bujang

Wira duduk di atas motornya, ia tidak turun dan hanya memandangi Mega yang berjalan berkeliling kebun jagung.

Wira sungguh tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi setelah sepuluh tahun berlalu.

Kembali melihat wajah Mega,

Kembali bicara padanya,

Bahkan kembali membonceng Mega seperti yang dulu sering ia lakukan.

Mega juga sempat memeluknya tadi, meski itu terjadi tanpa di sengaja.

Jantungnya yang tidak bisa di ajak kompromi, berdebar begitu cepat.

Membuat Wira mengumpat dalam hati berkali kali, agar detak jantungnya itu normal kembali.

Sungguh ia ingin biasa saja, ia ingin semua berjalan sesuai dengan apa yang ia inginkan.

Benar benar menghapus Mega dari hatinya.

Perempuan bercardigan coklat dan bercelana jeans itu berjalan mendekat ke Wira, tampaknya ia sudah puas dengan apa yang ingin ia lihat.

" Bagaimana kalau disini saja mas..?" tanya Mega pada Wira yang duduk tenang di atas motor itu.

" terserah kau saja." jawab Wira pendek.

" aku ingin meminta pendapatmu mas.. Karena kau yang lebih mengenal kampung ini?"

mendengar itu Wira menghela nafas pelan,

" Di sebelah selatan ada lapangan, biasanya anak anak bermain sepak bola dan layang layang,

Tidak seperti anak kota yang gemar bermain media sosial, anak anak disini masih suka bermain di luar dengan teman temannya.

Kurasa tidak buruk membangun perpus umum disini." Wira mau tidak mau mengeluarkan pendapatnya.

" Kau masih suka melukis?" tanya Wira,

" sama sepertimu yang masih suka menari mas.." Mega tersenyum, senyum yang manis sekali.

Wira lagi lagi membuang pandangannya sesaat.

" Apa kau sungguh sungguh ingin memberi les gratis untuk anak anak yang berminat?" tanya Wira kemudian,

" ya, dulu di Surabaya itu kujadikan pekerjaan, tapi melihat keadaan disini, rasanya aku tidak sampai hati..

aku lebih memilih untuk mengajari anak anak itu dengan tulus,"

" kenapa kau tidak bekerja sesuai dengan ijazahmu?"

" manajemen bisnis?" Mega tersenyum pahit,

" papa yang memilih jurusan itu, tapi nyatanya setelah lulus aku tidak boleh bekerja.." imbuh Mega,

" oleh siapa? Suamimu?" tanya Wira,

Mega mengangguk,

" baguslah, itu berarti dia cukup bertanggung jawab,"

" jadi mas juga begitu?"

" aku lebih senang kalau punya istri dirumah, tapi jika istriku menginginkan untuk bekerja, maka aku akan bersikap fleksibel saja, yang penting dia tidak mengabaikan anak dan suaminya." jawab Wira.

lagi lagi keduanya beradu pandang,

" Baiklah, jadi kita tidak perlu lagi melihat lokasi yang lain kan?"

" tidak, kita pulang saja," kata Mega.

" Ayo." Wira menyalakan mesin motornya, melihat itu Mega segera naik ke motor Wira.

Malam itu Mega duduk di depan televisi, sembari mengobrol dengan Kakung dan utinya.

" Pisang goreng hangat mbak Mega.." buk Parni menaruh sepiring pisang goreng,

" wah, buk Parni tau saja cemilan yang enak malam malam begini.." kata Mega sembari mengambil satu pisang goreng.

" Apa di belakang masih ada buk?" tanya Mega,

" tinggal goreng lagi kalau mau mbak," jawab buk Parni,

" Goreng lagi ya buk Parni, buat budhe asri.."

" iya iya mbak Mega," buk Parni segera kembali ke dapur.

" Bagaimana nduk.. Kau senang disini?" tanya uti Mega, perempuan tua yang seluruh rambutnya hampir memutih itu menatap cucunya baik baik.

" Senang uti.. Mega tenang disini.."

" tentu saja, ada Wira juga yang akan selalu menjagamu.." sahut kakungnya.

Mega diam sesaat, lalu berkata,

" kung.. Bisakah tidak selalu melibatkan mas Wira?"

laki laki yang rambutnya tidak kalah putih dari istrinya itu menaruh pisang goreng yang tadi diambilnya.

Ia menatap cucunya heran,

" Mega tidak enak saja.."

" tidak enak bagaimana maksudmu Mega?"

Mega diam, tidak menjawab.

