Asma diam, menatap keluar kaca jendela berulangkali. Apa Salman tidak akan datang? susah seminggu dia tidak bertemu dengan putra pertamanya, rasa rindu yang menggebu begitu menyiksanya.
”Anak-anak sudah dewasa ya bund.” Ujar Satya, Asma menoleh dan tersenyum. Dia menyenderkan kepalanya di lengan suaminya itu saat Satya merangkul bahunya.
”Aku khawatir dengan keadaan Salman, dia tidak baik-baik saja setelah kepergian Syafa.” Asma mengadu, tentang rasa khawatir dan kegelisahan yang dia alami. Kepergian menantunya begitu menjadi cambukan terburuk, Satya diam. Tidak bisa mengatakan apapun kecuali mengelus kepala Asma.
Dalam diamnya, tiba-tiba Asma tersentak mendengar suara klakson mobil, dan saat melirik keluar kaca jendela, ia melihat mobil berwarna silver datang. Anak pertamanya sudah datang, dia pun menjauhi suaminya, bergegas pergi untuk menyambut kedatangan Salman.
”Hati-hati.” Seru Satya menegur. Tapi Asma tak mau mendengar.
Salman keluar dari dalam mobil, dia diam sejenak, menyapu sekeliling. Banyak keluarga yang hadir, Surya bahkan langsung berlarian keluar saat mendengar kakak pertamanya datang.
”Mas.” Seru Surya, menghambur memeluk mas nya. Salman tersenyum lebar dan tubuh besarnya terus di goyangkan.
”Cukup.” Pinta Salman dan Surya berhenti. Dia usap rambut lurus adik lelakinya itu.” Semoga sehat-sehat ya, selamat ulang tahun. Jangan sering main game.” Tuturnya lembut dan Surya mengangguk. Tangan Surya menadah, meminta hadiah. Salman langsung menjitak kepala adiknya kesal.
”Sakit.” Ucap Surya, dan terus meringis memegang kepalanya.
”Nih.” Kata Salman, memberikan hadiah dan kedua mata Surya berbinar-binar.
”Beneran kan?” tanya Surya, takut isinya macam-macam. Seperti ulang tahunnya 4 tahun yang lalu, hadiahnya kodok.
”Hadeuh, ya udah kalau gak mau. Buat Sairish aja.” Ujar Salman, memberikannya kepada Sairish tapi Surya menyambarnya.
”Makasih mas Salman hehe.” Senyuman di bibir Surya membuat Salman bahagia. Kini dia berpaling kepada bunda nya.
Salman melangkah, memburu tangan bunda nya lalu menciumnya, Asma tersenyum, mengusap rambut Salman.
”Assalamu'alaikum bunda.” Imbuh Salman lembut.
”Wa'alaikumus Salaam nak.” Jawab Asma. Kini Salman berdiri dengan tegak dan melirik ayahnya sekilas. Asma langsung memeluk putranya hangat, mengusap-usap punggung lebar dan kekar itu. Salman membalas pelukannya, dia sibuk sampai tidak sempat mengunjungi bundanya.” Jangan siksa bunda dengan rasa rindu nak.” Pinta Asma sambil menangis.
”Maaf bunda.” Balas Salman serak, seraya mempererat pelukannya.
Setelah merasa cukup, keduanya sama-sama saling melupakan, Salman tersenyum, kedua tangannya dengan sigap mengusap air mata bundanya.
”Aku disini bund.” Imbuh Salman, seraya meraih kedua tangan Asma lalu menciumnya bergantian.
”Bunda sudah nungguin kamu dari tadi, ayo masuk.” Ujar Satya dan Salman menoleh, dia tersenyum, melepaskan tangan bundanya lalu beralih dengan menyalami tangan ayah tirinya Satya. Begitu penuh hormat dan Satya tersenyum lebar.” Bagaimana kabar kamu sehat?”
”Ternyata ayah pandai berpura-pura.” Goda Salman dan Satya memukul lengannya.
”Kalian bicara apa hah?” tanya Asma dan keduanya menggeleng kepala kompak. Lalu tertawa bersama.” Dasar.” Kata Asma dan mengajak semuanya masuk.
Salman terdiam, menatap semua makanan, kue yang begitu banyak. Dia menoleh saat Sairish menepuk bahunya.
”Aku suapi mas ya.” Kata Sairish dan Salman membuka mulutnya, menjilat jari adiknya berulangkali dengan sengaja, Sairish menjerit-jerit merasa jijik.” Jijik, jorok banget sih ah." Kesal.
Salman cengengesan dan mengunyah kue yang masuk ke mulutnya lembut.
”Jahil banget sih kamu.” Kata Asma dan Salman diam saat noda di bibirnya karena krim dari kue oleh Asma.
”Dia yang bilang mau nyuapin aku kan?” Salman tidak mau di marahi dan membela diri, Sairish cemberut dan mencuci tangannya.
”Gila!" maki Sairish.
”Enggak boleh gitu.” Tegas Satya dan Sairish tersentak.
”Iya ayah.” Imbuhnya kembali lirih.
”Kamu mau makan yang mana nak?” tanya Asma dan Salman bingung, terlalu banyak masakan malah membuatnya selalu dilema, pria sederhana, yang dengan satu masakan pun cukup baginya.
”Aku mau udang aja.” Kata Salman sambil meraih piring.
”Ayam, tumis, yang lainnya enggak?” Asma terluka kecewa. Salman menoleh, melihat raut wajah bundanya seperti itu.
”Bunda kamu yang masak semuanya.” Ucap Satya dan Salman tersenyum.
”Oke, terserah bunda saja. Yang mana saja boleh, tapi jangan pakai sambal.” Tuturnya lembut dan Asma terdiam. Salman seperti abi nya, tidak suka sambal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Habibi Annawawi
suamiku juga suka gitu kalo d masakin banyak macemnya suka bingung katanya😂😂😂
2021-09-11
0
SUMI 🐊🐊
semangat kakak
2021-09-10
0
Putri agustina Putri
yuk lanjut yukkkk semangatttt kak 🔥🧡
2021-09-10
0