Saling Membunuh

Setelah pertarungan yang sangat sengit dan menghancurkan itu, terlihat suasana tempat pertarungan sudah sangat berantakan akibat banyaknya bangunan yang hancur.

Tercatat sebanyak 11 rumah anggota klan dan tembok jalan, termasuk rumah anak kecil sebelumnya hancur lebur rata dengan tanah terkena dampak pertarungan Augreen dan Zero yang sangat brutal.

Ditumpukan bebatuan bangunan terlihat Augreen terbaring lemah tak berdaya dengan belasan luka sayatan yang masih baru menghiasi tubuhnya. Terlihat luka tebas menganga di dadanya, sebuah luka yang membuat orang takut dan bergidik ngeri. Disebelahnya terlihat Zero yang terkapar dengan tubuh yang tertusuk pedang dan masih dalam keadaan tertusuk belum dicabut, beruntung bagi Zero karena tusukan itu tidak mengenai area vitalnya.

"Kenapa kamu tidak membunuhku, padahal kamu memiliki banyak kesempatan untuk membunuhku tadi?" Tanya Augreen melirik Zero yang memandang langit dengan tatapan kosong tanpa jiwa.

Augreen menyadari bahwa seharusnya dia telah lama mati terbunuh jika Zero serius untuk membunuhnya, itu terbukti dengan Zero yang memiliki banyak kesempatan untuk menikam jantungnya atau menyayat lehernya, namun Zero tidak melakukan itu.

Zero tertawa sembari memegang pedang Augreen yang menusuk tubuhnya, lalu balik bertanya dengan suara lirih. "Lalu kenapa kakak tidak menusuk jantungku disaat-saat terakhir?"

Augreen terdiam mendengar pertanyaan yang tidak terduga tersebut. Faktanya Augreen sebenarnya sangat serius untuk membunuh Zero, namun entah mengapa ketika mendapat kesempatan, Augreen malah merasa ragu disaat-saat terakhir dan membuat tusukannya melenceng dari jantung Zero.

"Itu karena tanganku terpeleset." Jawab Augreen berbohong, sebuah kebohongan yang sangat jelas terlihat dimata Zero.

"Haha."

Zero tertawa terbahak-bahak mendengar kebohongan yang nyata dari kakaknya tersebut yang sangat buruk dalam berbohong. Augreen hanya menunjukkan wajah jelek dan menahan tawanya, lalu pada akhirnya ikut tertawa mengikuti Zero setelah tidak mampu menahannya lebih lama lagi. Dalam waktu singkat mereka berdua melupakan masalah yang terjadi diantara mereka dan terhenti ketika lukanya terasa sangat sakit.

Rumah dokter keluarga Ran.

Hunt yang merupakan kakek Augreen dan Zero langsung mengunjungi kediaman dokter keluarga ketika mendapat kabar bahwa Zero terluka sangat parah akibat bertarung dengan seseorang yang tidak dikenal.

Sementara Hanzo (kepala keluarga Ran) langsung memerintahkan prajurit penjaga keluarga untuk mencari orang yang menyerang Zero hingga membuatnya terluka sangat parah. Mereka tidak sadar orang yang dimaksud ternyata sudah berada di kediaman tuan tua (kediaman kakek Hunt) untuk menerima pengobatan secara pribadi dari nyonya tua (nenek Lidya) yang merupakan pensiunan dokter.

Kakek Hunt menendang pintu kamar perawatan hingga hancur.

"Apa yang terjadi kepadamu, Zero?" Pekik kakek Hunt langsung bertanya kepada Zero yang terbaring lemah.

"Kakek?" Zero yang terkejut pintu kamar ditendang hingga hancur semakin terkejut kakeknya tiba-tiba datang mengunjungi.

"Kenapa kakek ada disini, bukankah kakek sedang pergi menjemput jenderal muda Lao Aidan dan nona muda Nana yang akan berkunjung ke keluarga Ran kita?" Tanya Zero heran dan berusaha berdiri dari tidurnya, namun dihentikan oleh kakek Hunt yang sangat khawatir.

"Jangan banyak bergerak nak, lukamu nanti bisa terbuka." Ucap kakek Hunt penuh perhatian kepada Zero.

"Jenderal muda Lao Aidan dan nona muda Nana sudah berada di kediaman kepala klan, kakek langsung datang kesini setelah mendengar terjadi sesuatu kepadamu." Jelas Hunt mengenai kedatangan jenderal muda Lao Aidan dan nona muda Nana ke keluarga mereka.

"Lupakan itu." Tepis kakek Hunt.

