NovelToon NovelToon

Benua Naga Hitam

Tiga Tahun

Sebuah Bukit.

Seorang laki-laki yang memiliki wajah tampan dengan tubuh berotot dan proporsional sedang berdiri diatas bukit memandang desa Naga Langit yang ada dibawah bukit. Pemuda itu tersenyum kecil melihat desa Naga Langit yang begitu indah dengan dihiasi hamparan padi yang menguning dan berbagai bangunan tinggi. Pemuda itu memejamkan mata sembari menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya.

Pemuda itu bernama Augreen Ran yang berusia 17 tahun 5 hari kemudian. Augreen dikenal sebagai sampah keluarga Ran karena tidak memiliki inti energi yang merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seseorang untuk menginjak dunia bela diri. Seseorang yang memiliki inti energi akan dapat mengolah energi alam menjadi energi tenaga dalam atau praktisi penyihir menyebutnya sebagai energi sihir (mana). Jika tidak memiliki inti maka dia ditakdirkan sebagai sampah, sesuatu yang paling hina di dalam sistem keluarga besar seperti keluarga Ran.

Tiga tahun lalu Augreen diusir oleh ayahnya sendiri yang merupakan kepala keluarga Ran, dia diusir dengan alasan ayahnya tersebut malu memiliki seorang putra sampah yang tidak memiliki inti energi dan ditakdirkan sebagai manusia biasa. Augreen yang diusir oleh ayahnya tersebut mau tidak mau harus pergi saat itu, meskipun kakek dan neneknya mencoba menghalanginya agar tidak pergi, namun apa daya ayahnya sudah bertekad mengusir Augreen dari keluarga Ran.  

Setelah tiga tahun berlalu Augreen akhirnya kembali ke desa Naga Langit dan berdiri dengan gagahnya di bukit Sentosa sembari memandang desa Naga Langit yang terlihat begitu tenang dan sangat sejuk.

"Sudah tiga tahun lamanya aku pergi dari desa, tidak ada perubahan yang mencolok di desa setelah tiga tahun berlalu." Komentar Augreen menikmati terpaan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan hati.

Augreen membuka matanya dan melihat ke bawah bukit dengan tersenyum kecil, lalu terjun bebas tanpa aba-aba dengan wajah tenang dan tersenyum lebar. Augreen terlihat begitu senang dan bahagia, adrenalin Augreen semakin terpacu ketika tubuhnya semakin dekat membentur tanah bebatuan tajam di bawah bukit.

"Kakek, nenek, cucumu datang." Gumam Augreen melempar batu kerikil yang ada di genggamannya setelah menandai batu tersebut dengan energi tenaga dalam.

"Tukar!" Dengus Augreen menggunakan teknik pertukaran yang dia kuasai. 

Swash! 

Beberapa detik sebelum menabrak batu besar di bawah bukit Augreen bertukar dengan batu kerikil yang dia lempar tersebut, lalu mendarat sempurna tanpa mengalami cedera. Augreen bisa bernafas lega karena mendarat dengan sangat baik dan sempurna, jika gagal sedikit saja laju gravitasi akan membunuhnya jika tubuh Augreen terbentur tanah berbatu di desanya tersebut, karena bagaimanapun tinggi bukit mencapai 200 meter.

Augreen menghela nafas pelan dengan jantung yang berdebar kencang dan adrenalin yang masih terpacu, lalu berkata dengan tenang. "Sungguh menegangkan sekali. Untungnya tidak ada kegagalan ketika bertukar, jika tidak orang itu mungkin akan menari bahagia malam nanti atas kematian ku." 

Tengah Desa, Desa Naga Langit. 

Augreen langsung menarik perhatian warga desa ketika memasuki bagian tengah desa dengan langkah mantap dan sangat berwibawa. Warga desa mengira Augreen seorang pendekar pengembara atau mungkin seorang penyihir yang terhormat, hal itu terjadi karena tidak ada satupun warga desa yang mengenal Augreen yang memiliki wajah tampan rupawan, sangat jauh berbeda dari 3 tahun lalu yang sangat gemuk dan penampilan acak-acakan.

"Dia tampan sekali."

"Apakah dia seorang pangeran? Wajahnya begitu tampan."

"Siapa pangeran tampan tersebut, apakah dia pangeran berkuda putihku?"

"Dari keluarga besar mana dia berasal?" 

Celetuk beberapa wanita yang terkesima dengan ketampanan yang Augreen miliki, mereka seakan tersihir oleh pesona Augreen hingga membuat pasangan mereka merasa diabaikan dan tersaingi oleh kehadirannya.

"Wajahnya terlihat sangat familiar, tapi siapa?" Celetuk seorang pemuda yang merasa mengenal Augreen ketika melihat wajah Augreen lekat-lekat. 

"Sayang, kamu mengenal pria tampan tersebut? Siapa dia? Dari keluarga besar mana dia berasal?" Tanya pacar pemuda tersebut dengan sangat bersemangat hingga membuat pemuda itu sangat kesal dan marah.

"Ah.., aku ingat sekarang." Pemuda itu akhirnya mengingat siapa Augreen setelah berpikir beberapa saat, ada senyuman menghina di wajahnya.

