada di tengah-tengah wilayah kediaman klan Ran, apalagi Augreen sendiri memang sejak awal tidak berniat menemui orang yang paling dia benci tersebut.

"Kakak apakah kamu sudah tidak mengingat aku lagi? Padahal kamu baru saja pergi selama tiga tahun, tapi kamu telah melupakanku? Itu membuat aku sedih." Ucap Zero tersenyum sedih kepada Augreen yang terlihat kebingungan dan mencoba mengingat-ingat sesuatu.

Augreen tersenyum kecil hingga menyeringai karena mengingat siapa yang ada di hadapannya tersebut. 

"Aku kira siapa, ternyata Zero Ran si jenius dari keluarga Ran yang terhormat. Suatu kehormatan kamu menyambut aku di sini, sampah ini merasa sangat terkesan." Ucap Augreen menyapa Zero Ran yang tidak lain adalah adiknya sendiri.

"Haha. Kakak semua orang terlahir jenius, tapi tidak semua orang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk menjadi jenius sejati yang dapat mengguncang dunia." Zero berujar sambil tertawa pelan.

"Contohnya kakak. Dulu disebut sampah tapi sekarang sudah mampu membuat seorang pendekar ranah langit tingkat awal jatuh pingsan dan menerima luka tebas yang sangat parah. Itu membuktikan bahwa semua orang terlahir jenius, meskipun terlahir tanpa inti energi sekalipun. Hanya saja mereka tidak memiliki kesempatan dan sumber daya yang cukup untuk menjadi jenius sejati." Ujar Zero memuji Augreen sekaligus mengutarakan pendapatnya tentang jenius sejati.

Zero sendiri disebut jenius karena sudah mencapai ranah langit menengah di usia yang terbilang masih sangat muda, yaitu berusia 12 tahun atau lebih tepatnya sehari sebelum Augreen diusir dari keluarga oleh ayah mereka. Diusirnya Augreen dari keluarga juga tidak terlepas dari pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Zero saat itu.

Tingkatan praktisi sendiri memiliki 6 tingkatan setelah diperbarui oleh aliansi 8 kerajaan atau sekarang dikenal sebagai Aliansi Perbatasan Barat. Tingkatan praktisi sendiri diperbarui demi kesetaraan dan kemudahan bagi para pejuang manusia yang berasal dari berbagai negara/kerajaan untuk saling memahami ranah masing-masing saat mereka bertemu dan bertempur bersama melawan iblis.

Setiap tingkatan praktisi memiliki tiga kategori, yaitu pemula, menengah, dan puncak.

Tingkatan praktisi, yaitu:

Ranah Bumi, ranah awan, ranah langit, ranah raja, raja kaisar, dan terakhir yang paling tinggi yaitu ranah surgawi sebagai tingkatan pendekar tertinggi dan tidak ada lagi tingkatan setelah ranah surgawi.

Lanjut ke cerita.

"Zero si jenius, kenapa kamu menghalangi langkahku?" Tanya Augreen dingin. Ada sinar kebencian yang dipancarkan dari mata Augreen yang terlihat sangat jernih, namun sangat mematikan tersebut.

"Kenapa kakak sangat membenciku, padahal aku tidak pernah menganggap kakak sebagai sampah atau pecundang. Bagiku baik dulu maupun sekarang kakak adalah kakakku yang paling aku sayangi dan aku banggakan. Tapi tidak disangka rasa sayangku kepada kakak dibalas dengan tatapan kebencian dan permusuhan seperti itu. Kenapa kak? Apakah kakak masih tidak bisa memaafkanku karena membuat kakak diusir oleh ayah? " Ujar Zero dengan nada sedih dan rasa kecewa kepada kakaknya tersebut.

“Jika itu masalahnya, aku akan berlutut agar kakak memaafkanku." Ucap Zero berlutut meminta maaf. 

Augreen sedikit bergeming dan terharu dengan permintaan maaf Zero tersebut. Sebenarnya selain kakek dan neneknya, Augreen juga menyayangi Zero yang merupakan adik kandung satu-satunya, tapi tragedi 3 tahun lalu sangat membekas di hati dan membuat Augreen sedikit membenci Zero meskipun dia tahu Zero tidak membencinya sama sekali baik dulu maupun sekarang.

