budhe Asri

Suara riuh ayam berkokok membangunkan Mega,

di Surabaya ia tidak pernah mendengar suara Kokok ayam, karena rumahnya termasuk di daerah kota yang sudah ramai dengan kampus dan pusat perbelanjaan.

Mega tau ini masih subuh, tapi ia ingin menghirup udara pagi yang masih bersih.

Di buka jendela kamarnya yang lebar itu, Mega bisa melihat pagar batu bata yang di buat setinggi satu meter, pagar itu di buat hanya untuk pembatas antara tanah Kakung dan tanah tetangga di sebelahnya.

Namun karena rumah Kakung cukup tinggi, rumah rumah di sekitarnya jadi terlihat kecil.

Saat Mega berdiam diri di depan jendela yang terbuka itu, tak lama jendela rumah tetangganya juga terbuka.

Seorang perempuan yang sebaya dengan mamanya sedang membuka tirai berwarna putih.

Mega diam menatap perempuan yang sedang sibuk sendiri itu.

Diam diam Mega tersenyum menatap wajah yang kalem, dan terlihat sudah mulai menua itu, namun tetap saja cantik menurut Mega, meski penampilannya tidak pernah semodis mamanya yang hidup di kota besar.

" Budhe Asri.." panggil Mega pelan, membuat perempuan yang sedang sibuk memegang kemoceng itu mencari asal suara.

Setelah melihat ke kanan dan kekiri beberapa saat, perempuan yang Mega panggil budhe itu akhirnya melihat jendela kamar yang tidak pernah terbuka sudah sekian lama itu.

Betapa terkejutnya perempuan itu melihat siapa yang berdiri di depan jendela itu.

" Apa kabar budhe..?" sapa Mega kalem sembari mengulas senyum manis,

" Mega?!" kata perempuan itu tidak percaya dengan apa yang ia lihat,

" iya budhe, ini Mega.."

" sungguh kau Mega?!" perempuan itu seperti tidak percaya pada penglihatannya,

" iya budhe, ini Mega.. Mega yang sering sembunyi dirumah budhe dulu..." Mega tersenyum cerah,

" ya Ampun Mega?!" perempuan itu terlihat senang sekali melihat Mega,

" kesini nduk?! Kesini?!" perempuan itu melambaikan tangannya beberapa kali dengan semangat,

" Mega mandi dulu ya budhe, setelah ini Mega kerumah budhe.." kata Mega, setelah mengangguk pelan.

" iya nduk iya, kesini ya?! Budhe masak pepes! dan sayur asem! Kau sarapan disini ya?!" kebahagiaan terpancar jelas dari perempuan yang bernama asri itu.

Tiga puluh menit kemudian, setelah Mega mandi dan merapikan dirinya, Mega membuka pintu depan,

" mau kemana nduk pagi pagi begini?" tanya utinya saat melihat Mega berjalan keluar, sementara di luar langit sudah mulai sedikit cerah.

" ke budhe Asri,"

" memangnya Asri sudah bangun?"

" sudah uti, tadi Mega menyapanya dari jendela kamar, lalu budhe memanggil Mega.." jelas Mega,

" owalah, ya sudah nduk kalau dia sudah bangun..

Lho? Kau kan bawa oleh oleh nduk, tidak kau beri budhe asri mu itu?"

" lho? Iya ya uti?! Mega hampir lupa..?!" Mega buru buru kembali ke kamarnya, mengambil dua kotak lapis surabaya.

Mega memasuki halaman rumah budhe Asri yang terletak tepat di sebelah rumah Kakung dan utinya,

Ia di sambut dengan melati yang bermekaran, sama seperti dulu, bedanya dulu tanaman melati di depan rumah budhe Asri tidak serimbun sekarang.

Tanaman melati itu sekarang setinggi satu meter, bahkan di buat melingkari rumah seperti pagar.

" tok tok tok.." Mega mengetuk pelan pintu yang terbuka itu,

Tak banyak yang berubah, rumah itu tetap sederhana, namun cat rumah yang dulu hijau kini berubah menjadi warna putih, dan lantai yang dulu ubin, kini berubah menjadi keramik putih.

" Mega! Masuklah nduk!" budhe Asri berjalan dari ruang tengah ke arah pintu menyambut kedatangan Mega.

Mega di tarik masuk ke dalam, saat itulah Mega melihat banyak perubahan yang ada di dalam rumah itu, dari mulai perabotan dan pernak pernik.

Yang paling membuatnya kaget adalah foto foto yang terpampang.

Itu foto foto Wira,

Iya Wira..

Laki laki itu terlihat gagah, dan yang jelas bertambah tampan.

Mega langsung menundukkan pandangannya, meredam perasaan aneh yang menghinggapinya,

ia terus mengikuti langkah budhe Asri ke dapur.