"Aku ingat sekarang, bukankah dia Augreen Ran si tuan muda sampah keluarga Ran salah satu 7 keluarga besar desa Naga Langit. Rumornya dia kabur dari keluarga Ran karena malu dan tidak memiliki harga diri. Kenapa dia kembali?" Ucap pemuda tersebut dengan senyuman menghina dan merendahkan.

Ucapan pemuda itu menggemparkan semua orang yang ada di sana. Para wanita yang kagum seketika merasa jijik dengan Augreen.

"Tuan muda sampah? Lalu apa gunanya berwajah tampan jika terlahir menjadi manusia biasa." 

"Sungguh disayangkan, pemuda setampan ini ternyata seorang sampah."

"Haha, kenapa diam saja? Bukankah kamu menyukainya, cepat kejar dan berkenalan. Siapa tahu dia akan tertarik denganmu.

Terdengar berbagai respon yang tidak mengenakkan. Ada yang terang-terangan menghina, ada yang merasa jijik, dan ada juga pemuda yang mendorong wanitanya untuk berkenalan dengan Augreen.

"Hei hei hei. Bukankah kamu si sampah Augreen dari keluarga Ran yang tiba-tiba menghilang secara misterius tiga tahun lalu? Aku kira kamu mati dieksekusi oleh keluarga Ran karena tidak ingin menanggung malu, tidak diduga kamu masih hidup. Kemana saja kamu selama tiga tahun ini, sampah?" Ucap dan tanya Geri yang tak sengaja bertemu dengan Augreen saat sedang jalan-jalan mengelilingi desa sembari mencari seorang gadis untuk dirusak.

Geri sendiri adalah putra tertua dari Edi Rizki yang merupakan kepala keluarga Rizki. Dimana keluarga Rizki juga merupakan salah satu dari tujuh keluarga besar desa naga langit.

“Geri?” Dengus Augreen dingin. 

Augreen yang tidak terganggu dengan orang-orang disekitarnya dikejutkan dengan keberadaan Geri yang merupakan orang yang paling sering mengganggunya di masa lalu. Wajah Geri yang sombong dan congkak membuat tangan Augreen gatal ingin memukul, namun Augreen bersikap tenang dan menyembunyikan amarahnya yang sedang meluap-luap.

Augreen mengabaikan Geri dan terus melangkah melewati Geri yang menghadang jalannya. Geri yang merasa diabaikan sontak naik pitam dan sangat marah dengan sikap Augreen yang sangat sombong. 

"Hei sampah! Kamu mau kemana, kenapa buru-buru sekali?" Pekik Geri bertanya dengan tidak puas. 

Augreen tidak peduli.

"Sudah tiga tahun berlalu, sifatmu masih sama seperti dulu dan tidak pernah berubah. Kamu masih tidak mengerti statusmu sebagai sampah yang harus menghormati ku. Berlutut sekarang atau aku akan mematahkan kedua kakimu, sampah!" Pekik Geri geram karena untuk kesekian kalinya Augreen mengabaikannya.

"Cih, sungguh tidak masuk akal." Dengus Augreen tanpa berniat menghentikan langkahnya.

"Apakah kamu lupa bagaimana caraku memberimu pelajaran karena tidak mau berlutut dan memohon kepadaku?" Tanya Geri dengan nada merendahkan.

“Sampah! Berlutut dan memohonlah kepadaku atau kamu akan menerima akibatnya.” Ancam Geri kembali. 

"Menerima akibatnya?" Augreen menghentikan langkahnya.

Augreen tentu masih ingat ketika dia ditindas oleh Geri tiga tahun lalu. Dimana saat itu dia selalu menolak tunduk dan memohon kepada Geri untuk memberikan jalan ketika mereka berpapasan di jalan. Dimana pada akhirnya Augreen dihajar habis-habisan oleh anak buah Geri karena menolak tunduk dan memohon pengampunan Geri.

“Kalian patahkan kedua kaki bocah itu dan buatlah dia berlutut di bawah kakiku.” Pekik Geri memerintah karena diabaikan oleh Augreen yang memilih melanjutkan langkah. 

Augreen sangat marah, namun dia tetap mencoba tenang dan berkata dengan dingin. "Jika kamu memiliki kemampuan maka lakukan sendiri dengan tanganmu. Aku ingin lihat seberapa hebatnya kamu setelah tiga tahun. Jangan hanya bisa memerintahkan bawahan lemah mu itu. Pengecut!" Ujar Augreen disertai umpatan dan hinaan.

Sontak saja perkataan Augreen tersebut membuat gempar semua orang, karena mereka semua tahu Geri adalah tipikal orang yang suka menindas orang yang lebih lemah darinya. Geri selalu menghajar siapapun yang melawannya, apalagi menghinanya.

Kerumunan warga yang menonton mulai berbisik-bisik dan menunggu apa yang akan dilakukan tuan muda Rizki tersebut. 

"Habislah sudah. Si sampah itu berani menghina dan membuat tuan muda Geri sangat marah. Dia sudah berakhir sama seperti yang sudah-sudah.” Ucap seseorang berbisik kepada temannya ketika melihat Geri tertunduk marah dengan wajah semerah tomat dan tangan mengepal bergetar. 