"Katakan apa yang terjadi kepadamu, siapa orang yang berani menyerang dan membuatmu seperti ini cucuku? Katakan kepada kakek, kakek akan membunuhnya!" Ucap kakek Hunt dengan sangat marah dan sedih melihat kondisi Zero Ran yang sangat memprihatinkan dengan tubuh penuh balutan perban yang terlihat diwarnai warna merah darah.

"Tidak apa-apa kakek, ini terjadi karena aku terlalu lemah." Ucap Zero dengan tersenyum menenangkan kakek Hunt yang terlihat sangat marah tersebut.

"Kakek, orang yang membuatku seperti ini sangat ingin bertemu denganmu kakek, kemungkinan dia saat ini menunggu kakek di rumah. Sebaiknya kakek segera pulang ke rumah, jika tidak... nenek akan... akan terjadi sesuatu kepada nenek." Zero memberitahu bahwa ada seseorang yang ingin menemui kakek Hunt.

Kakek Hunt malah terlihat santai dan tidak panik sama sekali.

"Siapa orang itu? Sepertinya dia memiliki banyak keberanian?" Ucap kakek Hunt tenang.

"Kakek kembalilah ke rumah, jangan sampai nenek terluka." Pinta Zero dengan lemah.

"Haha, dia tidak akan bisa melakukan apapun kepada nenekmu itu. Dia butuh 100 tahun untuk membunuh nenekmu." Kakek Hunt tertawa dan berujar dengan yakin.

"Tapi aku sangat penasaran siapa bajingan ini, dia sungguh berani." Kakek Hunt penasaran disaat yang sama.

Tiba-tiba kakek Hunt menghilang meninggalkan debu dalam sekejap mata. Zero tersenyum kecil dan berkata. "Ada pepatah yang mengatakan (Rasa penasaran lebih berbahaya daripada seorang pembunuh.) dan sekarang aku mengerti maksudnya."

Dokter keluarga yang baru datang ingin menyapa kakek Hunt dibuat bertanya-tanya kemana perginya tuan tua (kakek Hunt) tersebut, pasalnya dia tidak melihat kakek Hunt pergi keluar dari kamar perawatan Zero.

"Tuan muda, dimana tuan tua?" Tanya dokter tersebut kepada Zero akhirnya.

"Dia sudah pergi." Balas Zero apa adanya.

"Dokter Hamdi apakah aku bisa pergi dari ruang perawatan yang mengerikan ini?" Tanya Zero kepada dokternya tersebut, pertanyaan itu bertujuan sebagai pengalihan saja agar sang dokter tidak banyak tanya.

"Huh, tuan muda aku periksa dulu, baru memutuskan." Dokter sedikit bingung, namun dia segera memeriksa Zero ketika menyadari Zero terlihat tidak senang.

Rumah tuan tua.

Kakek Hunt sudah sampai di kediamannya dalam sekejap mata, tanpa basa-basi kakek tua itu langsung masuk menemui sang istri dan bertanya mana orang yang membuat Zero terluka parah hingga berakhir di ruang perawatan.

"Kemana orang itu? Apakah kamu sudah membunuhnya?" Tanya kakek Hunt dengan sangat penasaran.

Kakek Hunt terkejut melihat tubuh nenek Lidya yang penuh dengan darah dan nafas nenek Lidya yang sangat lelah seperti baru menyelesaikan sebuah pertarungan sengit.

"Aku akan membunuhnya! Aku akan membunuh bajingan itu! Mana dia!" Pekik kakek Hunt dengan niat membunuh, Lidya sang istri ketakutan melihat kemarahan Hunt yang terlihat begitu besar dan meledak-ledak.

"Sayang apa maksud..." Nenek Lidya hendak menjelaskan.

"Lidya katakan dimana bajingan yang telah melukaimu dan Zero, aku akan membunuhnya saat ini juga!" Pekik kakek Hunt bertanya kepada nenek Lidya yang ketakutan.

"Melukai apa? Saya..."

"Apakah dia kabur ke arah..." Sela kakek Hunt bertanya dengan marah sembari menunjuk arah selatan.

Bang!

Nenek Lidia yang kesal karena perkataannya dipotong langsung mendaratkan tinju di pipi kakek Hunt. Tinju itu membuat kakek Hunt terhempas beberapa meter membentur pohon hingga tumbang.

"Lidya apa yang kamu... lakukan?" Tanya kakek Hunt tidak mengerti.

"Tenangkan dirimu dasar bodoh!!!" Teriak nenek Lidia dengan marah, kakek Hunt hanya bisa diam sembari mengelus pipinya yang sakit akibat pukulan keras sang istri.

