The Poor Girl
"Elin bangun sudah siang," terdengar abah Elin memanggil dari luar kamar.
Setiap pagi Elin selalu di bangunkan abah atau emak, di karenakan Elin susah bangun pagi.
"Iya abah, Elin sudah bangun," jawab Elin.
"Duduklah Elin, hari sudah siang," abah mengingatkan Elin.
"Abah selalu saja begitu, setelah menyuruh bangun lalu menyuruh duduk, seakan-akan tau kalau Elin memang masih berbaring belum duduk," gumam Elin.
Abah Elin tahu betul anaknya, jika dibangunkan dan tidak di suruh duduk pasti akan tertidur kembali, dan itu menyulitkan abah yang harus bolak-balik membangunkan Elin.
Sementara Elin masih bermalas-malasan karena masih mengantuk.
"Aku harus bangun, kalau tidak emak pasti akan datang dan memarahiku," gumam Elin
Akhirnya dengan berat Elin turun dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu. Baru saja di depan pintu, Elin menemukan emak yang akan membangunkannya. Melihat Elin telah bangun emak pun beranjak keluar dan tentu sambil mengomel kepada Elin.
"Sudah siang baru bangun, enggak lihat matahari sudah naik, anak gadis malah bangun siang-siang," kata emak
Elin tak manjawab, dia hanya membatin. "Wajar mak Elin bangun siang, kan Elin tidur selalu larut malam." bisik hati Elin.
Elin setiap hari memang tidur selalu tengah malam karena harus membantu abah menimbang dan membungkus mentega kiloan milik pak Deni. Abah Elin bekerja sebagai pedagang di pagi hari dan malam harinya abah bekerja menimbang dan membungkus mentega, itu abah lakukan untuk menambah pendapatan.
Pendapatan abah sebagai pedagang kecil masih kurang untuk memenuhi kebutuhan mereka, sehingga abah mencari tambahan. Abah melakukan pekerjaan malam di rumah agar Elin bisa membantunya, yang membuat pekerjaan cepat selesai.
"Kamu masih diam di situ, bantu abah bawa barang ke pasar," perintah emak.
Mendengar emak begitu Elin bergegas ke kamar mandi. Dia kumur-kumur dan mencuci muka.
Selesai mencuci muka Elin ke ruang tamu dan mengangkat karung yang berisikan barang.
Barang tersebut di naikkan Elin ke atas kursi dan ia membalikkan badan lalu menggendong karung tersebut tepat di belakang punggungnya dan berjalan dengan bawaan barang yang berada di belakang punggungnya.
Beginilah pekerjaan Elin setiap pagi, menggendong barang dagangan abah ke pasar dan membantu membuka dagangan.
Sesampai di Pasar
"Elin jaga di sini ya, biar abah yang membawa barang," ujar abah
"Iya Bah, " sahut Elin
Sepeninggal abah, Elin mengeluarkan dagangan dari dalam karung lalu di gelar di lapak.
Sekembalinya abah dari rumah, abah mengajak Elin untuk memasang layar guna melindungi barang dari terik matahari dan hujan.
"Elin bantuin abah pasang layar dulu, nanti lagi nyusun barang-barangnya " kata abah.
"Abah cepat sekali ngambil barangnya?" tanya Elin
"Ya harus gitu Nak, hari sudah siang,"
"Abah sudah sarapan?" Elin kembali bertanya
"Sudah," jawab abah
Elin gadis berusia 14 tahun yang masih duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama. Di usianya segitu Elin sudah merasakan pahitnya kehidupan.
Jika pagi sebelum berangkat sekolah Elin membantu abah mengangkut barang-barang dagangan, maka sepulang sekolah Elin juga bertugas membantu abah mengemas barang dagangan untuk kembali di bawa ke rumah. Begitulah aktivitas Elin kesehariannya.
Bukan hanya itu, selesai membantu abah mengemas barang, Elin juga harus memasak, memasak untuk satu rumah. Itu semua di karenakan emak tidak punya waktu untuk memasak karena emak juga ikut membantu abah berdagang di Pasar.
Meski begitu Elin tidak pernah mengeluh kepada abah ataupun emak. Baginya melihat abah dan emak sehat saja sudah membuat Elin senang. Seperti siang ini sepulang sekolah Elin membantu abah mengemas barang dagangan.