"Hais… Sampah ini baru saja pulang setelah menghilang selama tiga tahun, tapi sudah membuat tuan muda Geri sangat marah. Hidup sampah ini sudah berakhir dan tidak bisa diselamatkan lagi." Bisik yang lainnya.

“Belum tentu, bagaimanapun dia adalah putra tertua klan Ran yang terhormat. Meskipun keluarga Ran membencinya, tapi dia tetaplah bagian dari keluarga itu. Keluarga Ran tidak akan membiarkan siapapun yang menghina keluarga mereka. Aku rasa tuan muda Geri tidak akan berani bertindak gegabah.” Balas temannya dengan tenang. 

Augreen tidak peduli sama sekali dengan semua orang yang gaduh. Augreen lebih memilih melangkahkan kaki menuju kediaman keluarga Ran untuk menemui kakek dan neneknya yang sangat dia rindukan selama tiga tahun dalam pelatihan.

"Berhenti! Siapa yang menyuruhmu pergi, sampah?" Teriak Geri dengan sangat lantang, namun Augreen tidak peduli dan tetap melanjutkan langkahnya.

Melihat itu sontak saja Geri semakin marah dan naik pitam. "Hentikan sampah itu, patahkan kedua kaki dan kedua tangannya, buat dia berlutut di kakiku, sekarang juga!" Perintah Geri kepada tiga orang bawahannya dengan kejam tanpa belas kasih.

Tiga pengawal Geri mengangguk kecil menanggapi perintah tuan mudanya tersebut.  Mereka segera mengejar Augreen yang semakin menjauh dari posisi mereka berada.

"Tunggu anak muda." Cegah salah satu pengawal yang berhasil menyusul dan memegang bahu Augreen.

Augreen melirik pengawal itu dengan lirikan tajam menusuk tulang, pengawal itu bergidik ngeri dibuatnya dan tanpa sadar mundur kebelakang beberapa langkah.

"Cepat berlutut dan minta pengampunan kepada tuan muda Geri, mungkin saja tuan muda akan mengampuni kesalahanmu." Ucap pengawal itu dengan sombong, Augreen tidak peduli dan melanjutkan langkahnya.

"Kamu, dasar sampah tak berguna." Pengawal itu marah dan mencabut pedangnya, lalu menebas Augreen.

Whush!

Pengawal itu hanya menebas angin karena Augreen sudah berpindah dengan cepat ke sampingnya, lalu meninju wajah pengawal itu hingga terhempas.

Bang!

Pengawal itu terhempas cukup jauh akibat pukulan telak Augreen, beberapa gigi pengawal itu bahkan patah dibuatnya.

"Sialan." Umpat pengawal itu marah sembari meludahkan giginya yang patah. Pengawal itu dengan penuh dendam menyerang balik Augreen diikuti dua pengawal lainnya.

"Kalian yang memintanya." Ucap Augreen dingin dan dengan cepat menyambut mereka dengan tinjunya.

Dalam beberapa pertukaran jurus saja Augreen mampu menumbangkan tiga pengawal dan membuat mereka babak belur tidak dapat lagi memegang pedang. Augreen menatap tajam Geri yang tercengang melihat tiga bawahannya kalah dengan mudah. 

"Sekarang giliranmu, Geri." Ucap Augreen dingin mengayunkan tangannya yang membentuk pisau seperti karate. 

Crash!

Ayunan tangan itu membentuk tebasan energi seperti sabit dan langsung menebas Geri yang tidak siap karena masih terkejut melihat Augreen mampu menumbangkan tiga bawahannya dengan sangat mudah.

"Argh!!!" Teriak kesakitan Geri ketika tubuhnya tertebas dengan tebasan energi Augreen.

Geri terdorong jauh membentur rumah warga dengan keras hingga membuatnya seketika pingsan akibat tebasan Augreen yang sangat kuat tersebut. Beruntung bagi Geri karena energi tebasan itu menghilang jika tidak Geri mungkin akan terdorong lebih jauh lagi, bahkan tubuhnya mungkin terpotong.

Bersambung.

Zero Ran

Setelah menghajar Geri hingga pingsan dengan luka tebas di dada, Augreen mendengus dingin dan melanjutkan langkahnya menuju kediaman keluarga Ran untuk menemui kakek dan neneknya. Augreen tidak peduli dengan tatapan ketakutan orang-orang kepadanya, bahkan Augreen tidak peduli dengan perkataan orang-orang yang mengutuknya karena telah memukul Geri putra kepala keluarga Rizki hingga pingsan dan muntah darah.

"Bukankah kamu mengatakan dia sampah keluarga Ran, tapi kenapa dia terlihat tidak seperti yang dirumorkan?" Tanya seorang wanita kepada pemuda yang pertama kali mengenali siapa Augreen.

Seluruh warga desa tahu siapa Augreen si sampah dari keluarga Ran, status sebagai sampah itu disandang oleh Augreen karena tidak memiliki inti energi dan ditakdirkan sebagai manusia biasa. Bagaimana tidak, dalam dunia ini manusia biasa saja memiliki inti energi, tapi sangat berbeda dengan Augreen yang tidak memilikinya, jadi wajar saja Augreen disebut sampah dan ditakdirkan sebagai manusia biasa oleh orang-orang.