Augreen menguatkan hatinya dan berkata dengan dingin. "Karena aku membenci seorang jenius."

Augreen tiba-tiba berada disamping Zero dalam sekejap mata dan langsung menebas Zero yang berlutut meminta maaf. 

Trang!

Augreen menebas, namun Zero dengan reflek menangkis tebasan tersebut dengan belatinya yang sudah standby di kantong khusus belati yang berada di kaki kanannya, dimana belati itu bisa langsung digunakan ketika Zero diserang secara tiba-tiba, seperti yang sekarang terjadi.

"Memang jenius." Puji Augreen dengan nada dingin dan niat membunuh yang pekat, Zero sedikit mundur menjaga jarak ketika merasakan aura pembunuh tersebut.

"Kakak! Bukankah ini terlalu berlebihan?” Pekik Zero waspada. 

Augreen bergerak dengan cepat sembari melancarkan tebasan energi yang sangat kuat dan membelah beberapa pohon di sekitar. Jika rumah-rumah tidak dipasang sihir formasi penguat, mungkin rumah juga ikut terpotong oleh tebasan energi. Zero sendiri dengan santai menghindari tebasan energi tersebut, lalu menyambut tebasan langsung Augreen dengan menangkisnya menggunakan belati kecil.

NOTE: Tebasan energi adalah tebasan jarak jauh yang terbuat dari energi, sementara tebasan langsung adalah tebasan jarak dekat menggunakan pedang atau sejenisnya baik dilapisi energi atau tidak dilapisi energi. 

Bersambung.

Kemarahan Zero

Augreen melancarkan tebasan langsung secara horizontal, namun Zero berhasil menghindar dengan melompat ke belakang beberapa langkah. Augreen dengan sorot mata dingin menebas perut Zero secara langsung dan ditangkis dengan mudahnya. Zero mundur kembali dan melepaskan tebasan energi silang kanan, Augreen juga melancarkan tebasan energi silang kiri menyambut tebasan energi Zero.

"Teknik pedang Naga: tebasan taring bungsu Naga!" Pekik Augreen menggunakan teknik pedangnya.

Tebasan energi itu berbentuk gerigi dengan siluet taring Naga dan langsung merobek bahu Zero yang tidak siap. Zero menahan sakit dan melepaskan teknik tebasan energi kegelapan yang diberi nama. "Teknik pedang kegelapan: tebasan kegelapan menelan cahaya!"

"Sayap mutlak Naga langit!" Pekik Augreen menyambut tebasan energi kegelapan Zero dengan menggunakan perisai energi. Sial bagi Augreen karena perisai energinya terbelah oleh tebasan energi tersebut dan langsung menorehkan luka tebas memanjang dari bahu hingga lutut.

Augreen merasa tebasan Zero seperti memberikan efek menyedot energi tenaga dalam dengan kecepatan tertentu, oleh karenanya Augreen segera menyegel titik lukanya. Zero sendiri merasa seperti digergaji oleh serangan energi Augreen.

"Kakak kamu sangat hebat! Tapi aku juga berkembang dan jauh lebih kuat dari tiga tahun lalu!" Pekik Zero dingin berlari melancarkan tebasan langsung dari arah atas. Augreen menangkis dan mendorong belati Zero, lalu melancarkan tebasan ke leher.

Trang!

Trang!

Trang!

Dua orang itu bertarung dengan memanfaatkan apapun yang ada disekitarnya untuk mendukung serangan dan bertahan. Zero menendang batang pohon, lalu berlari menyerang dengan belati yang diselimuti elemen kegelapan. Augreen memotong batang pohon tersebut dan menyambut tusukan belati Zero yang sangat terarah ke lehernya, Zero menghilang dan muncul di atas Augreen dan melempar belati hingga berputar layaknya shuriken (senjata khusus kelompok pembunuh dari negeri matahari, yaitu kerajaan Azusun).

Trang!

Augreen menangkis belati tersebut dan disaat yang sama dadanya terkena pukulan keras hingga terpental menghantam dinding memuntahkan seteguk darah segar. Zero menghentikan tempo pertarungan dan bertanya dengan dingin. "Ada apa kakak? Bukankah kamu sangat ingin bertarung denganku?"