"Meskipun dia terluka, tapi pukulannya masih sangat kuat?" Batin kakek Hunt.

"Lalu apa maksudmu?"

"Kamu ingin membunuh cucuku Augreen, karena bertengkar dengan cucuku Zero?" Tanya nenek Lidya dengan geram ketika mengingat kakek Hunt ingin membunuh 'orang itu' yang diduga Augreen dengan alasan melukainya dan membuat Zero terluka parah.

"Apa maksudmu, aku tidak ingin membunuh Augreen. Aku hanya ingin membunuh orang yang membuat Zero terluka parah..." Jelas kakek Hunt terburu-buru.

"Eh, tunggu dulu..." 

"Jangan bilang orang itu..." Kakek Hunt menyadari sesuatu dan segera memasuki rumah.

Ketika masuk kamar rumah kakek Hunt langsung bertemu dengan Augreen yang terbaring lemah di kasur dengan tubuh penuh perban dan tidak sadarkan diri (pingsan). Kondisi Augreen bahkan lebih parah dari Zero yang ditangani dokter keluarga.

"Augreen, cucuku?" Kakek Hunt kaget, lalu berlari menghampiri Augreen yang tidak merespon panggilannya.

"Augreen cucuku apa yang terjadi kepadamu?" Tanya kakek Hunt khawatir melihat kondisi Augreen yang terluka sangat parah, lebih parah dari luka yang dialami Zero.

Kakek Hunt segera mengelus kepala Augreen dan mengalirkan tenaga dalam untuk mempercepat pemulihan, namun sayangnya Augreen masih tetap tidak sadarkan diri. Nenek Lidya mendekat dan mengelus bahu kakek Hunt yang sangat khawatir tersebut.

"Percuma saja, dia kehilangan banyak darah." Ucap nenek Lidya sembari menghampiri sang suami dan cucunya yang terbaring lemah di atas kasur.

"Zero, cucu tersayang mu itu benar-benar kejam dan tak berperasaan. Dia begitu tega membuat kakaknya diambang kematian seperti ini." Ucap nenek Lidya.

"Yaa, Augreen juga tidak kalah teganya dengan membuat Zero terluka sangat parah hingga kritis seperti itu. Mereka berdua benar-benar membuat kepalaku pusing." Omel nenek Lidya tak habis pikir dengan jalan pikiran kedua cucunya tersebut, kakek Hunt terdiam dan tidak pernah menyangka kedua cucunya saling membunuh.

"Apa yang terjadi? Bukankah hubungan mereka baik-baik saja tiga tahun lalu?" Kakek Hunt bertanya-tanya.

"Itu tiga tahun lalu, selain itu perlu diingat apa yang menjadi penyebab Augreen diusir oleh anakmu yang bandel itu." Tanggap nenek Lidya cepat sembari menusuk jarum ke pergelangan tangan kakek Hunt.

"Kebetulan darahmu dan darah Augreen memiliki golongan yang sama, jadi aku minta sedikit darahmu untuk Augreen." Ucap nenek Lidya ketika melihat kakek Hunt kesakitan.

"Kamu seorang penyihir kenapa masih memakai benda kuno ini." Tanya kakek Hunt.

"Sebelum dokter penyihir menjamur, kami para dokter berjuang begitu gigih demi ilmu pengobatan dan benda medis yang kamu sebut kuno ini sangat berpengaruh. Setelah semua itu, kamu ingin membuangnya begitu saja?" Tanya nenek Lidya kesal.

"Tapi... argh." Kakek Hunt ingin protes, namun nenek Lidya menekan jarumnya hingga membuat kakek Hunt sangat kesakitan.

"Energi sihirku habis untuk menyelamatkan Augreen dari malaikat kematian. Apakah alasan itu cukup?" Ucap nenek Lidya dan bertanya sembari fokus melakukan transfusi darah untuk Augreen.

Darah segar segera mengalir dari selang antara dua orang tersebut.

"Ya. Cukup-cukup." Kakek Hunt mengerti.

"Ugh..." Ketika proses itu berjalan, Augreen yang berada di atas kasur tiba-tiba mengalami kejang-kejang.