"Aku juga tidak tahu, mungkin saja sampah itu mendapatkan sebuah metode atau keterampilan yang mampu memberinya inti energi atau memberinya kemampuan olah energi alam menjadi energi tenaga dalam meskipun tanpa inti energi." Respon pria muda itu tidak tahu menahu dan sedikit mengungkapkan kecurigaannya kepada Augreen yang mungkin mendapatkan sebuah metode atau keterampilan yang dapat memberikan kemampuan mengolah energi alam.

"Memangnya ada keterampilan seperti itu?" Tanya sang pacar heran.

"Pasti ada tolol, dunia ini luas, banyak jenis kekuatan yang ada di dunia ini dan banyak jenius yang mampu membuat metode baru. Hais." Pemuda itu tak habis pikir dan pergi meninggalkan sang pacar begitu saja.

Zero Ran yang berada di dekat pasangan tersebut hanya tersenyum tipis mendengar bahwa mungkin saja kakaknya (Augreen Ran) mendapatkan sebuah metode atau keterampilan yang memungkinkan dapat memberikan sang kakak inti energi.

"Kakak, sepertinya kamu memiliki sesuatu yang menarik. Sekarang aku penasaran tentang perkembangan mu selama pergi tiga tahun lamanya." Gumam Zero pelan dan hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.

Kediaman Keluarga Ran.

Setelah berjalan cukup lama Augreen akhirnya sampai di kediaman keluarga Ran yang berada di sebelah Utara desa dekat pelabuhan. Kediaman keluarga Ran sendiri terlihat begitu megah dan besar, para pelayan keluarga Ran memakai baju seragam dengan mengenakan jas dengan baju kemeja putih dan terlihat sangat enak dipandang mata. Sementara prajurit penjaga memakai baju seragam berwarna merah dan selaras dengan tombak atau pedang yang mereka kenakan sebagai identitas bahwa mereka seorang pengawal keluarga Ran.

"Mohon maaf tuan, kalau boleh tahu siapa anda dan ada keperluan apa anda mendatangi kediaman keluarga Ran?" Tanya salah satu pengawal dengan melangkah sedikit ke depan menghalangi langkah Augreen yang ingin memasuki kediaman keluarga Ran.

Augreen hanya mendengus kecil, lalu mengeluarkan dan memberikan sebuah token besi dari balik bajunya. Token itu memiliki motif berbentuk seperti pusaran angin dengan sebuah tulisan berwarna emas terlihat ditengah-tengah token, tulisan itu terbaca "Augreen Ran".

"Token keluarga inti?" Pengawal itu sedikit terkejut dan ketakutan karena telah menghalangi langkah seorang keluarga inti, pengawal itu dan pengawal dibelakangnya langsung berlutut memberi hormat kepada Augreen.

"Tuan muda mohon ampuni kesalahan hamba yang telah menghalangi langkah tuan muda. Hamba sungguh tidak tahu tuan muda akan datang mengunjungi rumah keluarga." Ucap mereka dengan nada bergetar, Augreen hanya tersenyum kecil dan segera melangkah masuk ke dalam kediaman keluarga Ran dengan langkah mantap dan berwibawa.

Augreen tiba-tiba berhenti melangkah dan melirik dua prajurit tersebut dengan dingin.

"Kalian sepertinya tidak mengenaliku, padahal aku hanya pergi selama tiga tahun, sepertinya aku memang tidak dianggap oleh keluarga ini bahkan oleh para pelayannya." Ucap Augreen melanjutkan langkahnya dengan mengeluarkan aura pembunuh yang sangat mengintimidasi.

Dua pengawal itu seketika berkeringat dingin dan tak dapat bergerak beberapa saat karena merasakan aura pembunuh yang sangat pekat dari Augreen, mereka bahkan tidak sanggup berlutut lebih lama jika tidak memaksakan diri.

"Siapa dia, kenapa auranya begitu kuat, apakah dia salah satu anak tetua keluarga atau mungkin salah satu putra haram kepala keluarga?" Tanya salah satu pengawal dengan terbata-bata, namun sayangnya temannya sudah tak sadarkan diri karena ketakutan dan tidak sanggup menerima aura pembunuh Augreen yang sangat mengintimidasi.

"Eh sepertinya wajahnya sedikit familiar?" Pengawal itu akhirnya sedikit mengenali Augreen yang sudah sangat jauh melangkah memasuki kediaman keluarga Ran.

"Bukankah dia si sampah Augreen itu? Si sampah keluarga Ran yang diusir tiga tahun lalu oleh kepala keluarga?" Tanya prajurit itu terbata-bata ketika mengingat siapa Augreen.

Pengawal itu ketakutan setengah mati, pasalnya mereka dulu juga sering menghina dan mengejek Augreen karena berstatus sebagai sampah keluarga Ran. Mereka dulu sangat lancang kepada Augreen dan tidak menganggap Augreen sebagai tuan muda keluarga Ran, tak jarang mereka bahkan menyiksa Augreen hingga tak sadarkan diri dan menerima banyak luka.

"Tidak mungkin." Pengawal itu akhirnya pingsan ketika mengingat apa yang dia lakukan kepada Augreen di masa lalu.

Sementara itu Augreen yang memasuki kediaman keluarga Ran dihentikan oleh Zero di tengah jalan menuju kediaman kakek dan nenek mereka. Augreen mengerutkan kening dan mencoba mengingat siapa yang menghalangi jalannya tersebut.

"Kakak kediaman kepala keluarga ada di sebelah sana." Ucap Zero tersenyum ramah sembari mengarahkan Augreen agar ke kanan.

Wilayah keluarga Ran sendiri sangatlah luas dan memiliki sekitar 300 lebih rumah/bangunan. Dimana sangking luasnya wilayah keluarga Ran membuat rumah kepala keluarga Ran jauh dari pintu gerbang, jadi wajar saja Augreen tidak langsung bertemu ayahnya yang berada di tengah-tengah wilayah kediaman keluarga Ran, apalagi Augreen sendiri memang sejak awal tidak berniat menemui orang yang paling dia benci tersebut.

"Kakak apakah kamu sudah tidak mengingat ku? Padahal kamu baru pergi selama tiga tahun, tapi kamu telah melupakanku? Itu membuat ku sedih." Ucap Zero dengan menunjukkan senyum ramah dan tulus kepada Augreen yang terlihat kebingungan dan mencoba mengingat-ingat sesuatu.

Augreen tersenyum kecil dan mengingat siapa yang ada dihadapannya tersebut setelah Zero memanggilnya kakak.

"Kukira siapa, ternyata Zero Ran si jenius dari keluarga Ran yang terhormat. Suatu kehormatan kamu menyambut ku di sini." Ucap Augreen akhirnya menyapa Zero Ran yang tidak lain adiknya sendiri.

"Haha, kakak semua orang terlahir jenius, tapi tidak semua orang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk menjadi jenius sejati." Zero berujar sambil tertawa pelan.

"Contohnya kakak, dulu disebut sampah tapi sekarang sudah mampu membuat seorang pendekar ranah bumi awal jatuh pingsan dan menerima luka tebas yang sangat parah. Itu membuktikan bahwa semua orang terlahir jenius, meskipun terlahir tanpa inti energi." Ujar Zero memuji Augreen.

Zero sendiri disebut jenius karena sudah mencapai ranah langit menengah diusia yang terbilang masih sangat muda, yaitu berusia 12 tahun atau tepatnya sehari sebelum Augreen diusir dari keluarga oleh ayahnya sendiri. Diusirnya Augreen dari keluarga juga tidak terlepas dari pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Zero saat itu.

Tingkatan pendekar sendiri memiliki 6 tingkatan setelah diperbarui oleh aliansi 8 kerajaan setelah perang melawan iblis 2 tahun lalu, tingkatan pendekar sendiri di perbarui demi kesetaraan dan kemudahan bagi para pejuang manusia yang berasal dari berbagai negara.

Setiap tingkatan memiliki tiga kategori, yaitu pemula, menengah, dan puncak.

Tingkatan pendekar, yaitu:

Ranah Bumi, ranah awan, ranah langit, ranah raja, raja kaisar, dan terakhir yang paling tinggi yaitu ranah surgawi sebagai tingkatan pendekar tertinggi dan tidak ada lagi tingkatan setelah ranah surgawi.

Lanjut ke cerita.

"Zero si jenius, kenapa kamu menghalangi langkahku?" Tanya Augreen dingin. Ada sinar kebencian yang dipancarkan dari mata Augreen yang terlihat sangat jernih, namun sangat mematikan tersebut.

"Hmm, sepertinya kakak membenciku, padahal aku tidak pernah menganggap kakak sebagai sampah atau pecundang, bagiku baik dulu maupun sekarang kakak adalah kakakku yang paling aku sayangi dan aku banggakan. Tapi tidak disangka rasa sayangku kepada kakak dibalas dengan tatapan kebencian dan permusuhan." Ujar Zero dengan nada sedih dan rasa kecewa kepada kakaknya tersebut.

"Apa salahku, kakak?" Tanya Zero akhirnya, Augreen sedikit bergeming dan terharu dengan perkataan Zero tersebut.

Sebenarnya selain kakek dan neneknya, Augreen juga menyayangi Zero yang merupakan adik kandung satu-satunya, tapi tragedi 3 tahun lalu sangat membekas di hati dan membuat Augreen sedikit membenci Zero meskipun dia tahu Zero tidak membencinya sama sekali baik dulu maupun sekarang.

Augreen menguatkan hatinya dan berkata dengan dingin. "Karena aku membenci seorang jenius."

Augreen tiba-tiba berada disamping Zero dalam sekejap dan langsung menebas Zero yang hanya tersenyum kecil.

Trang!

Augreen menebas, namun Zero dengan reflek menangkis tebasan Augreen dengan belatinya yang sudah standby di kantong khusus belati yang berada di kaki kanannya, dimana belati itu bisa langsung digunakan ketika diserang secara tiba-tiba, seperti yang sekarang terjadi.

"Memang jenius." Puji Augreen dengan nada dingin dan niat membunuh yang begitu pekat, Zero sedikit mundur menjaga jarak ketika merasakan aura pembunuh tersebut.

"Kakak, sebelumnya aku mengucapkan selamat karena memiliki inti energi dan tidak akan menjadi sampah lagi. Selamat kakak, aku bangga kepadamu." Ujar Zero memberikan selamat kepada Augreen.

