Dada Mega terasa sesak melihat tatapan dingin laki laki di hadapannya itu.
Lihatlah Mega..
Ucap Mega pada dirinya sendiri dalam hati,
Laki laki yang dulu penuh senyum itu, kini melihatmu dengan begitu dingin, seakan akan tidak pernah terjadi sesuatu diantara kalian dulu.
lihatlah Mega..
Dia berubah menjadi laki laki yang gagah dan rupawan, bahkan di bawah remang sinar lampu terlihat hidung mancung dan alis yang tebal teratur itu,
sungguh manis.
Laki laki itu tidak tersenyum pada Mega sedikitpun, tatapannya terlihat begitu dingin dan enggan.
Mega tau,
Mega memahami,
dan Mega tidak mengharapkan sikap yang lebih baik.
Mega tau benar, bahwa laki laki itu memendam kekecewaan yang begitu besar terhadapnya,
Namun tetap saja, Mega tidak bisa mengabaikan laki laki itu,
Meskipun laki laki itu bersikap dingin, atau bahkan mungkin membencinya, Mega tidak bisa berbalik pergi begitu saja.
" Mas Wira.." suara Mega lirih, di kuatkan hatinya untuk menyebut nama Wira.
" Apa.. Apa kabar mas?" tanya Mega dengan suaranya yang sedikit bergetar, tentu saja, ia sedang menahan perasaannya.
Wira diam, ia tidak berniat menjawab sedikitpun.
Tapi setelah lama ia terdiam sembari menatap Sinis Mega, ia akhirnya bicara.
" Siapa yang mau kau teriaki maling?
beginikah caramu berterimakasih pada orang yang sudah mau membantu merawat burung burung kakungmu?" suara bariton itu terdengar begitu menusuk.
" Maafkan aku mas.. Aku tidak tau kalau itu dirimu.." jawab Mega menahan air matanya.
Mendengar itu Wira berbalik, lalu berjalan keluar dari halaman Kakung,
meninggalkan Mega tanpa mengatakan apapun lagi.
Mega setengah mati menahan air matanya, ia hanya menatap punggung Wira yang semakin menjauh, dan akhirnya menghilang di balik dinding rumah budhe Asri.
Mega berjalan masuk ke dalam rumah, mengambil HPnya di Meja, lalu melanjutkan langkahnya masuk ke dalam kamar.
Di lemparkan tubuhnya di atas tempat tidur, di sembunyikan wajahnya di balik bantal.
Ia menangis, tidak dapat lagi ia tahan air matanya.
Ia tidak pernah membayangkan, pertemuannya dengan Wira setelah sepuluh tahun akan semenyakitkan ini.
Tentu saja sakit, laki laki yang dulu amat perduli padanya, yang selalu melindunginya, kini begitu dingin bahkan terkesan acuh.
Mega memang tidak mengharapkan sikap Wira yang ramah, tapi Mega tidak menyangka bahwa Wira akan bersikap seperti itu kepadanya.
Sepuluh tahun sudah berlalu,
Mega mengira Kekecewaan itu pastinya sudah banyak berkurang, karena pastinya Wira telah jatuh cinta lagi pada sosok wanita lain dan sudah berkeluarga, sehingga apa yang sudah terjadi di masa lalu sudah pasti di lupakannya.
Tapi pemikiran Mega itu ternyata meleset,
Laki laki itu terlihat begitu membenci kehadirannya.
Benar.. Jika laki laki itu tidak membencinya, sudah pasti ia menemui Mega sedari kemarin,
Sudah berhari hari Mega disini, dan pastinya budhe asri menyampaikan kedatangan Mega.
" Nduk?" uti Mega tiba tiba berdiri di depan pintu kamar Mega yang tidak di kunci itu,
" kau kenapa nduk?" tanya uti berjalan masuk dan duduk disamping tempat tidur.
" tidak uti.." mendengar suara utinya, Mega langsung menghentikan tangisnya,
Di hapus air matanya dengan buru buru.
" Kenapa kau menangis nduk? Perasaan tadi kau baik baik saja?" utinya terlihat khawatir.
" Mega hanya nelangsa saja uti, tidak ada hal yang lain.." jawab Mega sembari duduk dengan benar disamping utinya.
" Apa Yudha menghubungimu? Dia mengatakan sesuatu yang tidak tidak?"
" mboten uti.. Mega sudah ganti nomor.. Dia tidak akan bisa menghubungi Mega lagi.." jelas Mega.
" Lalu kau nelangsa kenapa nduk?"
Mega tertunduk, ia malu dengan pertanyaan utinya,
" Mega sungguh tidak apa apa.. " jawab Mega masih tertunduk.