Augreen melancarkan tebasan langsung ke wajah Zero yang mendekat, lalu mundur menjauh dan menancapkan pedang ke tanah bersiap menggunakan teknik keterampilan.

"Telapak Naga langit penghancur gunung!" Pekik Augreen menggunakan tekniknya yang sangat kuat dan menjebol tembok jalan. Sementara Zero menghilang tanpa jejak, lalu melancarkan pukulan mematikan di bahu Augreen.

"Tukar!" Pekik Augreen menukar posisi mereka, lalu melancarkan pukulan matahari ke punggung Zero hingga terbenam ke tanah.

Augreen berniat membenam Zero hingga tak bernafas, namun Zero berubah menjadi elemen kegelapan dan menendang kepala kiri Augreen hingga terhempas beberapa meter dan terhenti ketika membentur rumah anggota klan hingga retak.

"Apa yang terjadi?" Tanya anak kecil ketika rumahnya seperti ditabrak sesuatu.

Zero terkejut ada anak kecil di sebuah rumah anggota keluarga, padahal seluruh anggota keluarga sedang berkumpul di rumah utama (rumah kepala keluarga) untuk menyambut tuan muda Lao Aidan dan nona muda Nana yang merupakan putra-putri jenderal besar aliansi.

"Kakak apa yang kamu lakukan..." Tanya anak itu bingung.

Augreen tanpa basa-basi membuat anak itu pingsan sebelum menyelesaikan pertanyaannya, lalu memasukkannya kembali ke dalam rumah dan menguncinya.

Augreen berhadapan dengan Zero yang tersenyum kecil dengan wajah yang membuat orang kesal. Augreen memanggil pedangnya yang berada sangat jauh menggunakan teknik hisap, pedang itu bergetar hebat hingga tercabut dari tanah dan terbang menuju tangan Augreen.

"Kita lanjutkan, Zero!" Pekik Augreen melancarkan tusukan energi.

Zero menghindar sedikit ke samping dan bergerak cepat menyerang Augreen sembari memanggil belatinya. Zero melompat setinggi beberapa meter dengan belati berselimut kegelapan.

"Teknik pedang: tebasan dewa kegelapan memotong malam!" Pekik Zero menebas Augreen dengan tebasan yang sangat kuat.

Slash!

Tebasan Zero membuat tanah terbelah beberapa meter dalamnya. Augreen yang berhasil menghindar menjauh dikejutkan dengan Zero yang sangat cepat dengan belati siap menusuk jantung, beruntungnya Zero lebih memilih memukul dada dengan gagang samping belati daripada menusuk Augreen dengan tajamnya bilah belati.

"Teknik pedang naga: sayap naga pembelah ombak!" Pekik Augreen menebas langsung lengan Zero yang meninjunya.

Tebasan itu sangat kuat dan mematikan, beruntung bagi Zero karena dapat menghindar daripada menangkis serangan itu. Lagi-lagi Zero berhasil menerobos pertahanan Augreen dan siap memotong leher Augreen, namun lagi-lagi Zero mengurungkan niatnya dan memilih karate mematahkan leher Augreen dan disusul tendangan keras ke perut hingga Augreen terhempas membentur tembok.

Bang!

Augreen muntah darah menerima serangan bertubi-tubi Zero yang sangat kuat dan efektif tanpa menyia-nyiakan energi tenaga dalam apalagi stamina untuk meladeni Augreen. Augreen mengobati lukanya dengan teknik naga penyembuh.

"Pedang benar-benar menyusahkan ya." Ucap Augreen melempar pedangnya ke samping hingga bilah pedang menancap setengahnya.

"Teknik cakar naga langit!" Dengus Augreen menggunakan teknik cakar naga.

Jari-jari Augreen yang membentuk cakar itu seketika diselimuti energi tenaga dalam hingga terlihat seperti cakar naga. Augreen bergerak cepat dan tiba-tiba muncul di depan Zero dan melancarkan cakar ke dada. Zero menahan cakar naga tersebut dengan belatinya, lalu berubah menjadi elemen kegelapan.

Blash!

Cakar Augreen yang menyasar leher Zero ternyata tembus. Augreen merasa seperti menghantam asap yang tidak bisa dipukul secara langsung, meskipun bisa itu tidak memberikan kerusakan apapun bagi Zero.

"Tubuh surgawi?" Augreen terkejut menyadari kemampuan Zero yang bisa berubah menjadi elemen kegelapan itu adalah tubuh surgawi, sebuah kemampuan yang hanya bisa didapatkan jika mencapai ranah surgawi atau ranah dewa.

Zero tersenyum ramah memegang pergelangan tangan Augreen dan mencengkeramnya dengan sangat kuat hingga remuk.

"Kakak, aku memujimu karena bisa mendapatkan inti energi. Seharusnya kamu juga memujiku karena mendapatkan tubuh energi padahal belum mencapai ranah surgawi." Ucap Zero tersenyum ramah.

Bash!

Augreen memukul kepala Zero dengan tangan kanan berputar dan membuat kepala Zero hancur, namun itu tidak memberikan efek apapun selain bentuknya yang hancur. Kepala Zero kembali utuh seperti sedia kala, Augreen mundur menjauh beberapa langkah setelah berhasil bebas dari cengkraman.

"Kakak, seharusnya kamu tahu bahwa kamu tidak akan bisa memukul seseorang yang memiliki tubuh surgawi dengan pukulan biasa. Kamu butuh keterampilan atau senjata sihir tertentu. Ini ambillah." Ucap Zero dengan nada meremehkan dan melempar sebuah gulungan teknik sihir.

Augreen menangkap gulungan teknik tersebut dan membacanya secara seksama.

"Teknik sihir: energi sihir penekan surgawi?" Gumam Augreen membaca gulungan teknik tersebut dan langsung mengerutkan kening marah membuang gulungan teknik tersebut.

"Kakak, meskipun itu teknik sihir bukan berarti pendekar seperti kita tidak dapat menguasainya. Energi tenaga dalam dan energi sihir adalah dua energi yang sama, dua energi itu hanyalah beda nama saja. Jadi jangan khawatir kakak tidak dapat menguasai teknik sihir penekan surgawi itu." Ucap Zero dengan tersenyum.

"Aku tahu dengan sangat jelas tentang itu. Tapi apa maksudmu menyuruhku berlatih? Tampaknya kamu masih meremehkan ku sama seperti tiga tahun lalu. Zero aku akan serius mulai sekarang!" Ucap Augreen dengan kening berkerut marah, lalu menunjukkan gulungan segel.

Augreen membuka gulungan segel itu dan memperlihatkan beberapa gambar senjata, mulai dari pedang, gada, tombak, hingga panahan. Selain senjata ada benda lain, seperti ramuan sihir, batu sihir, hingga inti kristal binatang sihir. Augreen menyentuh salah satu gambar pedang yang bernama pedang naga kutukan.

"Senjata sihir elemen kegelapan? Tidak, itu senjata kutukan." Batin Zero waspada, karena pedang itu juga senjata khusus yang dapat melukainya sama seperti pedang yang menancap di tanah.

Augreen memanggil pedang lainnya yang menancap di tanah. Nama pedang itu adalah pedang naga berkah, senjata sihir yang juga dapat melukai seorang tubuh surgawi.

"Sebaiknya kamu hati-hati, adik!" Pekik Augreen melancarkan tebasan silang dan berlari menyerang Zero.

Zero menggunakan perisai energi kegelapan untuk menahan tebasan energi silang tersebut, lalu mengeluarkan pedang juga yang diberi nama "Pedang dewa kegelapan." Zero melompat tinggi dan bersiap menyerang balik Augreen yang menebas angin.

"Teknik pedang: tebasan jurang kegelapan!" Pekik Zero menebas menggunakan teknik pedangnya yang sangat luar biasa.

"Teknik pedang naga: sayap pembalikan awan!" Pekik Augreen berubah menjadi kabut awan dan membuat tebasan kegelapan Zero hanya menebas tanah hingga sangat dalam. Augreen yang menjadi kabut awan berhasil memenggal kepala Zero dalam sekejap. Zero yang tertebas berubah menjadi elemen kegelapan dan kabur menyatu kembali di jarak 20 meter jauhnya dari Augreen.