Augreen bergerak dengan cepat sembari melancarkan tebasan energi yang sangat kuat dan membelah beberapa pohon di sekitar. Jika rumah-rumah tidak dipasang sihir formasi penguat, mungkin rumah juga ikut terpotong oleh tebasan energi Augreen. Zero sendiri dengan santai menghindari tebasan energi tersebut, lalu menyambut tebasan langsung Augreen dengan menangkisnya menggunakan belati kecil.

Bersambung.

NOTE: Tebasan energi adalah tebasan jarak jauh yang terbuat dari energi, sementara tebasan langsung adalah tebasan jarak dekat menggunakan pedang yang dilapisi energi secara langsung.

Kemarahan Zero

Augreen melancarkan tebasan langsung secara horizontal, namun Zero berhasil menghindar dengan melompat ke belakang beberapa langkah. Augreen dengan sorot mata dingin menebas perut Zero secara langsung dan ditangkis dengan mudahnya. Zero mundur kembali dan melepaskan tebasan energi silang kanan, Augreen juga melancarkan tebasan energi silang kiri menyambut tebasan energi Zero.

"Teknik pedang Naga: tebasan taring bungsu Naga!" Pekik Augreen menggunakan teknik pedangnya.

Tebasan energi itu berbentuk gerigi dengan siluet taring Naga dan langsung merobek bahu Zero yang tidak siap. Zero menahan sakit dan melepaskan teknik tebasan energi kegelapan yang diberi nama. "Teknik pedang kegelapan: tebasan kegelapan menelan cahaya!"

"Sayap mutlak Naga langit!" Pekik Augreen menyambut tebasan energi kegelapan Zero dengan menggunakan perisai energi. Sial bagi Augreen karena perisai energinya terbelah oleh tebasan energi tersebut dan langsung menorehkan luka tebas memanjang dari bahu hingga lutut.

Augreen merasa tebasan Zero seperti memberikan efek menyedot energi tenaga dalam dengan kecepatan tertentu, oleh karenanya Augreen segera menyegel titik lukanya. Zero sendiri merasa seperti digergaji oleh serangan energi Augreen.

"Kakak kamu sangat hebat! Tapi aku juga berkembang dan jauh lebih kuat dari tiga tahun lalu!" Pekik Zero dingin berlari melancarkan tebasan langsung dari arah atas. Augreen menangkis dan mendorong belati Zero, lalu melancarkan tebasan ke leher.

Trang!

Trang!

Trang!

Dua orang itu bertarung dengan memanfaatkan apapun yang ada disekitarnya untuk mendukung serangan dan bertahan. Zero menendang batang pohon, lalu berlari menyerang dengan belati yang diselimuti elemen kegelapan. Augreen memotong batang pohon tersebut dan menyambut tusukan belati Zero yang sangat terarah ke lehernya, Zero menghilang dan muncul di atas Augreen dan melempar belati hingga berputar layaknya shuriken (senjata khusus kelompok pembunuh dari negeri matahari, yaitu kerajaan Azusun).

Trang!

Augreen menangkis belati tersebut dan disaat yang sama dadanya terkena pukulan keras hingga terpental menghantam dinding memuntahkan seteguk darah segar. Zero menghentikan tempo pertarungan dan bertanya dengan dingin. "Ada apa kakak? Bukankah kamu sangat ingin bertarung denganku?"

Augreen melancarkan tebasan langsung ke wajah Zero yang mendekat, lalu mundur menjauh dan menancapkan pedang ke tanah bersiap menggunakan teknik keterampilan.

"Telapak Naga langit penghancur gunung!" Pekik Augreen menggunakan tekniknya yang sangat kuat dan menjebol tembok jalan. Sementara Zero menghilang tanpa jejak, lalu melancarkan pukulan mematikan di bahu Augreen.

"Tukar!" Pekik Augreen menukar posisi mereka, lalu melancarkan pukulan matahari ke punggung Zero hingga terbenam ke tanah.

Augreen berniat membenam Zero hingga tak bernafas, namun Zero berubah menjadi elemen kegelapan dan menendang kepala kiri Augreen hingga terhempas beberapa meter dan terhenti ketika membentur rumah anggota klan hingga retak.

"Apa yang terjadi?" Tanya anak kecil ketika rumahnya seperti ditabrak sesuatu.

Zero terkejut ada anak kecil di sebuah rumah anggota keluarga, padahal seluruh anggota keluarga sedang berkumpul di rumah utama (rumah kepala keluarga) untuk menyambut tuan muda Lao Aidan dan nona muda Nana yang merupakan putra-putri jenderal besar aliansi.

"Kakak apa yang kamu lakukan..." Tanya anak itu bingung.

Augreen tanpa basa-basi membuat anak itu pingsan sebelum menyelesaikan pertanyaannya, lalu memasukkannya kembali ke dalam rumah dan menguncinya.

Augreen berhadapan dengan Zero yang tersenyum kecil dengan wajah yang membuat orang kesal. Augreen memanggil pedangnya yang berada sangat jauh menggunakan teknik hisap, pedang itu bergetar hebat hingga tercabut dari tanah dan terbang menuju tangan Augreen.

