Bab 3: Ketua Agen

Setelah acara makan-makan ulang tahunnya Surya usai, Salman sampai sekarang masih di rumah bundanya, dia tidak akan pulang ke pesantren. Pria itu sedang menelepon, di roof top. Saat mendengar suara langkah kaki, Salman mematikan panggilan dan diam saat Sairish memeluknya erat dari belakang.

”Aku tahu, pelukan ini berbau rayuan.” Tutur Salman dan Sairish tergelak.

”Aku butuh uang mas hehe.” Akhirnya Sairish jujur.

”Untuk?” tanya Salman, seraya berbalik dan kini berhadapan dengan adiknya.

”Jalan-jalan.” Jawab Sairish ragu, raut wajah Salman langsung berubah.

”Kemana?” tanyanya lagi.

”Ke puncak, sama teman-teman.” Ujar Sairish sambil tersenyum lebar.

”Cewek cowok?” mulai ketus.

”Dua-duanya, boleh?” jawab Sairish sambil bertanya, Salman menghela nafas panjang lalu berbalik.

”Enggak!” ucapnya penuh penekanan, tidak bisa dibantah apalagi di lawan. Sairish mendesah kasar, dia meraih tangan Salman dan menggoyangkannya agar diberi uang dan diberi izin.

”Ayolah bang, cuma satu malam aja.” Rengek Sairish dan Salman menggeleng kepala. Dia tidak akan mudah di bujuk rayu.

”Emangnya ayah ngasih izin?”

Sairish menggeleng kepala.

”Gila kamu, ayah aja gak ngasih izin, apalagi aku.” Ketus nya berucap. Lalu meletakkan kedua tangannya di pagar rooftop.

”Justru itu, aku mau mas bilang sama ayah, mas bujuk ayah. Supaya ngizinin aku.” Tutur Sairish dan Salman tergelak.

”Siapa kamu ngatur-ngatur hmm?" imbuhnya sewot, Sairish kesal, memukulinya lengan kekar kakaknya itu dan Salman melangkah pergi. Sairish harus berlari untuk mengimbangi langkah lebar kakaknya. Setelah sampai di lantai satu, Asma dan Satya mendesah bersama, melihat adik kakak yang terus ribut jika bertemu.

”Mas.” Rengek Sairish.

”Enggak.” Tegas Salman dan melangkah mendekati orang tuanya, Sairish tidak berani dan berhenti merajuk. Salman duduk dan menyenderkan kepalanya di bahu Asma. Asma diam membiarkan.

”Katanya Sairish mau liburan ke puncak!” seru Salman lantang, kedua mata Sairish membulat, dia tidak bisa membiarkan kakaknya terus berbicara, tapi untuk membungkam nya pun tidak mudah.

”Mas.” Sairish berbisik. Sambil melotot.

”Masih membahas itu lagi?” tegas Satya emosi.

”Irish maksa aku ayah, supaya membujuk ayah mengizinkan dia pergi.” Tutur Salman mengatakan segalanya, Sairish semakin frustrasi sekarang.

”Enggak kok.” Bantah Sairish berusaha menghindari amarah ayahnya.

”Ayah kan udah bilang, jangan.” Tutur Satya dan Sairish diam.” Kamu anak perempuan, jangan terlalu berani bergaul apalagi dengan lelaki.” Sambungnya keras.

”Mungkin Irish mau tinggal di pesantren.” Kata Salman dan Sairish terbelalak, dia tidak tertarik tinggal di tempat penuh kekangan itu. Dia tidak mau. Salman tersenyum lebar melihat kepanikan di wajah Sairish.

”Enggak ayah, aku gak mau.” Suara Sairish berat, dia mengerucutkan bibirnya.

”Nurut dong nak, jangan bikin mas sama ayah kamu khawatir. Terus bunda? apa kamu gak mikirin bunda nak, bunda juga gak ngasih izin.” Ujar Asma dan Sairish menekuk wajahnya dalam-dalam, semuanya gara-gara Salman, dia jadi bahan omelan habis-habisan.

”Awas kamu mas.” Ancam Sairish dalam hati.

”Aku yakin dia sedang mengumpat.” Gumam Salman.

Kedua adik beradik itu saling menatap sinis, lalu berpaling bersamaan.

****

Keesokan paginya, Salman sudah siap-siap untuk pulang, dia berbincang dengan Satya sejenak dan Satya memberikan sesuatu padanya. Salman menuruni tangga, lalu melangkah menuju dapur.

”Sarapan nak.” Kata Asma.

”Iya bund.” Jawab Salman lalu duduk, tatapannya begitu sinis menatap Sairish, Sairish mendelik sebal. Gadis itu sudah siap untuk pergi kuliah. Dan Surya juga baru datang dan siap untuk ke sekolah.

”Gimana sekolah kamu?” tanya Salman.

”Baik mas, lancar.” Jawab Surya.

”Lancar? gimana bisa lancar kalau tidur terus.” Cibir Salman, lalu meraih piring dan lauk pauk. Surya menunduk lemah, pasti Fitria yang mengadukannya kepada Salman. Fitria adalah seorang guru, Salman mengetahui segalanya tentang Surya dari Fitria, meski begitu. Dia tidak asal menerima apa yang dikatakan si julid Fitria.

”Mati aku.” Gumam Surya dan tidak berani menimpali ucapan Salman.

