Salman

Salman

Bab 1: Si mata Elang.

Di sebuah gubuk tua, seorang gadis di rantai, di ikat, dan mulutnya di bungkam lakban. Terdapat beberapa memar di beberapa titik tubuhnya, karena pukulan dari para penculik yang menyekapnya. Trauma, takut dan ingin kabur yang bisa dia pikirkan saat ini. Sudah seminggu dia diculik, di bawa ke beberapa tempat dan para penculik meminta uang tebusan sangat banyak.

”Ayah.” Gumam gadis itu, matanya terbuka, menatap sekeliling yang begitu tidak layak huni kini menjadi tempat tinggalnya. Tikus-tikus berkeliaran dengan bebas, kecoa yang paling dia takuti membuatnya menegang dan menangis, apalagi saat binatang itu menggerayangi kakinya.

Berteriak-teriak pun tidak bisa dia lakukan bebas, kedua tangannya yang diikat ke belakang membuatnya tidak berdaya. Tubuhnya begitu kurus, bukan hanya kelaparan, tapi karena trauma. Sepotong roti dan segelas air yang diberikan satu kali sehari oleh para penjahat itu.

******

Di tempat lain, di sebuah pesantren bernama Baitul makmur. Terdengar riuh suara para santri yang sedang mengaji, pesantren yang diurus di atas tangan Yusuf Al Fatih. Dan sudah dua tahun berpindah kepada sang anak, yaitu Muhammad Salman Al farisi.

Kedua pria itu kini sedang mengobrol bersama, di teras rumah.

”Kapan kamu akan menikah lagi?” seru Yusuf. Salman langsung berpaling, tidak suka dengan pembahasan pernikahan yang sering diajukan ayahnya.

”Jangan bahas itu bi, aku mohon." Pinta Salman serak. Yusuf menggeleng kepala dan meraih segelas teh hangat buatan istri tercintanya, Wulan.

”Kamu harus tetap hidup, menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Syafa akan sedih jika tahu kamu rapuh saat ini nak.” Tutur Yusuf serak. Kedua matanya berair, khawatir dengan perilaku Salman setelah ditinggalkan Syafa.

”Itu urusanku bi. Tolong.” Salman sangat lelah dan Yusuf menggeleng kepala.

Salman menjadi duda, sudah satu tahun. Usianya kini 27 tahun, tinggi 1,82cm. Berambut hitam pekat, dan ikal. Kedua matanya seperti mata elang, kulitnya coklat eksotis, hidung nya mancung bertulang sedikit menonjol (seperti author), pipinya sedikit cabi dengan luka di bagian pelipis kirinya. Pintar dalam agama dan dipercaya menjaga pesantren keluarganya. Memiliki tiga adik, dua perempuan satu laki-laki. Fitria, Sairish dan Surya. Merupakan sosok kakak baik, tegas, perhatian dan royal. Sosoknya yang tegas dan galak sangat ditakuti para santri, tapi tetap saja yang bandel terus ada. Pendiam, memiliki usaha di bidang kuliner. Semakin pendiam setelah ditinggalkan rembulan nya. Syafa Hafizah.

”Asstaghfirullah.” Seru Yusuf lantang, saat melihat seorang gadis masuk ke kawasan pesantren tanpa memakai kerudung, hanya memakai tunik dan celana panjang. Masih sopan, tapi tetap saja tidak sopan untuk masuk ke tempat belajar agama tersebut.

Salman langsung bangkit, dia menuruni tangga dengan cepat, langkahnya begitu tegas dan sembari menarik kain sorbannya, dia mendaratkan kain sorbannya di atas rambut Sairish, Sairish diam dan menggigit kecil bibirnya.

”Maaf.” Suara Sairish serak.

Sairish terus menunduk, tidak berani menatap Salman yang marah padanya saat ini, apalagi Yusuf ayah kakaknya yang langsung pergi. Setelah selesai menutupi aurat adiknya, Salman menarik Sairish ke dalam rumah.

”Sudah aku bilang, pakai kerudung kalau kesini.” Seru Salman penuh emosi. Sairish dia minta duduk dan kini keduanya berseberangan.

”Ya maaf.” Lirih Sairish, dan hampir menangis.

”Kenapa kemari?”

”Kamu lupa? sekarang kan Surya ulang tahun.” Ujar Sairish, Salman terdiam, memijat keningnya berulangkali. Bagaimana bisa dia lupa? Surya kalau tahu, pasti anak itu marah dan tidak mau bertemu dengannya.” Jangan bilang mas lupa ya. Udah ada belum kado nya?”

”Belum, temani aku. Aku mau beli sekarang juga." Imbuh Salman, lalu bangkit dan bergegas pergi untuk mengambil kunci mobil dan dompet nya.

”Dasar." Cibir Sairish, lalu dia diam menunggu. Dia menoleh saat Fitria muncul dari dapur, keduanya saling memandang sinis. Sairish mendengus dan memangku satu kakinya, jelas saja hal tersebut membuat Fitria meradang.

”Tidak tahu sopan santun.” Maki Fitria emosi. Lalu melenggang pergi menuju ke dapur.

Fitria dan Sairish tidak akur, sering berdebat karena hal kecil. Fitria masih seperti dulu, malah semakin menjadi-jadi. Dia yang selalu merasa lebih berhak atas ayah tirinya yaitu Yusuf. Ibunya Wulan berulangkali mengingatkan, anak tiri tidak berhak menuntut apapun. Wulan malu, kepada Asma dan Salman atas tingkat laku putrinya.

Setelah Salman siap, dia mengajak Sairish untuk segera pergi, dia melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Menuju pusat perbelanjaan untuk mencari hadiah. Adiknya masih SMA. Terakhir kali dia meminta iPad, tapi Salman tidak memberinya karena Surya mengalami penurunan dalam nilai nya. Anak itu sering bermain game tidak tahu waktu, jarang belajar dan sering tertidur di kelas.

Sairish diam, memperhatikan gantungan yang dikaitkan ke kaca spion bagian dalam adalah foto Syafa, foto kakak iparnya yang paling dia kagumi. Sosoknya tak akan pernah terganti, baik dan ramah adalah identitas Syafa.

”Kalau mas Salman menikah lagi, aku gak apa-apa. Tapi aku mau yang seperti mbak Syafa.” Gumam Sairish, lalu dia berpaling dan Salman menoleh sekilas padanya.

Terpopuler

Comments

Ira Wiranti

Ira Wiranti

Dia cerai ditinggal mati?

2021-09-15

0

Ira Wiranti

Ira Wiranti

Syafa tuh yang kaya gimana si

2021-09-15

0

SUMI 🐊🐊

SUMI 🐊🐊

dedek mampir

2021-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!