"Augreen!!!" Kakek dan nenek itu seketika terlonjak kaget dan khawatir dengan keadaan Augreen yang kejang-kejang secara mendadak tersebut.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Yaser Levi

Yaser Levi

benar2 "sapaan selamat datang"yg sangat aneh dr adik ke kakaknya hmm

2024-10-26

0

lihat semua
Episodes
1 Tiga Tahun
2 Zero Ran
3 Kemarahan Zero
4 Saling Membunuh
5 Kepala Keluarga: Hanzo Ran
6 Lemah!
7 Sang Pengendali Cahaya
8 Pertunangan
9 Pewaris Dewa Pedang Api
10 Masalah Kecil?
11 Senjata Kuno
12 Kyle Suryado
13 Akhir Penyerangan
14 Sang Pengendali Waktu
15 Tujuh Belas Tahun
16 Zero sang Pewaris Dewa Kematian
17 Teknik yang Sangat Kejam
18 Konflik Leluhur
19 Masih Ada Kakak dan Aku
20 Pembicaraan Ringan
21 Maaf
22 Babak Ketiga
23 Sebuah Perbedaan
24 Domain Augreen
25 Penyerangan tak Terduga
26 Satu Teknik Membuktikan Kualitas
27 Pasca Gladi Kanuragan
28 Kabur
29 Tanpa Arah yang Jelas
30 Eira Syazira
31 Syarat
32 Binatang Buas
33 Semakin Kuat
34 Monster Setengah Langkah 11
35 Warisan Dewa Senjata
36 Gulungan Segel Emas
37 Kita Bisa Merampoknya
38 Senjata Sihir Tingkat Spesial
39 Kota Hadni
40 Kubus
41 Kekuatan Kubus
42 Ujian Dimulai
43 Bayangan Bulan
44 Iblis Serigala
45 Teknik Darah Iblis
46 Resiko Tak Terduga Bola Hitam
47 Tidak Ada keadilan Dalam Sebuah Pertempuran
48 Pergerakan Kaisar Iblis Lenghuo
49 Lulus
50 Dalam Khayalan
51 Perjanjian?
52 Wilayah Iblis: Kerajaan Nenggala
53 Menyusup
54 Benarkah?
55 17 Penjaga Kaisar: Dewa Iblis Blanglang
56 Wilda si Ahli Ramuan Sihir
57 Kyle
58 Hotel Hujan
59 Dewa iblis Lingku
60 Teknologi Kuno
61 Binatang Iblis
62 Hilang
63 Tuan muda Gea Ran
64 Hubungan Khusus?
65 Kekuatan Doa
66 Lidya si Iblis Vampire
67 Pedang Tertajam
68 Iblis Burung Hantu Langkah Tujuh
69 Gea Ran si Topeng Emas
70 Kyle vs Dewa Iblis Lingku
71 Kejatuhan Kota Farga
72 Menuju Akademi
73 Dimas sang Bayangan
74 Kutukan Dicabut
75 Arjuna Wihabrata
76 Tetua Keempat
77 Akademi dan Divisi
78 Menara Teknik
79 Tangga Lantai Empat
80 Gulungan Teknik Lantai Empat
81 Teknik Roda Dharma
82 Arena Hidup dan Mati
83 Kyle Menghancurkan Akademi
84 Energi Gaib?
85 Darah Iblis
86 Misi Pertama Tim Hijau
87 Senjata Sihir Teratai Putih
88 Akhir Kepala Desa
89 Solusi
90 Sesosok Jiwa
91 Domain: Domain Naga angin penentang surga
92 Konsep Mengulang Waktu
93 Senjata Sihir Dewa Senjata: Kapal Dimensi
94 Jalan Kematian
95 Mencari Pewaris atau Mencari Mangsa?
96 Raja Iblis Serigala dan Raja Iblis Ular
97 Ujian Pengakuan Ghaib Tahap Akhir
98 Formasi Teleportasi Aktif
99 Ngomong-ngomong Kami Bertiga Adalah Sahabat
100 Masa Lalu Tetua Desa
101 Ditipu Iblis
102 Akhirnya Aku Bebas
103 Dua Ras Iblis Baru
104 Para Petinggi
105 Seleksi Reruntuhan Alam Dewa Pil Abadi
106 Augreen Ran vs Arjun Suryanata
107 Burung Hantu Ilusi
108 Jenderal Varel Faufmann
109 Xavier Si Jenius Sihir Pola
110 Kesatria Sihir
111 Kebangkitan Tubuh Dewa Penolak Bala
112 Kambing Hitam
113 Menyerah!
114 Tubuh Dewa Penolak Bala Sempurna
115 Sekte Lotus Emas
116 Misi Penting