"Kita lanjutkan, Zero!" Pekik Augreen melancarkan tusukan energi.

Zero menghindar sedikit ke samping dan bergerak cepat menyerang Augreen sembari memanggil belatinya. Zero melompat setinggi beberapa meter dengan belati berselimut kegelapan.

"Teknik pedang: tebasan dewa kegelapan memotong malam!" Pekik Zero menebas Augreen dengan tebasan yang sangat kuat.

Slash!

Tebasan Zero membuat tanah terbelah beberapa meter dalamnya. Augreen yang berhasil menghindar menjauh dikejutkan dengan Zero yang sangat cepat dengan belati siap menusuk jantung, beruntungnya Zero lebih memilih memukul dada dengan gagang samping belati daripada menusuk Augreen dengan tajamnya bilah belati.

"Teknik pedang naga: sayap naga pembelah ombak!" Pekik Augreen menebas langsung lengan Zero yang meninjunya.

Tebasan itu sangat kuat dan mematikan, beruntung bagi Zero karena dapat menghindar daripada menangkis serangan itu. Lagi-lagi Zero berhasil menerobos pertahanan Augreen dan siap memotong leher Augreen, namun lagi-lagi Zero mengurungkan niatnya dan memilih karate mematahkan leher Augreen dan disusul tendangan keras ke perut hingga Augreen terhempas membentur tembok.

Bang!

Augreen muntah darah menerima serangan bertubi-tubi Zero yang sangat kuat dan efektif tanpa menyia-nyiakan energi tenaga dalam apalagi stamina untuk meladeni Augreen. Augreen mengobati lukanya dengan teknik naga penyembuh.

"Pedang benar-benar menyusahkan ya." Ucap Augreen melempar pedangnya ke samping hingga bilah pedang menancap setengahnya.

"Teknik cakar naga langit!" Dengus Augreen menggunakan teknik cakar naga.

Jari-jari Augreen yang membentuk cakar itu seketika diselimuti energi tenaga dalam hingga terlihat seperti cakar naga. Augreen bergerak cepat dan tiba-tiba muncul di depan Zero dan melancarkan cakar ke dada. Zero menahan cakar naga tersebut dengan belatinya, lalu berubah menjadi elemen kegelapan.

Blash!

Cakar Augreen yang menyasar leher Zero ternyata tembus. Augreen merasa seperti menghantam asap yang tidak bisa dipukul secara langsung, meskipun bisa itu tidak memberikan kerusakan apapun bagi Zero.

"Tubuh surgawi?" Augreen terkejut menyadari kemampuan Zero yang bisa berubah menjadi elemen kegelapan itu adalah tubuh surgawi, sebuah kemampuan yang hanya bisa didapatkan jika mencapai ranah surgawi atau ranah dewa.

Zero tersenyum ramah memegang pergelangan tangan Augreen dan mencengkeramnya dengan sangat kuat hingga remuk.

"Kakak, aku memujimu karena bisa mendapatkan inti energi. Seharusnya kamu juga memujiku karena mendapatkan tubuh energi padahal belum mencapai ranah surgawi." Ucap Zero tersenyum ramah.

Bash!

Augreen memukul kepala Zero dengan tangan kanan berputar dan membuat kepala Zero hancur, namun itu tidak memberikan efek apapun selain bentuknya yang hancur. Kepala Zero kembali utuh seperti sedia kala, Augreen mundur menjauh beberapa langkah setelah berhasil bebas dari cengkraman.

"Kakak, seharusnya kamu tahu bahwa kamu tidak akan bisa memukul seseorang yang memiliki tubuh surgawi dengan pukulan biasa. Kamu butuh keterampilan atau senjata sihir tertentu. Ini ambillah." Ucap Zero dengan nada meremehkan dan melempar sebuah gulungan teknik sihir.

Augreen menangkap gulungan teknik tersebut dan membacanya secara seksama.

"Teknik sihir: energi sihir penekan surgawi?" Gumam Augreen membaca gulungan teknik tersebut dan langsung mengerutkan kening marah membuang gulungan teknik tersebut.

"Kakak, meskipun itu teknik sihir bukan berarti pendekar seperti kita tidak dapat menguasainya. Energi tenaga dalam dan energi sihir adalah dua energi yang sama, dua energi itu hanyalah beda nama saja. Jadi jangan khawatir kakak tidak dapat menguasai teknik sihir penekan surgawi itu." Ucap Zero dengan tersenyum.

"Aku tahu dengan sangat jelas tentang itu. Tapi apa maksudmu menyuruhku berlatih? Tampaknya kamu masih meremehkan ku sama seperti tiga tahun lalu. Zero aku akan serius mulai sekarang!" Ucap Augreen dengan kening berkerut marah, lalu menunjukkan gulungan segel.

Augreen membuka gulungan segel itu dan memperlihatkan beberapa gambar senjata, mulai dari pedang, gada, tombak, hingga panahan. Selain senjata ada benda lain, seperti ramuan sihir, batu sihir, hingga inti kristal binatang sihir. Augreen menyentuh salah satu gambar pedang yang bernama pedang naga kutukan.

"Senjata sihir elemen kegelapan? Tidak, itu senjata kutukan." Batin Zero waspada, karena pedang itu juga senjata khusus yang dapat melukainya sama seperti pedang yang menancap di tanah.

