Mega membuka jendela kamarnya, terlihat matanya yang sembab,
" Selamat pagi budhe..!" panggil Mega saat melihat ibu Wira dari jendela, perempuan itu sedang sibuk menyapu.
" Sudah bangun Mega?!" ibu Wira tak kalah bersemangatnya saat melihat Mega,
" sudah dari tadi budhe.. Mau ke pasar.. Ikut buk Parni.."
" budhe juga mau ke pasar, bagaimana kalau bareng bareng saja?"
" wah, boleh..
Kita bawa mobil Kakung saja budhe.."
" kau bisa setir mobil Mega?"
" bisa budhe.." jawab Mega sembari mengangguk,
" wah.. Menantu idaman kau Mega, pasti ibu mertuamu senang kau antar kemana mana,
Ya sudah, budhe segera ganti baju ya?"
" baik budhe, mega tunggu di depan ya.."
ibu Wira mengangguk, dan segera menutup jendela rumahnya yang terbuka lebar itu.
Pendopo itu sudah ramai dengan para penari,
Wira yang sebenarnya akan ke gudang untuk mengecek barang, mampir sebentar, tidak untuk latihan, tapi hanya untuk duduk dan melihat pembarong lainnya latihan.
" Kau tidak latihan?" Suroto duduk disebelah Wira,
" tidak mas, aku mau ke gudang.." jawab Wira dengan tatapan berkeliling,
" banyak anggota baru mas, atau hanya ikut ikutan?" tanya Wira melihat semakin banyak remaja yang hadir.
" Ada lima orang yang baru mendaftar, mereka mulai ikut latihan hari ini,"
" baguslah.." Wira mengangguk, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya,
" untuk konsumsi hari ini mas," ujar Wira,
" jangan, biar kuambilkan dari kas saja," tolak Suroto.
" eh, ini dariku, sudahlah pakai saja.. Belikan sesuatu yang lebih enak dari biasanya, supaya anak anak itu betah.. Di sanggar kita mas," Wira memaksa Suroto untuk menerima uang di tangannya.
" Kau ini.. Ya sudah kuterima, semoga rejekimu semakin banyak," Suroto menerima uang itu sembari menepuk pundak Wira.
" mas Wira," seorang gadis mendekat,
" mas Wira tidak ikut latihan hari ini?" tanya gadis berambut pendek itu.
" Tidak, kau latihan lah dengan mas Hadi," jawab Wira,
Mendengar jawaban Wira gadis itu terlihat tidak senang.
" Mas Wira sibuk intan.." sahut Suroto,
" baiklah mas.. Tapi latihan berikutnya mas Wira ikut kan?"
Wira mengangguk, ia bukannya tidak tau kalau gadis itu menaruh hati padanya.
" ya sudah, intan latihan dulu ya mas.." gadis itu melempar senyum lalu berjalan pergi kembali pada kumpulannya.
Suroto hanya bisa menggeleng gelengkan kepala,
" Kau sungguh sungguh idola.." Suroto tertawa,
" tapi sayangnya idola kita ini hatinya sudah terkunci.." lanjut Suroto,
Wira diam saja, tidak bereaksi, namun matanya tertuju pada jalan raya.
Sebuah mobil berwarna putih lewat,
" itu ibumu kan?" beritahu Suroto pada Wira,
Wira menatap mobil yang lewat di depan pendopo itu,
jendela mobil itu terbuka lebar, tentu saja ia bisa melihat jelas siapa yang ada di dalam mobil itu.
Mega sedang menyetir, sementara ibunya dan buk Parni duduk di kursi tengah.
" dari mana mereka?" tanya Suroto, karena mobil itu mengarah masuk ke dalam desa,
" tidak tau mas, aku tidur dirumahku sendiri semalam," jawab Wira.
" Tampaknya ibumu senang sekali dengan kepulangan Mega,"
" ya, dia seperti menemukan berlian," Wira berwajah datar saat mengatakan itu.
" Kau tidak dengan kabar yang santer?
Bahwa Mega sedang bermasalah dengan rumah tangganya?"
" itu kan hanya kabar burung."
Wira tiba tiba bangkit,
" aku pergi dulu mas," pamitnya berjalan pergi, tanpa menoleh lagi ia menaiki motornya, mengendarainya.
Tapi tidak ke arah kota, ia malah mengarahkan motornya masuk ke arah desa.
" Dari mana Bu?" tanya Wira saat ibunya baru saja menaruh belanjaan di atas meja dapur.
" Lho? tumben Sabtu Sabtu kau kesini le?" tanya ibunya, karena biasanya Wira sibuk setiap hari libur dan tidak pernah datang kerumah.
" Aku melihat ibu dijalan tadi," Wira bersandar di dinding.
" oh ibu, tadi pagi ke pasar.. Eh kok pas pulang Mega mengajak makan dan jalan jalan sebentar.." jawab ibunya terlihat senang.