Salman terkekeh, melihat raut wajah tegang adiknya. Dia tiba-tiba mengeluarkan dompet, kedua mata adiknya berbinar saat melihat uang.

”Aku mau.” Pinta Sairish dan terus tersenyum, berbeda dengan awal kedatangan Salman.

”Giliran duit aja semangat.” Ketus Salman lalu memasukkan dompetnya kembali, kedua adiknya berhasil dia kerjain.

”Rese." Maki Sairish dan Salman hanya tertawa.

Asma menggeleng kepala, melihat Salman mengerjai kedua adiknya seperti itu, setelah Salman selesai sarapan lebih dulu, dia mendekati Asma.

”Bunda, aku pulang ya.” Salman pamit.

”Hati-hati, jaga pesantren dengan baik. Bunda selalu ingat sama abah dan umi.” Tutur Asma sedih. Mengingat abah Abdul dan umi Salamah yang sudah meninggal.

”Do'ain ya bund.” Pinta Salman, lalu memeluk Asma erat.

”Pasti bunda do'ain, mau bawa makanan? bunda siapin.” Ujarnya lembut, sambil menatap pahatan wajah putranya yang begitu luar biasa mempesona.

”Enggak usah, aku buru-buru.” Tolak Salman sedikit ragu, dan Asma pun paham.

”Ya sudah.” Ucap Asma lalu Salman menyalami tangannya.” Sudah pamit sama ayah nak?”

”Sudah bunda.” Jawab Salman lalu melirik kedua adiknya, Asma tersenyum seraya mengangguk. Salman melangkah sambungan mengeluarkan dompet, menarik empat lembar uang dan meletakkannya di meja makan.” Assalamu'alaikum”

”Wa'alaikumus Salaam.”

Sairish dan Surya antusias, menyambar uang dari Salman.

”Mas makasih ya.!” Teriak Sairish dan Salman hanya melambaikan tangan tanpa berbalik badan.

”Jangan boros.” Tegur Asma dan keduanya mengangguk.

*****

Beberapa hari kemudian, Salman pergi, dia izin kepada abinya. Sekarang, dia sedang berada di sebuah hutan belantara, di sebuah kota. Jauh dari tempat tinggalnya, tangannya yang kasar terus memegang senjata, persenjataan lengkap ada di dalam tas. Sesekali dia memberi kabar sampai akhirnya dia tidak menemukan sinyal.

Gadis yang sedang disekap, Vanya. Gadis berumur 24 tahun, calon dokter. Seorang anak dari keluarga kaya raya. Sedari kecil dia dibesarkan dengan bergelimang harta. Jika mau, dia bisa dimandikan dengan emas dan uang. Jika mau, dia bisa menerima semua fasilitas mewah dari sang ayah. Tapi dia tidak seperti itu, sosoknya sangat sederhana, dermawan dan baik.

Matanya kini terbuka, dia haus, untuk bernafas pun rasanya tidak kuat. Saat suara tembakan terdengar, kedua matanya terpancar binar penuh harap, berharap ada yang menyelamatkannya. Suara ledakan pun terdengar berulang kali.

”Ayah.” Gumam gadis itu, dia yakin ayahnya datang untuk menyelamatkannya.

Pintu ruangan tersebut pun akhirnya terbuka, cukup keras karena di dobrak oleh seorang pria. Vanya terdiam, melihat sosok yang tidak dia kenal. Seorang pria bertubuh tinggi dan kekar, wajahnya tidak terlihat jelas. Di penuhi dengan noda berwarna hitam.

”Tolong.” Lirih gadis itu, entah pria itu mendengar atau tidak, karena mulutnya masih dibungkam.

Pria itupun mendekat, mengarahkan senjatanya kepada Vanya, tidak lama dia berlutut saat melihat gadis lemah dengan nafas terengah-engah itu. Rambut panjang berwarna pirang itu begitu lusuh. Kulit putihnya begitu berdebu.

”Hei." Panggil pria itu.” Buka matamu." Dia mulai panik.

Vanya membuka matanya, tubuhnya di angkat, lakban dari bibirnya di tarik perlahan-lahan, Vanya diam saat pria itu melepaskan ikatan tali dari tubuhnya, Vanya mengernyit, berusaha membaca nama yang tertera di seragam berwarna hitam itu. Hanya huruf S yang dia lihat.

”Salman!” seru seorang pria yang baru masuk, dia Hendry.” Cepat.” Ujarnya panik.

Salman sedang berusaha membuka gembok rantai yang mengikat kaki gadis itu. Dia melakukan segala cara dan akhirnya berhasil dengan kawat dari yang dia ambil dari tas nya.

”Ayo bangun.” Tegas Salman, tapi Vanya tak kuat.

”Saya tidak kuat pak.” Lirih Vanya. Suara gemuruh dari langkah kaki para musuh membuat Salman panik, dia akhirnya membungkuk, mengangkat pinggang gadis itu sampai setengah badannya terkulai di bahu lebarnya. Vanya diam, saat dia dibawa lari, pandangannya semakin buram. Salman berlari dan Hendry menjaga keduanya dan tidak lama yang lain pun datang.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿

☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿

selalu bikin baper... dan semoga aku tidak nangis...

2021-10-07

0

nunasuga10

nunasuga10

wah ternyata ini kelanjutan cerita Asma dan Satya toh.
semangat terus thor

2021-09-17

0

saira

saira

❤️❤️❤️❤️❤️❤️

2021-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!