" Katakan saja Mega.. Apa Wira sudah berbeda?" tanya utinya,

" uti bukannya tidak bisa melihat,

tatapan Wira padamu,

Tapi uti menyadari.. Mungkin dia sempat kecewa dengan kepergianmu yang tiba tiba itu,

Siapa yang tidak kesal Mega, hubungan kalian sedekat itu..

Tapi kau pergi tanpa pesan, tanpa kabar, dan tidak kembali kesini sama sekali selama sepuluh tahun..

Jangankan Wira,

Kami pun sempat frustasi Mega..

Jadi anggaplah sikapnya yang sedikit berbeda itu sebagai bentuk pelampiasan kekecewaannya padamu..

Seiring waktu itu akan sembuh Mega,

Apalagi kalian sudah mulai sering bertemu.." uti memberi pengertian pada Mega.

Semua orang berpikir kekecewaan Wira hanyalah kekecewaan seorang kakak kepada adiknya, namun nyatanya tidak, hubungan Mega dan Wira lebih dalam dari itu, bahkan uti dan kakungnya tidak akan membayangkan apa yang sudah terjadi diantara keduanya.

" Sejujurnya Mega khawatir.." ucap Mega pelan,

" khawatir? Akan apa nduk? Omongan orang kampung?" tanya utinya yang tentunya sudah mendengar suara sumbang di luar sana.

" Parni sudah bicara padaku tentang kabar yang berhembus di luar sana,"

" bukan itu uti, kalau masalah itu Mega tidak perduli,"

" lalu apa nduk yang kau khawatirkan?" tanya kakungnya sabar.

" Jangan lagi menyuruh mas Wira kung, Mega pokok ya tidak mau,"

" Sek tho nduk, kalau tidak mau di bantu Wira mau di bantu siapa? banyak yang bisa Kakung suruh, tapi kalau soal percaya, Kakung percaya sekali pada Wira.. Dia akan menjaga kepercayaan Kakung dan tidak akan mencurangimu,

Dia itu di hormati disini Mega,

Wira yang sekarang sudah berbeda jauh dengan Wira yang kau kenal dulu,"

Mega tampak resah,

" Mega tidak mau di tuduh mengganggu suami orang,"

mendengar ucapan Mega Kakung dan utinya saling menatap heran,

" suami siapa?" tanya kakungnya,

" suami orang, mas Wira itu pastinya sudah menikah kan kung,

masa Mega harus kemana mana dengannya? Bagaimana tanggapan istrinya,

Bagaimana tanggapan orang kampung,

Mungkin dulu kami dekat, karena kami masih sama sama bujang,

Tapi sekarang keadaan sudah berbeda kung,

Tidak pantas rasanya Mega bepergian dengan suami orang?"

Kakung dan uti Mega masih saling memandang, namun keduanya tersenyum seakan akan ada sesuatu yang lucu.

" Owalah nduk.. Nduk..." uti menepuk paha Mega,

" mangkane nduk.. kalau ada apa apa itu tanya dulu.. Biar tidak salah paham.." imbuh utinya,

" salah paham?" tanya Mega,

" iya nduk.. Wira itu bukan suami orang.. Dia itu bujang, belum menikah.."

Mendengar penjelasan utinya Mega tertegun,

Tidak bisa di sembunyikan ekspresi kagetnya.

" Jadi.. Kau tidak bepergian dengan suami orang.." imbuh kakungnya tertawa,

" Kakung juga tau adat nduk, mana yang pantas dan tidak,

Kalau Wira itu suami orang, mana mungkin Kakung menyuruh Wira menemanimu nduk nduk..

Kalau Wira itu sudah berkeluarga, mana mungkin Kakung menyuruhnya datang kesini sesuka hati Kakung.." lanjut Kakung.

Mega masih mencerna keadaan,

" buang kekhawatiranmu itu nduk.."

Mega tiba tiba tertunduk,

Entah kenapa rasa bersalah datang menyerangnya,

" bukankah usia mas Wira sudah?" Mega terhenti, matanya tiba tiba memerah.

" kau benar, semua teman temannya sudah menikah, bahkan mempunyai anak.

Bukan hanya ibunya, tapi kami juga sering menasehatinya untuk mencari istri,

Tapi tidak pernah dia gubris.." kata Kakung.

" Hidupnya tidak mudah setelah kau pergi Mega,

Dia berusaha keras untuk menjadi laki laki yang bisa di perhitungkan,"

Mendengar itu Mega semakin tertunduk, dan saat air matanya sudah tidak bisa di tahan, perempuan itu bangkit,

" Mega ke kamar dulu kung, uti.." Mega berjalan dengan buru buru ke arah kamarnya.