" Bukankah Wira sudah mengingatkan ibu, kalau tidak usah terlalu dekat dengan Mega?"
" kau ini kenapa sih Wira?
Apa yang katakan tentang Mega semua tidak benar,
mega tidak pernah melupakan kita meski ia jauh,
Mega tidak pernah datang karena keadaan memang tidak mengijinkannya datang kesini?"
" ibu.. Wira tidak ingin ibu kecewa.. Dia pasti pergi lagi nanti,"
" tentu saja Wira, dia kan kesini hanya untuk liburan, setelah suaminya datang dia akan kembali pulang,"
Wira mengerutkan dahi,
" memang suaminya kemana?"
" suaminya sedang ada pekerjaan di luar pulau, karena itu dia kesini tidak dengan suaminya," jelas ibu Wira.
Wira terdiam sesaat,
" apakah ibu sudah mendengar kabar di sekitar?"
" tentu saja, mbak Parni yang memberi tahu ibu, orang orang kampung membicarakan Mega,
Mereka mana tau Wira, kenyataannya Mega kesini memang liburan.." ujar ibunya.
Wira tidak menjawab.
" Ya sudah lah Bu, Wira mau pergi dulu." Wira berbalik, dan berjalan pergi.
Namun saat Wira sudah di atas motornya, terlihat buk Parni yang tergopoh gopoh memanggilnya.
" Tunggu mas! Di panggil Kakung?!"
" ada apa buk?"
" tidak tau, katanya ada perlu dengan mas Wira?" jawab buk Parni.
" ya sudah, sebentar lagi saya kesana," jawab Wira kembali turun dari motornya.
Wira berjalan menaiki teras, laki laki itu menggunakan kaos abu muda berkerah, lengan pendek kaos itu memperlihatkan otot lengan Wira, di tambah dengan celana berwarna hitam yang panjangnya hanya selutut, laki laki itu tampil sangat santai hari ini, namun sesantai apapun Wira, laki laki itu tetap terlihat rapi dan pantas dengan apapun yang ia kenakan.
" Masuklah wira..!" sambut Kakung saat Wira sudah berdiri di ruang tamu.
" Ada apa kung?" tanya Wira sembari duduk.
" begini, baru tadi malam Mega berbicara pada Kakung,
Dia ingin membangun sebuah perpustakaan,"
Kakung duduk tidak jauh dari Wira,
" perpustakaan?"
" iya, perpustakaan gratis untuk anak anak desa.. Dia juga akan membuka kelas bagi anak anak yang mau belajar menggambar atau melukis..
Mega tidak akan memungut biaya apapun Wira.." wajah Kakung terlihat senang saat mengatakan itu.
Wira terlihat berpikir,
" mau membangun dimana kung?"
" menurutmu dimana Wira? Kau kan tau letak letak tanah Kakung?"
Lagi lagi Wira berpikir,
" Harus meninjau lokasi kung, supaya lebih enak.."
" nah itu.. Bawalah Mega untuk melihat lokasi tanah tanah Kakung ya?
Kalau dia sudah menentukan, tolong kau bantu dia, Carikan tukang dan awasi pembangunannya.."
Wira sedikit kaget mendengar itu, memang.. Kakung terbiasa untuk meminta bantuannya tentang ini itu, karena Wira sudah bagaikan cucunya sendiri.
Tapi membantu Mega?, Wira terdiam.
" Kakung tau kau sibuk, dengan dinasmu, dengan kegiatanmu menari, belum lagi dengan bisnismu yang di luar sana..
Tapi jika bukan kau lalu siapa?
Mega butuh bantuanmu Wira..
bantu dia ya le?"
Wira masih diam,
" Kakung tau kau ada sedikit rasa kesal pada Mega.. Tapi bukankah dia sudah seperti adikmu sendiri..
Bantulah dia,
Niatnya sungguh mulia untuk anak anak di desa ini Wira.." nada Kakung memohon
" Baiklah kung," jawab Wira akhirnya.
" jadi kapan kau ada waktu? Antarkan dia melihat tanah tanah Kakung.. lebih cepat lebih baik..
supaya lekas bisa di bangun, biar Mega punya kesibukan..
Kasihan kalau dia disini tidak mengerjakan apapun.."
Wira menghela nafas pelan,
" kalau Mega bisa sekarang, biar Wira antarkan sekarang, mumpung Wira sedang libur." ujar Wira, membuat wajah Kakung tampak senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
indy
kayaknya mbah kakung mau mendekatkan mega wira lagi
2024-08-11
2
Nene Juan
Berbahagia lah Mega, karna mulai sekarang kamu akan selalu berdekatan dengan Wira..
2024-08-11
2
Dewi Purnomo
Berharap sih Mega blm tersentuh oleh suaminya....hehe....lanjut up mb.
2024-08-11
5