117 Memasuki Reruntuhan
118 Perebutan Tempat Pelatihan
119 Mahkota Yang Hilang
120 Topeng Emas
121 Balutan Dosa Nafsu
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Tiga Tahun
2
Zero Ran
3
Kemarahan Zero
4
Saling Membunuh
5
Kepala Keluarga: Hanzo Ran
6
Lemah!
7
Sang Pengendali Cahaya
8
Pertunangan
9
Pewaris Dewa Pedang Api
10
Masalah Kecil?
11
Senjata Kuno
12
Kyle Suryado
13
Akhir Penyerangan
14
Sang Pengendali Waktu
15
Tujuh Belas Tahun
16
Zero sang Pewaris Dewa Kematian
17
Teknik yang Sangat Kejam
18
Konflik Leluhur
19
Masih Ada Kakak dan Aku
20
Pembicaraan Ringan
21
Maaf
22
Babak Ketiga
23
Sebuah Perbedaan
24
Domain Augreen
25
Penyerangan tak Terduga
26
Satu Teknik Membuktikan Kualitas
27
Pasca Gladi Kanuragan
28
Kabur
29
Tanpa Arah yang Jelas
30
Eira Syazira
31
Syarat
32
Binatang Buas
33
Semakin Kuat
34
Monster Setengah Langkah 11
35
Warisan Dewa Senjata
36
Gulungan Segel Emas
37
Kita Bisa Merampoknya
38
Senjata Sihir Tingkat Spesial
39
Kota Hadni
40
Kubus
41
Kekuatan Kubus
42
Ujian Dimulai
43
Bayangan Bulan
44
Iblis Serigala
45
Teknik Darah Iblis
46
Resiko Tak Terduga Bola Hitam
47
Tidak Ada keadilan Dalam Sebuah Pertempuran
48
Pergerakan Kaisar Iblis Lenghuo
49
Lulus
50
Dalam Khayalan
51
Perjanjian?
52
Wilayah Iblis: Kerajaan Nenggala
53
Menyusup
54
Benarkah?
55
17 Penjaga Kaisar: Dewa Iblis Blanglang
56
Wilda si Ahli Ramuan Sihir
57
Kyle
58
Hotel Hujan
59
Dewa iblis Lingku
60
Teknologi Kuno
61
Binatang Iblis
62
Hilang
63
Tuan muda Gea Ran
64
Hubungan Khusus?
65
Kekuatan Doa
66
Lidya si Iblis Vampire
67
Pedang Tertajam
68
Iblis Burung Hantu Langkah Tujuh
69
Gea Ran si Topeng Emas
70
Kyle vs Dewa Iblis Lingku
71
Kejatuhan Kota Farga
72
Menuju Akademi
73
Dimas sang Bayangan
74
Kutukan Dicabut
75
Arjuna Wihabrata
76
Tetua Keempat
77
Akademi dan Divisi
78
Menara Teknik
79
Tangga Lantai Empat
80
Gulungan Teknik Lantai Empat
81
Teknik Roda Dharma
82
Arena Hidup dan Mati
83
Kyle Menghancurkan Akademi
84
Energi Gaib?
85
Darah Iblis
86
Misi Pertama Tim Hijau
87
Senjata Sihir Teratai Putih
88
Akhir Kepala Desa
89
Solusi
90
Sesosok Jiwa
91
Domain: Domain Naga angin penentang surga
92
Konsep Mengulang Waktu
93
Senjata Sihir Dewa Senjata: Kapal Dimensi
94
Jalan Kematian
95
Mencari Pewaris atau Mencari Mangsa?
96
Raja Iblis Serigala dan Raja Iblis Ular
97
Ujian Pengakuan Ghaib Tahap Akhir
98
Formasi Teleportasi Aktif
99
Ngomong-ngomong Kami Bertiga Adalah Sahabat
100
Masa Lalu Tetua Desa
101
Ditipu Iblis
102
Akhirnya Aku Bebas
103
Dua Ras Iblis Baru
104
Para Petinggi
105
Seleksi Reruntuhan Alam Dewa Pil Abadi
106
Augreen Ran vs Arjun Suryanata
107
Burung Hantu Ilusi
108
Jenderal Varel Faufmann
109
Xavier Si Jenius Sihir Pola
110
Kesatria Sihir
111
Kebangkitan Tubuh Dewa Penolak Bala
112
Kambing Hitam
113
Menyerah!
114
Tubuh Dewa Penolak Bala Sempurna
115
Sekte Lotus Emas
116
Misi Penting
117
Memasuki Reruntuhan
118
Perebutan Tempat Pelatihan
119
Mahkota Yang Hilang
120
Topeng Emas
121
Balutan Dosa Nafsu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!