"Dia sempat merubah tubuhnya menjadi energi sebelum ditebas? Dia memiliki beberapa kemampuan." Batin Augreen.

Meskipun pedang Augreen dapat melukai tubuh surgawi, namun itu tidak berguna jika Zero lebih dulu merubah tubuhnya menjadi tubuh energi dan kabur sebelum ditebas oleh Augreen.

Augreen terbang sembari mengumpulkan energi dikedua tangannya yang menyatu membentuk bulatan.

"Kakak wilayah keluarga kita memiliki formasi pembunuh penentang aturan. Sebaiknya kamu jangan menggunakan teknik berdaya rusak tinggi." Nasehat Zero kepada Augreen yang berniat menggunakan teknik berdaya rusak tinggi, sebuah keterampilan yang dapat menghancurkan satu kota jika digunakan terus menerus.

Augreen sedikit terkejut dan melirik samping kiri-kanan dan melihat fluktuasi energi yang siap menyerangnya. Augreen melihat ke bawah dan menemukan kerusakan akibat pertarungan mereka kembali normal (hanya tanah saja, sementara bangunan tetap rusak). Augreen melihat tebasan yang sangat dalam Zero sebelumnya dan mendapati bekas tebasan itu mulai merapat dan kembali normal layaknya tidak pernah terbelah.

"Kalau begitu..." Augreen terbang lebih tinggi hingga mencapai 20 km, lalu bersiap menggunakan tekniknya.

"Kakak! Apakah kamu ingin menghancurkan keluarga Ran?" Tanya Zero tidak percaya kakaknya begitu keras kepala.

Augreen tampaknya tidak peduli dan terus fokus dengan tekniknya hingga muncul siluet kepala naga di belakangnya. Kepala naga itu mengumpulkan energi di mulutnya (tangan Augreen) hingga berbentuk bola energi yang terbuat dari angin dan seperti pusaran badai.

"Bolna..." Pekik Augreen bersiap melepaskan tekniknya, namun dia tertegun dan menelan kembali kata-katanya ketika melihat nenek Lidya yang sedang menyapu di halaman rumah.

"Nenek..." Augreen akhirnya sadar, disaat itulah Zero melancarkan tebasan langsung yang melukai dadanya sangat dalam.

Zero mencengkeram wajah Augreen dan menghempaskannya ke tanah dari ketinggian 20 km lebih. Augreen menggunakan tulang naga energi untuk menahan benturan yang mungkin akan membunuhnya.

"Baiklah kakak, jika itu yang kamu inginkan! Maka matilah!" Pekik Zero melepaskan tebasan energi yang sangat kuat dan mempercepat laju jatuhnya Augreen hingga menghancurkan tanah dan membentuk kawah. Augreen bisa saja terbelah menjadi dua jika tubuhnya tidak terlalu kuat untuk menahan tebasan energi kegelapan tersebut.

Bersambung.

NOTE:

Formasi pembunuh penentang aturan adalah formasi yang dapat membunuh seseorang yang menggunakan teknik berdaya rusak tinggi dan memperbaiki tanah yang rusak karena pertarungan. Semua keluarga besar memiliki formasi ini dengan tujuan jika ada penyerangan, maka mereka tidak akan menerima kerusakan yang tinggi dan korban nyawa dapat diminimalisir sedikit mungkin, karena para penyerang tidak akan berani menggunakan teknik berdaya rusak tinggi. Formasi ini dapat membunuh siapapun, bahkan jika penyerangnya memiliki ranah paling tinggi sekalipun. Satu-satunya cara untuk menghindari formasi ini adalah dengan terbang lebih tinggi hingga formasi tidak bisa menjangkaunya.

"Teknik sihir: energi sihir penekan surgawi" adalah sebuah teknik dasar bagi para penyihir yang tidak bisa merubah tubuh menjadi energi karena metode pelatihan mereka sangatlah berbeda dan tentunya hasil pelatihan (setiap ranah) berbeda pula. Fungsi teknik ini adalah sebagai lawan untuk tubuh surgawi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!