Augreen memanggil pedang lainnya yang menancap di tanah. Nama pedang itu adalah pedang naga berkah, senjata sihir yang juga dapat melukai seorang tubuh surgawi.

"Sebaiknya kamu hati-hati, adik!" Pekik Augreen melancarkan tebasan silang dan berlari menyerang Zero.

Zero menggunakan perisai energi kegelapan untuk menahan tebasan energi silang tersebut, lalu mengeluarkan pedang juga yang diberi nama "Pedang dewa kegelapan." Zero melompat tinggi dan bersiap menyerang balik Augreen yang menebas angin.

"Teknik pedang: tebasan jurang kegelapan!" Pekik Zero menebas menggunakan teknik pedangnya yang sangat luar biasa.

"Teknik pedang naga: sayap pembalikan awan!" Pekik Augreen berubah menjadi kabut awan dan membuat tebasan kegelapan Zero hanya menebas tanah hingga sangat dalam. Augreen yang menjadi kabut awan berhasil memenggal kepala Zero dalam sekejap. Zero yang tertebas berubah menjadi elemen kegelapan dan kabur menyatu kembali di jarak 20 meter jauhnya dari Augreen.

"Dia sempat merubah tubuhnya menjadi energi sebelum ditebas? Dia memiliki beberapa kemampuan." Batin Augreen.

Meskipun pedang Augreen dapat melukai tubuh surgawi, namun itu tidak berguna jika Zero lebih dulu merubah tubuhnya menjadi tubuh energi dan kabur sebelum ditebas oleh Augreen.

Augreen terbang sembari mengumpulkan energi dikedua tangannya yang menyatu membentuk bulatan.

"Kakak wilayah keluarga kita memiliki formasi pembunuh penentang aturan. Sebaiknya kamu jangan menggunakan teknik berdaya rusak tinggi." Nasehat Zero kepada Augreen yang berniat menggunakan teknik berdaya rusak tinggi, sebuah keterampilan yang dapat menghancurkan satu kota jika digunakan terus menerus.

Augreen sedikit terkejut dan melirik samping kiri-kanan dan melihat fluktuasi energi yang siap menyerangnya. Augreen melihat ke bawah dan menemukan kerusakan akibat pertarungan mereka kembali normal (hanya tanah saja, sementara bangunan tetap rusak). Augreen melihat tebasan yang sangat dalam Zero sebelumnya dan mendapati bekas tebasan itu mulai merapat dan kembali normal layaknya tidak pernah terbelah.

"Kalau begitu..." Augreen terbang lebih tinggi hingga mencapai 20 km, lalu bersiap menggunakan tekniknya.

"Kakak! Apakah kamu ingin menghancurkan keluarga Ran?" Tanya Zero tidak percaya kakaknya begitu keras kepala.

Augreen tampaknya tidak peduli dan terus fokus dengan tekniknya hingga muncul siluet kepala naga di belakangnya. Kepala naga itu mengumpulkan energi di mulutnya (tangan Augreen) hingga berbentuk bola energi yang terbuat dari angin dan seperti pusaran badai.

"Bolna..." Pekik Augreen bersiap melepaskan tekniknya, namun dia tertegun dan menelan kembali kata-katanya ketika melihat nenek Lidya yang sedang menyapu di halaman rumah.

"Nenek..." Augreen akhirnya sadar, disaat itulah Zero melancarkan tebasan langsung yang melukai dadanya sangat dalam.

Zero mencengkeram wajah Augreen dan menghempaskannya ke tanah dari ketinggian 20 km lebih. Augreen menggunakan tulang naga energi untuk menahan benturan yang mungkin akan membunuhnya.

"Baiklah kakak, jika itu yang kamu inginkan! Maka matilah!" Pekik Zero melepaskan tebasan energi yang sangat kuat dan mempercepat laju jatuhnya Augreen hingga menghancurkan tanah dan membentuk kawah. Augreen bisa saja terbelah menjadi dua jika tubuhnya tidak terlalu kuat untuk menahan tebasan energi kegelapan tersebut.

Bersambung.

NOTE:

Formasi pembunuh penentang aturan adalah formasi yang dapat membunuh seseorang yang menggunakan teknik berdaya rusak tinggi dan memperbaiki tanah yang rusak karena pertarungan. Semua keluarga besar memiliki formasi ini dengan tujuan jika ada penyerangan, maka mereka tidak akan menerima kerusakan yang tinggi dan korban nyawa dapat diminimalisir sedikit mungkin, karena para penyerang tidak akan berani menggunakan teknik berdaya rusak tinggi. Formasi ini dapat membunuh siapapun, bahkan jika penyerangnya memiliki ranah paling tinggi sekalipun. Satu-satunya cara untuk menghindari formasi ini adalah dengan terbang lebih tinggi hingga formasi tidak bisa menjangkaunya.

"Teknik sihir: energi sihir penekan surgawi" adalah sebuah teknik dasar bagi para penyihir yang tidak bisa merubah tubuh menjadi energi karena metode pelatihan mereka sangatlah berbeda dan tentunya hasil pelatihan (setiap ranah) berbeda pula. Fungsi teknik ini adalah sebagai lawan untuk tubuh surgawi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!