" Nah, duduklah disini.. Budhe baru selesai memindahkan semua makanan ke dalam piring dan mangkok, kau mau langsung makan sekarang nduk??" tanya budhe asri duduk di hadapan Mega.

" Ini masih terlalu pagi budhe.." ujar Mega sembari tersenyum, namun senyumnya begitu ganjil, hatinya masih di hinggapi perasaan aneh setelah melihat foto foto di dinding ruang tamu budhe Asri.

Ia memang pernah membayangkan, setelah sepuluh tahun berpisah, pastinya Wira akan menjadi laki laki yang lebih dewasa, bahkan mungkin sudah menjadi bapak bapak.

Ia juga mengira, ia pasti akan merasa biasa saja, karena waktu telah lama berlalu, ia pun tidak tau sedikitpun kabar tentang Wira setelah dirinya pergi dari kampung ini,

Tapi nyatanya tidak,

Rupanya masih ada sesuatu yang tersimpan rapi di dalam hatinya.

" Mega?" suara budhe asri membuyarkan pikirannya.

" Iya budhe..?" jawab Mega,

" kau lama liburan disini nduk?" tanya budhe asri sembari memegang tangan Mega,

" lama budhe.."

" suamimu? Tidak ikut?"

Mendengar pertanyaan budhe asri Mega terdiam sejenak, raut wajahnya terlihat berbeda,

" kenapa nduk? Apa kau ribut dengan suamimu? Karena itu kau kesini?" tanya budhe asri sadar dengan perubahan raut wajah Mega.

" Ah.. Tidak budhe, mas Yudha sedang Ada bisnis di luar pulau, jadi untuk sementara sembari menunggu kepulangan mas Yudha saya disini.." jawab Mega, entah kenapa ia tidak bisa berbicara jujur, ia merasa malu kalau kalau permasalahannya di ketahui oleh budhe asri, pastinya budhe asri akan menyampaikannya pada Wira.

Berlipatlah rasa malu Mega, sudah pasti Wira akan menertawakannya, pikir Mega.

" Benar itu nduk?" tanya budhe asri lagi meyakinkan dirinya, karena ia melihat keganjilan ekspresi Mega.

Mega mengulas senyum, menutupi perasaannya,

" sungguh budhe... Mega sudah sepuluh tahun tidak pulang kesini, inilah kesempatan Mega, mumpung tidak ada suami.."

Mendengar itu budhe asri mengulas senyum mengerti,

" Baguslah kalau begitu.. Budhe heran saja, katanya kau sudah menikah, tapi kau malah kesini tanpa suamimu..

maafkan budhe ya, padahal baru bertemu denganmu tapi sudah berpikir yang tidak tidak.."

" tidak apa apa budhe.." Mega mengulas senyum manis.

" Baiklah jika kau tidak mau sarapan dulu.. Temanilah budhe disini.. Kau tidak ada kepentingan kan?"

" tidak budhe.. saya tidak ada rencana atau kepentingan, mungkin besok baru kerumah teman teman lama.."

" siapa nduk?"

" teman sekolah dulu budhe..",

Asri lama menatap Mega sembari terdiam,

" Kenapa budhe menatap Mega seperti itu?" tanya Mega heran,

" budhe sungguh rindu kepadamu nduk.. Lihatlah kau sekarang, cantik.. Dewasa.. Kau bahkan memanjangkan rambutmu yang selalu saja sebahu.." tatapan asri sungguh penuh kerinduan.

" Mega juga rindu budhe.. Rindu semua yang ada disini..

Tapi budhe tau..

Papa dan mama melarang Mega untuk kembali kesini..

Yang Mega bisa lakukan hanyalah berkabar dengan Kakung dan uti lewat telepon..

Maafkan Mega ya budhe..

Sudah bersikap tidak baik dengan tiba tiba pergi.." tatapan Mega sayu.

" Semua orang terluka dengan kepergianmu nduk..

Terutama Wira.."

Deg..

Mega terdiam saat nama itu di sebut,

" maafkan Mega budhe.. Mega saat itu hanyalah seorang anak yang mematuhi perintah orang tua..

Mega sungguh menyesal telah membuat semua orang yang ada disini bersedih.." ucap Mega tertunduk.

Asri menggenggam tangan Mega,

" nduk.. Apa kau tidak menanyakan kabar Wira?" asri menatap Mega teduh,

" mas Wira.." ucap Mega dengan senyum getir,

" mas Wira pasti sehat dan bahagia kan budhe..

Saya sepintas melihatnya di foto saat masuk tadi..

Mas Wira yang dulu kurus sekarang terlihat begitu gagah.." Mega memaksakan senyumnya.

" Iya nduk.. sepuluh tahun sudah berlalu..

banyak hal sudah berubah.."