"Assalamualaikum," Elin masuk rumah mengucap salam
"Wa'alaikumsalam," jawab Emak
"Emak sudah pulang Mak?" tanya Elin
"Sudah tau nanya," jawab mak ketus.
"Sudah sana kamu ganti baju terus bantuin abah," lanjut emak
"Iya Mak," kata Elin
Elin mengulurkan tangan menyambut tangan Emak dan mencium punggung tangannya. Setelah itu Elin bergegas masuk ke kamar berganti pakaian kemudian lanjut ke pasar. Jangan heran karena ini memang sudah jadi kebiasaan Elin, langsung bekerja membantu abah tanpa adanya waktu istirahat sepulang sekolah walau hanya semenit.
Sedih? tentu saja tidak, Elin tidak pernah merasa sedih dalam hal membantu kedua orang tuanya, justru Elin merasa senang bisa membantu meringankan pekerjaan kedua orangtuanya.
Setiba di pasar
"Abah sudah mau berkemas?" tanya Elin
"Sebentar lagi Nak, abah mau pulang makan dulu," jawab abah
"Tapi Elin belum masak apapun Bah,"
"Gak apa-apa Nak, abah liat dulu aja barang kali ada makanan yang bisa di makan," lanjut abah
"Baiklah Bah, Elin yang lanjut dagangin ini," kata Elin
"Apa kamu sudah makan?" tanya abah lagi
"Nanti aja Bah, abah makan aja dulu," lanjut Elin
"Ya sudah abah tinggal pulang dulu. Kalau enggak tahu harga, enggak usah di jual," lanjut abah
"Iya abah," kata Elin
Selesai berkata abah menuju jalan arah pulang, rumah abah tidak jauh dari pasar hanya berjarak 1 kilometer saja dari pasar, abah sengaja mengontrak rumah dekat lokasi pasar agar tidak jauh jika harus bolak-balik membawa barang dagangan dari pasar ke rumah.
Itu dikarenakan abah tidak mempunyai kios apalagi toko untuk berdagang, sehingga harus bolak-balik dari rumah ke pasar untuk membawa barang dagangan.
Abah hanya mampu berdagang di lahan kosong pinggiran pasar yang tidak di pungut biaya tentunya, pendapatan yang rendah tidak cukup untuk menyewa kios.
Selang beberapa menit abah kembali ke pasar, tentunya ingin mengemas barang karena waktu telah menunjukkan pukul 14.00.
"Ada tambahan Lin?" tanya abah sesampainya di lapak.
"Gak ada Bah," jawab Elin.
"Ayo kita berkemas, ini sudah terlalu panas nanti yang ada barang dagangan jadi pudar terkena panas," lanjut abah lagi.
Abah dan Elin mulai mengemas barang dan memasukkan ke dalam karung wadah barang, karung di gunakan sebagai penyimpan barang agar mudah dibawa. Seperti biasa barang yang telah dikemas di bawa pulang dengan cara di dukung di bagian punggung abah dan Elin.
Pengangkutan barang di lakukan bergantian, jika abah duluan maka Elin yang tinggal di pasar menjaga barang yang tersisa. Begitu pun sebaliknya jika abah sampai, Elin yang bertugas mengangkut barang ke rumah dan abah yang menjaga barang sisanya. Begitu terus secara bergantian.
"Bah ini sudah selesai," kata Elin, "tinggal satu ini aja," lanjutnya lagi
"kalau gitu kita buka layar dulu," kata abah
Akhirnya abah dan Elin membuka ikatan layar terpal yang digunakan seharian ini untuk melindungi diri dan barang dagangan dari teriknya matahari. Ya... sederhana sekali.
Hanya terpal plastik usang lebar 1×2 meter untuk pelindung diri dan juga barang, tidak cukup tentunya jika hujan turun. Pastilah barang dagangan akan terkena air hujan. Bukan hanya terkena air hujan dari atas tapi juga terkena air hujan yang jatuh mengenai tanah, jadilah air terpercik dan mengenai barang dagangan abah. Inilah resiko tidak mempunyai kios. Sedih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Indah050
hai kak aku mampir ya
2021-01-04
0
Khaira Della
aku suka
2020-11-16
0
เลือดสีน้ำเงิน
permisi my sista penduduk bunian mampir 😇 fav and like 👍
2020-11-05
0