Terpopuler

Comments

Mika Saja

Mika Saja

tambah rasa bersalah Mega ke wira

2024-08-12

1

indy

indy

sekarang kondisinya bukan mega jalan dengan suami orang, tetapi wira jalan dengan istri orang

2024-08-11

2

santhy

santhy

nah kan.. pihak wira sudah ada titik terang kan. mas wira jomblo mega.. bagaimana kamu nggak paham hal itu 🤔😄

2024-08-11

2

lihat semua
Episodes
1 sepanjang jalan
2 budhe Asri
3 roti lapis Surabaya
4 maling
5 tatapan sinis Wira
6 Masa remaja
7 berjanjilah
8 sarapan
9 papan catur
10 maaf
11 gosip
12 belanja
13 motor Wira
14 bujang
15 pisang goreng
16 kado
17 terburu buru
18 hujan deras sepuluh tahun lalu
19 aku kalah..
20 UGD
21 bakmi hangat
22 pantas saja
23 keluhan andre
24 Jalan jalan denganku,
25 apa kau baik baik saja?
26 apa di hatimu masih ada aku?
27 pengakuan Wira
28 makan siang
29 sebagai kekasihmu
30 aku cemburu
31 di tengah jalan
32 barongan
33 kau cemburu?
34 jagalah jarak
35 tidak seperti dulu
36 uring uringan
37 tamparan keras sepuluh tahun yang lalu,
38 kepergian mega
39 hal yang tidak Wira ketahui,
40 jam tangan
41 maafkan aku Bu..
42 jadilah istriku
43 ketakutan mega
44 rencana
45 jangan kerumah kakung
46 kedatangan Yudha
47 pertanyaan Yudha
48 sabarlah
49 sore
50 permintaan Yudha
51 lelaki tadi pagi
52 pukulan
53 kamar wira
54 benarkah
55 dua laki laki
56 Yudha dan Wira
57 pelukan yudha
58 mari pulang
59 repotnya cinta
60 kecewa
61 kembalilah pada Yudha
62 laki laki desa
63 air mata Wira
64 sedih dan marah
65 pergilah..!
66 kuserahkan padamu
67 kunci kamar
68 aku akan pergi pa..
69 IGD
70 terimakasih..
71 segeralah sehat
72 pengantin baru
73 kunjungan Yudha
74 mie instan
75 apa kau bahagia?
76 bocah bocah beranjak dewasa
77 pagi yang cerah
78 kakak tiri
79 aku serius
Episodes

Updated 79 Episodes

1
sepanjang jalan
2
budhe Asri
3
roti lapis Surabaya
4
maling
5
tatapan sinis Wira
6
Masa remaja
7
berjanjilah
8
sarapan
9
papan catur
10
maaf
11
gosip
12
belanja
13
motor Wira
14
bujang
15
pisang goreng
16
kado
17
terburu buru
18
hujan deras sepuluh tahun lalu
19
aku kalah..
20
UGD
21
bakmi hangat
22
pantas saja
23
keluhan andre
24
Jalan jalan denganku,
25
apa kau baik baik saja?
26
apa di hatimu masih ada aku?
27
pengakuan Wira
28
makan siang
29
sebagai kekasihmu
30
aku cemburu
31
di tengah jalan
32
barongan
33
kau cemburu?
34
jagalah jarak
35
tidak seperti dulu
36
uring uringan
37
tamparan keras sepuluh tahun yang lalu,
38
kepergian mega
39
hal yang tidak Wira ketahui,
40
jam tangan
41
maafkan aku Bu..
42
jadilah istriku
43
ketakutan mega
44
rencana
45
jangan kerumah kakung
46
kedatangan Yudha
47
pertanyaan Yudha
48
sabarlah
49
sore
50
permintaan Yudha
51
lelaki tadi pagi
52
pukulan
53
kamar wira
54
benarkah
55
dua laki laki
56
Yudha dan Wira
57
pelukan yudha
58
mari pulang
59
repotnya cinta
60
kecewa
61
kembalilah pada Yudha
62
laki laki desa
63
air mata Wira
64
sedih dan marah
65
pergilah..!
66
kuserahkan padamu
67
kunci kamar
68
aku akan pergi pa..
69
IGD
70
terimakasih..
71
segeralah sehat
72
pengantin baru
73
kunjungan Yudha
74
mie instan
75
apa kau bahagia?
76
bocah bocah beranjak dewasa
77
pagi yang cerah
78
kakak tiri
79
aku serius

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!