" saya tau budhe.. sepuluh tahun tidaklah sebentar.."

asri mengangguk pelan,

" kau kan sudah disini.. Sering seringlah kesini ya..

Wira jarang pulang kesini, dia sudah punya rumah sendiri di kampung sebelah.." ujar Asri,

" Oh.. Syukurlah budhe.." jawab Mega lagi lagi mengulas senyum yang di paksa,

Tentu saja Wira sudah punya rumah sendiri, dia juga pasti sudah mempunyai anak istri.., batin Mega.

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

masih..... mengikuti alur cerita mba ayu🥰

2024-08-07

2

evi Lusi

evi Lusi

duh baru mulai fa sedih

2024-08-07

2

evi Lusi

evi Lusi

tak sabar dengan kelanjutannya mbak Ayu

2024-08-07

2

lihat semua
Episodes
1 sepanjang jalan
2 budhe Asri
3 roti lapis Surabaya
4 maling
5 tatapan sinis Wira
6 Masa remaja
7 berjanjilah
8 sarapan
9 papan catur
10 maaf
11 gosip
12 belanja
13 motor Wira
14 bujang
15 pisang goreng
16 kado
17 terburu buru
18 hujan deras sepuluh tahun lalu
19 aku kalah..
20 UGD
21 bakmi hangat
22 pantas saja
23 keluhan andre
24 Jalan jalan denganku,
25 apa kau baik baik saja?
26 apa di hatimu masih ada aku?
27 pengakuan Wira
28 makan siang
29 sebagai kekasihmu
30 aku cemburu
31 di tengah jalan
32 barongan
33 kau cemburu?
34 jagalah jarak
35 tidak seperti dulu
36 uring uringan
37 tamparan keras sepuluh tahun yang lalu,
38 kepergian mega
39 hal yang tidak Wira ketahui,
40 jam tangan
41 maafkan aku Bu..
42 jadilah istriku
43 ketakutan mega
44 rencana
45 jangan kerumah kakung
46 kedatangan Yudha
47 pertanyaan Yudha
48 sabarlah
49 sore
50 permintaan Yudha
51 lelaki tadi pagi
52 pukulan
53 kamar wira
54 benarkah
55 dua laki laki
56 Yudha dan Wira
57 pelukan yudha
58 mari pulang
59 repotnya cinta
60 kecewa
61 kembalilah pada Yudha
62 laki laki desa
63 air mata Wira
64 sedih dan marah
65 pergilah..!
66 kuserahkan padamu
67 kunci kamar
68 aku akan pergi pa..
69 IGD
70 terimakasih..
71 segeralah sehat
72 pengantin baru
73 kunjungan Yudha
74 mie instan
75 apa kau bahagia?
76 bocah bocah beranjak dewasa
77 pagi yang cerah
78 kakak tiri
79 aku serius
Episodes

Updated 79 Episodes

1
sepanjang jalan
2
budhe Asri
3
roti lapis Surabaya
4
maling
5
tatapan sinis Wira
6
Masa remaja
7
berjanjilah
8
sarapan
9
papan catur
10
maaf
11
gosip
12
belanja
13
motor Wira
14
bujang
15
pisang goreng
16
kado
17
terburu buru
18
hujan deras sepuluh tahun lalu
19
aku kalah..
20
UGD
21
bakmi hangat
22
pantas saja
23
keluhan andre
24
Jalan jalan denganku,
25
apa kau baik baik saja?
26
apa di hatimu masih ada aku?
27
pengakuan Wira
28
makan siang
29
sebagai kekasihmu
30
aku cemburu
31
di tengah jalan
32
barongan
33
kau cemburu?
34
jagalah jarak
35
tidak seperti dulu
36
uring uringan
37
tamparan keras sepuluh tahun yang lalu,
38
kepergian mega
39
hal yang tidak Wira ketahui,
40
jam tangan
41
maafkan aku Bu..
42
jadilah istriku
43
ketakutan mega
44
rencana
45
jangan kerumah kakung
46
kedatangan Yudha
47
pertanyaan Yudha
48
sabarlah
49
sore
50
permintaan Yudha
51
lelaki tadi pagi
52
pukulan
53
kamar wira
54
benarkah
55
dua laki laki
56
Yudha dan Wira
57
pelukan yudha
58
mari pulang
59
repotnya cinta
60
kecewa
61
kembalilah pada Yudha
62
laki laki desa
63
air mata Wira
64
sedih dan marah
65
pergilah..!
66
kuserahkan padamu
67
kunci kamar
68
aku akan pergi pa..
69
IGD
70
terimakasih..
71
segeralah sehat
72
pengantin baru
73
kunjungan Yudha
74
mie instan
75
apa kau bahagia?
76
bocah bocah beranjak dewasa
77
pagi yang cerah
78
kakak tiri
79
aku serius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!