Bab 4: Kesasar

Gubug reyot tempat di sekap nya Vanya sudah rusak, para polisi memburu para pelaku tanpa ragu, semuanya di amankan tapi dua orang kabur. Suara tembakan terus menggema, banyak polisi yang terluka, Salman juga begitu. Para polisi bingung karena Salman dan Hendri tidak ada. Keduanya kesasar bersama gadis itu, Vanya.

Di sudut lain hutan belantara, Salman sesekali melirik Vanya yang pingsan, dia sesekali membasahi sapu tangannya yang dia jadikan untuk mengompres kening gadis itu dengan air hangat, api terus menyala nyala, menghangatkan tubuh Salman dan Vanya. Hendri juga begitu, dia kesasar di sudut lain, menunggu sampai bantuan datang. Musuh bisa saja muncul dimana pun, Salman harus tetap terjaga melindungi gadis itu sampai bisa dia bawa ke pimpinannya.

Untuk mengusir kejenuhan, Salman merogoh sakunya, mengambil foto kecil, berukuran foto untuk ktp. Foto Syafa, yang memakai kerudung pink muda dan membuat Salman kini tersenyum manis, memperlihatkan gigi kecil nya yang tersusun rapih dan bersih. Dia sangat merindukan Syafa, tak ada satu gadis pun bisa menggantikan Syafa.

Gadis berkulit sawo matang, hidungnya mancung jika di lihat dari samping, giginya tidak rapih karena Syafa bilang, saat kecil dia sangat suka makan permen. Tawa, dan ceria nya gadis itu kini hanya tinggal kenangan. Yang terus membayangi Salman setiap saat, dia menikahi Syafa yang memang salah satu santriwati di pesantren keluarganya. Gadis itu sangat pintar, bertubuh tinggi jenjang dan kurus. Salman masih ingat, betapa antusiasnya Syafa saat dia mengirimkan pesan untuk melamarnya. Gadis lugu yang dia nikahi, meninggal karena sebuah kecelakaan, merenggut Syafa dan calon bayi nya. Syafa sedang hamil 5 bulan saat itu. Sampai sekarang, dia tidak bisa menemukan dimana pelaku tabrak lari tersebut.

”Aku merindukanmu, di setiap langkah dan ingatanku. Kamu tidak akan pernah tergantikan Syafa, kamu yang sangat sederhana, dan aku sangat beruntung pernah memiliki mu. I love you.” Gumam Salman, air matanya tiba-tiba jatuh, membasahi pipinya. Dia hancur, akan rindu yang terus menggebu dan tidak bisa dia luapkan, selain dengan berziarah ke makam almarhumah istrinya.

”Ayah.” Panggil Vanya, dia mengigau. Salman menoleh, lalu mengusap air matanya. Dia bangkit lalu memakai sarung tangannya, bagaimana pun juga, dia tidak mau menyentuh seorang gadis yang tak halal baginya.

”Bangun." Titah Salman begitu tegas. Lalu dia memperhatikan Vanya yang memegang tenggorokannya.

”Haus.” Lirih Vanya, Salman meraih botol minumnya lalu membantu gadis itu minum, Vanya yang akhirnya merasakan air menyentuh dinding mulutnya sedikit tersenyum, belum memperhatikan sosok pria yang membantu nya minum. Setelah selesai, Salman diam, dan Vanya memegang kepalanya yang berdenyut.

”Aku dimana?” tanya Vanya serak.

”Kita masih di hutan.” Jawab Salman, lalu menjauh, dia mengambil kayu dan ranting pohon, dan meletakkannya di atas perapian.

Vanya tersentak, saat melihat sosok asing di hadapannya, hanya memakai kaos kutang berwarna hitam, dada bidang dan perut kotak-kotak itu nampak jelas, Vanya mundur dan Salman diam tidak memperdulikan pergerakannya.

”Siapa kamu?” teriak Vanya.

Salman diam, dia mengarahkan kedua tangannya ke sebelah api untuk merasakan kehangatan.

”Sialan.” Seru Vanya, dia berbalik untuk segera pergi.

”Pergi saja, aku juga tidak mau menjagamu. Sangat merepotkan, dan disini masih banyak hewan buas. Silahkan." Seru Salman lantang, Vanya menciut dan berhenti melangkah, langkahnya bahkan terpincang-pincang saat ini. Vanya kembali berbalik, dia diam menatap Salman yang masih diam di tempatnya.

”Kamu siapa?” tanya Vanya. Suaranya bergetar hebat.

”Manusia.” Jawab Salman dan Vanya terbelalak.

”Siapa nama kamu?” tanyanya lagi.

”Apa penting?” ketus Salman, mengangkat kepalanya sekilas, tatapannya begitu tajam lalu dia berpaling.

”Aku yakin kamu pria baik-baik, tolong bawa aku pulang. Aku sudah berhari-hari di sekap mereka, bantu aku.” Tutur Vanya penuh harap, tapi Salman hanya tertawa datar. Tawa nya membuat Vanya ketakutan. Apa pria itu juga jahat? lalu aku bagaimana? Vanya terus bertanya-tanya, dia akhirnya duduk dan Salman menoleh.

Gadis itu tidak jadi kabur darinya. Vanya diam, lama kelamaan suara isak tangis membuat Salman menoleh kembali.

”Berisik!” tegas Salman setengah berteriak, Vanya tersentak tapi gak sanggup meredakan tangisannya sendiri. Dia ingin pulang, bertemu keluarganya kembali.

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿

☠ᵏᵋᶜᶟRoss"kita" 𝕱𝖘🏚ᵉᶜ✿

hati2 kang Salman.. sekarang aj galak.. nanti bUcin nangiiis

2021-10-07

0

saira

saira

kamu siapa?

manusia

omegat galaknya 😂

2021-09-11

0

SUMI 🐊🐊

SUMI 🐊🐊

tggu aj si om jd bucin

2021-09-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!