Melihat itu utinya merasa sedih,
" Kau sepertinya harus Jalan jalan, jangan diam saja dirumah..
Besok biar kakungmu bicara dengan Wira,"
Mendengar nama Wira Mega sontak menatap utinya,
" mas Wira? Mau bicara apa uti??" tanya Mega,
" Biar dia menemanimu jalan jalan..
Entahlah, biasanya dua atau tiga hari sekali dia kesini, memberi makan burung burung kakungmu, bahkan menemani kakungmu bermain catur.."
" mas Wira masih sering kesini??" Mega terlihat heran,
" tentu saja, kenapa dia tidak kesini? Sejak kecil dia bermain disini..
Hanya saja.. setelah kau pergi, dia juga pergi, dia dijemput pamannya yang tinggal di Semarang, lama sekali dia tidak pulang..
Pulang pulang sudah menjadi seorang tentara..
uti dan Kakung tentu saja terkejut, mengira bahwa ia ke Semarang untuk bekerja di suatu perusahaan, karena pamannya adalah seorang pengusaha yang sukses.
Kami tidak pernah menyangka anak itu akan menjadi seorang tentara..
Kau belum bertemu dengannya kan?,
Dia gagah sekali Mega..
tubuhnya yang dulu kurus, sekarang berisi..
memang dasarnya sudah ganteng dia sejak kecil, jadi sekarang makin terlihat ganteng Mega.." uti mengulas senyum, sudah jelas terlihat, bahwa Kakung dan uti juga amat menyayangi Wira.
" atau kau jalan jalanlah ke sanggar keseniannya, dekat jalan raya utama Mega..
Ada kesenian reog dan kuda lumping..
meski seorang tentara, dia aktif berkesenian..
Tentunya kau masih ingat kalau Wira senang dengan kesenian dan tradisi sejak ia masih remaja..
Dia menjadi penggerak..
Kakungmu senang sekali saat melihat Wira bermain reog,
Tapi semenjak kakungmu sakit sakitan, Wira melarang kakungmu untuk melihat pertunjukannya, karena udara malam sangat tajam.."
Mendengar semua ucapan utinya, Mega hanya bisa terdiam,
Ia bingung antara harus senang, takjub, atau sedih..
Yang jelas Wira sungguh berubah, dan perubahannya adalah perubahan yang sungguh baik menurut Mega,
Laki laki itu sudah menjadi seorang tentara, dan bahkan masih bisa meneruskan hobinya.
" Tidak usah uti, jangan merepotkan mas Wira lagi, Mega bukan anak kecil yang masih harus di jaga dan kemana mana dengan mas Wira..
Mega bisa jalan jalan sendiri.." kata Mega pelan pada utinya,
" tidak apa apa Mega.. memangnya kau tidak kangen dengan Wira? Sepuluh tahun kalian tidak berjumpa.."
Mega tertunduk,
" tidak usah uti.. Mas Wira pasti sibuk.. Mega tidak mau merepotkan,
Besok Mega akan pergi kerumah teman Mega saja.." ucap Mega,
" sungguh tidak perlu kami panggilkan Wira nduk?"
" mas Wira bukan seorang pengangguran uti..
Jangan asal memanggil mas Wira hanya demi Mega..
Mega bukan anak kecil uti.. Jadi tenanglah.."
" ya sudah nduk, kalau memang mau mu begitu.." jawab Mbah utinya tidak memaksa Mega lagi.
Mega mengangguk, ia tersenyum demi menenangkan utinya agar utinya itu tidak terus saja menyebut Wira atau bahkan menyuruh Wira untuk menemaninya.
Mega tidak bisa membayangkan, bagaimana ia bisa berjalan jalan dengan Wira, sedangkan melihat Mega saja laki laki itu sudah terlihat enggan.
setelah bertemu dengan Wira malam ini, rasanya ia lebih baik menjaga jarak dengan Wira, karena laki laki itu terlihat jelas tidak senang dengan kehadirannya, bahkan mungkin membencinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Murni Zain
klo hidup dgn Yudha engga bs membuat bahagia kenapa bertahan mbk Mega?? lepaskan dn kembali sm Mas Wira ☺🥰
2024-08-08
3
indy
wira belum move on
2024-08-08
3
Dewi Purnomo
Apa alasannya yaaa sehingga Wira benci sekali dgn Mega..???apakah sedari dulu Wira sdh ada perasaan dgn Mega..???hanya mb Ayu yg tau....hehe....mksh sdh up lagi mb Ayu....lanjut up juga boleh mb....semangat dan sehat selalu mb Ayu.
2024-08-08
3