“Qobiltu nikahaha wajawiztaha bimahrin madzkurin” ucap komandan Furqon begitu mantap.
‘Apa ini? Kenapa hati gue berdebar-debar?’
“Sah?” tanya penghulu yang berada tepat di depan suami barunya itu, terdengar begitu mengambang, berikut juga jawaban para saksi yang menyatakan bahwa pernikahan itu telah sah.
Ia tanpa sadar terus saja memperhatikan wajah suaminya itu yang terlihat begitu bahagia sambil mengusap wajahnya dengan telapak tangan.
Dadanya semakin berdegup kencang, apalagi ketika lelaki itu menoleh kepadanya, dan akhirnya membalikkan badannya, kemudian menatapnya dengan sayu sambil tersenyum hangat.
‘Apa ini? kenapa aku bahkan tidak bisa menguasai diriku sendiri?’ tanya Icha terheran-heran pada dirinya sendiri.
Semakin ia menatap mata lelaki itu, semakin perasaan gugup itu meresap di dalam hatinya, Bahkan sekarang nafasnya seakan di antara dadanya yang semakin terasa sesak, saat lelaki itu tiba-tiba saja menyentuh dahinya sambil mengangkat tangannya yang lain untuk mendoakannya.
“Masya Allah! Alhamdulillah.”
Suara riuh redam itu terdengar semakin mengambang di telinganya. Entah kenapa dia Malah semakin fokus dengan senyum suaminya itu.
“Masya Allah, kau sungguh cantik Aisyah,” bisik suaminya itu.
‘Allah! apa ini?’
Untuk pertama kalinya, ia tanpa sengaja menyebut nama Tuhannya di dalam hati, dengan perasaan yang tidak karuan dan tidak mampu ia kuasai.
“Selamat ya!” terdengar suara itu tirinya memberi selamat, seketika perasaan itu menghilang berganti dengan perasaan dongkol yang luar biasa.
Ia langsung membalikkan badannya menatap Nenek Lampir di depannya itu sambil berpura-pura tersenyum.
“Apa Mama tidak ingin mendoakan kami?” tanyanya dengan sengaja.
Wanita itu terlihat menoleh ke arah komandan Furqon, suaminya, dengan tatapan penuh kecewa.
Seketika Icha menggigit gigi-giginya begitu kuat di dalam mulutnya yang tertutup rapat.
Ia begitu kesal melihat ibu tirinya dan suami barunya itu saling bertatapan walaupun cuma sebentar.
Tanpa sadar, ia langsung menggandeng tangan suaminya, membuat lelaki itu langsung menoleh padanya dengan senyuman begitu hangat.
“Sepertinya ibu belum mendoakan kami?” sindirnya dengan nada ketus sambil tersenyum tipis
Wanita itu terlihat terdiam sebentar.
“Apa ada yang mengganggumu? kau terlihat kurang baik hari ini?”
Wanita itu sontak terperanjat dan menoleh ke arah lelaki yang tiba-tiba berada di sampingnya, yang tak lain adalah Papi Icha, suaminya sendiri.
Wanita itu kemudian menoleh ke arah Icha dan suaminya dengan senyumnya yang terlihat tidak tulus sembari berkata “barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wajama’a bainakuma fii khoir!”
“Terima kasih, Ma!” ucap Icha begitu puas mengerjai ibu tirinya tersebut.
Setelah itu semua orang memberikan selamat dan doa pada dirinya dan suaminya.
Tanpa sadar, Ia tetap menggandeng tangan suaminya itu sampai acara memberi selamat dan doa restu selesai.
“Masya Allah, pakai doa apa Gus Furqon, sampai-sampai tangan kakak ipar ndak mau lepas begitu?”
Icha sontak tersadar dan melepas tangan suaminya sambil meringis kecut, namun baru saja ia tangan itu terlepas dari lengan suaminya, sekarang malah suaminya yang ganti menggenggam telapak tangannya dengan erat.
Deg
‘Ada apa denganku hari ini, apa karena aku lupa makan tadi siang?’ pikirnya berusaha menolak perasaan aneh yang tiba-tiba muncul dan berkecamuk dalam dirinya.
Belum lagi selesai ia dengan pemikirannya, tiba-tiba lelaki itu terdengar berbisik di dengan begitu lembut, “Aku akan terus menggenggam tanganmu selama sisa hidupku, Aisyah!”
Seketika seluruh bulu kuduk Icha terasa berdiri, ia langsung menoleh perlahan ke arah lelaki itu yang tengah menatapnya sambil tersenyum begitu hangat.
I need somebody who can love me at my worst
Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel…
Terlihat suami barunya itu mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya.
Wajahnya terlihat cemas menatap nama pemanggil dalam layar ponselnya tersebut.
“Apa terjadi sesuatu?” pikir Icha.
Belum lagi ia sempat bertanya, lelaki itu sudah menoleh ke arahnya dengan tersenyum hangat kembali sembari berkata, “aku angkat telepon dulu ya!”
Terasa kemudian tangan suaminya itu melepaskan genggamannya.
Icha hanya bisa menatap tangannya tersebut yang baru saja dilepaskan oleh lelaki itu sembari mendesah ringan, dan bergumam dalam hati, ‘baru saja dia bilang akan menggenggam tanganku ini terus, tapi sekarang dia sudah melepasnya’
Ia kemudian menatap punggung lelaki itu sambil berpikir tanpa sengaja, ‘kok aku jadi mengeluh?’
‘Ngapain aku mengeluhkannya?’ lanjutnya berpikir dengan heran sembari mengernyitkan dahinya.
Menyadari ada yang salah dengan dirinya, Ia langsung menggidikkan badannya, tak habis pikir dengan apa yang barusan ia lakukan dan ia ucapkan.
“Icha, are you ok?” gumamnya lirih sambil membalikkan badan.
“Kenapa Apa kamu sakit?”
Icha sontak membalikkan badan mendengar suara suaminya yang tiba-tiba berada di belakangnya itu.
Lelaki itu terlihat begitu khawatir.
Icha langsung tertawa lirih seraya menggelengkan kepalanya dan berujar, “Alhamdulillah saya baik-baik saja!”
‘Kenapa gue gugup dan terdengar formal?’
Icha segera membenahi ucapannya, ketika tiba-tiba lelaki itu malah memberitahu bahwa dia ada tugas mendadak malam itu.
“Maaf Aisyah, tapi Mas ada tugas mendadak yang harus segera diselesaikan.”
“Tugas apa?” tanyanya spontan tanpa menyadari bahwa ia mulai peduli dengan lelaki itu.
Lelaki itu tampak terdiam sejenak, membuat Icha semakin penasaran dan khawatir.
“Aku tidak bisa mengatakannya padamu, tapi segera setelah tugasku selesai, aku akan pulang dan menjemputmu,” ucap lelaki itu kemudian langsung mengecup keningnya, dan pergi dari rumah itu dalam beberapa hitungan detik saja.
‘Bahkan dia tidak memberiku waktu untuk bertanya’ pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments