Gadis Pemalu Namun Dewasa

Setelah abah masuk ke dalam rumah, Elin melanjutkan pekerjaan abah. Mengangkut barang satu persatu ke dalam rumah.

Elin mengangkat barang dengan kedua tangan ke atas kursi yang ada di teras, kemudian berbalik guna mengangkat barang dengan punggung persis seperti menggendong. Seperti biasa cara Elin beginilah agar tidak merasa berat menahan beban.

Saat berusaha mengangkat barang, terdengar suara yang Elin sangat kenal. Elin tidak terkejut sama sekali, ini memang sudah biasa baginya.

"Cewek, cuit..cuit..," terdengar suara laki-laki menggoda Elin.

"Hai, wonder woman." Sambungnya lagi

Elin menoleh dan diam saja tidak menanggapi perkataan menggoda dari seseorang yang memang selalu usil menggoda Elin. Elin berlalu begitu saja melanjutkan pekerjaannya tanpa menghiraukan pria itu.

"Mau di bantuin gak, sini abang bantuin." Masih belum menyerah anak laki-laki itu terus saja menggodanya.

Pipi Elin memerah merasa malu di goda laki-laki itu. Elin yang pada dasarnya pemalu bertambah malu rasanya. Dia diam bukan karena cuek, lebih ke perasaannya yang tak menentu.

Tidak mau berlama-lama dalam kondisi seperti itu Elin mempercepat pekerjaannya. Jika terus menerus berdekatan dengan laki-laki dia akan gugup dan grogi.

Tiba pada barang terakhir Elin sedikit merasa lega karena setelah ini tidak harus menjadi perhatian laki-laki itu lagi.

Dia Lelaki itu IMAM

laki laki tampan berkulit putih, memiliki postur tinggi di bandingkan anak laki-laki sebayanya, usianya sama dengan Elin namun masih duduk di kelas 1 SMP. Dia tampan tapi sayang otaknya tergolong tidak cerdas hingga beberapa kali tinggal kelas. Hal itulah menjadikan Elin ilfeel padanya.

Meski begitu Elin tidak memandang remeh Imam, hanya saja dia tidak suka dengan Imam yang sering terlihat bermain-main di bandingkan belajar. Tidakkah dia bersyukur punya banyak waktu luang untuk belajar?

Elin telah menyelesaikan pekerjaannya. Dia masuk ke dalam rumah tanpa berkata sepatah pun pada Imam. Di ruang tengah terlihat abah tengah menghitung pendapatan hari ini. Pendapatan hari ini lumayan di bandingkan jika berdagang di pasar dekat rumah.

"Elin ambilin makan ya Bah?" tawar Elin

"Ya." Ucap abah singkat karena sibuk menghitung pendapatannya yang sebenarnya tak seberapa.

Mendengar abah menjawab, Elin segera berjalan menuju meja makan untuk menyiapkan makan untuk abah. Ini juga termasuk kebiasaan Elin menyiapkan dan membawa makan untuk abah, sudah jadi tugas hari-hari Elin. Berbeda dengan emak yang tidak mau bila di bawakan makanan.

Setelah piring terisi nasi dan sambal. Elin berjalan menuju ke tempat abah duduk dan meletakkan piring berisi makanan beserta air minum di depan abah.

Elin duduk di depan abah, seketika Elin terenyuh melihat abah semakin hari semakin menua terlihat jelas kerutan di wajah itu dengan keringat terus bercucuran di dahinya.

"Sampai kapankah abah akan terus begini?" batin Elin.

"Umur abah sudah tua masih harus banting tulang menafkahi kami, abah sudah bekerja sekeras ini sedari dulu. Tetap tidak ada peningkatan di kehidupan kami." Bisik hati Elin

Elin memandangi wajah keriput abah dengan tatapan sendu, matanya mulai berkaca- kaca tak sanggup mengingat perjuangan abah mencari nafkah di bawah teriknya matahari. Tak terasa bulir air mata menetes dari ujung mata Elin. Segera Elin mengalihkan pendangan menutupi kesedihannya dari abah.

Mencoba menahan sesak di dada, Elin menghirup napas dalam-dalam berusaha menetralkan perasaan, berulang dia lakukan. Setelah sedikit tenang Elin mengalihkan pikirannya mencari emak yang tidak terlihat.

Tidak mendapati keberadaan emak, Elin bertanya. "Mana emak, Bah ?" tanya Elin

"Apa mak sudah makan?" tambah Elin

"Di belakang mungkin, coba kamu lihat dan tanyakan sudah makan belumnya?" abah yang juga tidak melihat emak sedari tadi menjawab seadanya saja. Sekaligus mengingatkan Elin untuk memastikan keberadaan emak.

Elin berdiri dan berjalan ke arah belakang rumah, Elin menemukan emak tengah mengangkat pakaian.

"Biar Elin aja yang ngangkat pakaiannya Mak," Rasanya Elin tidak tega emak baru saja pulang mencari uang, sudah harus bekerja sesampai di rumah.

"Emak istirahat aja, emak kan masih capek baru pulang," Lirih Elin.

"Mak sudah makan?" rentetan perkataan terucap begitu saja dari Elin, tanpa memberi kesempatan emak untuk mananggapi.

"Mak hanya ambil baju ganti Lin, lemari mak sudah kosong." timpal mak

Sedikitnya pakaian yang di miliki mak, mengharuskan emak berganti pakaian dari jemuran karena sebagian masih belum di cuci dan sebagian lagi masih lembab.

"Setelah ini emak makan. Mak mau mandi dulu, gerah," sambung emak lagi.

"Abah kamu apa sudah makan?" tanya emak.

"Lagi makan Mak." Jawab Elin

"Kalo gitu mak masuk duluan, mau mandi," kata emak.

"Kamu angkat yang kering aja," sambung emak sebelum pergi untuk mandi.

Mak berjalan memasuki rumah menuju kamar mandi, sementara Elin memilih pakaian yang kering untuk di bawa masuk ke dalam rumah.

Selesai tugasnya Elin menghampiri abah yang masih duduk di tempat sebelumnya.

"Sudah selesai Bah makannya?" tanya Elin.

"Tambah Bah ?" tanyanya lagi

" Abah sudah kenyang, tolong kamu beresi lagi ya Lin," Kata abah

"Iya Bah,"

"Mana emak, Lin? ambilkan nasinya,"

"Lagi mandi , kata emak mau mandi dulu," jawab Elin menirukan apa yang di katakan emak tadi.

"Abah pasti capek, Elin pijitin ya bah," pinta Elin

Terlihat jelas abah mengerang kesakitan di bagian punggung ketika akan membaringkan badan. Tanpa menunggu jawaban abah, dengan segera Elin memijit punggung abah berulang-ulang.

"Gimana dagang hari ini, rame nggak Bah?" tengah memijit Elin mengajak abah ngobrol.

"Alhamdulillah Lin, lumayan dari yang kemarin. Sebenarnya jika dagangan abah lengkap pendapatan abah mungkin akan lebih, banyak pembeli menginginkan beberapa barang, namun barangnya kosong." Kata-kata abah terdengar lirih.

Sudah di pastikan Elin bisa merasakan kesedihan dalam ucapan abah, sedih tidak bisa melengkapi barang dagangan. Lagi... dan..lagi... perkara tak cukup modal.

"Makasih Nak sudah pijitin abah, abah bersyukur punya Elin yang mengerti keadaan abah. Mau bantuin abah dan gak pernah malu bantuin abah," Abah mengungkapkan kebanggaannya.

"Semoga nasibmu kelak lebih baik dari abah, rajin-rajinlah belajar Nak. Selagi abah bisa membiayai sekolah kamu, tetaplah semangat. Untuk kedepannya kita pikirkan nanti lagi," ujar abah

Mengingat Elin tak lama lagi akan menghadapi Ujian Nasional, abah tidak mau Elin banyak berpikir mengenai kelanjutan sekolah berikutnya.

"Amiiin... Elin akan selalu ingat nasehat abah," ucap Elin

"Sudah Nak, udah enakan ini punggung abah. Kamu istirahat aja dulu, pasti kamu capek sedari pagi belum istirahatkan?"

Abah selalu paham keadaan Elin. Meski Elin terlihat selalu semangat, sebenarnya Elin menahan lelahnya.

"Beneran udah enakan Bah? Elin gak capek bah, yang capek itu abah sedari pagi sampe siang begini baru bisa istirahat. Kalau Elin sudah istirahat tadi di sekolah, kan ada jam istirahatnya Bah." Elin masih mencoba meyakinkan abah kalo dia baik- baik saja, tidak lelah sama sekali.

Elin selalu mampu menutupi kegelisahan abah ketika mengkhawatirkan dirinya, dia tidak ingin abah terbebani dengan keadaannya.

Cukup ekonomi sulit jadi beban abah, jangan lagi dia menambah pikiran orang tuanya. Begitulah pikir Elin.

Usianya yang belia mampu berpikir, dengan pemikiran dia yang seperti itu. Mengerti dan paham dengan keadaan orang tua membuatnya tampak dewasa dalam bersikap.

Merasa baikan abah pun tertidur di lantai, Elin tak menyadari akan hal itu. Posisi abah membelakanginya.

Elin terus memandangi punggung abah dengan tatapan nanar. Kulit keriput termakan usia, bukan... bukan termakan usia.. lebih tepatnya tua karena pahitnya kehidupan yang memaksa untuk bekerja keras. Ya... abah tampak lebih tua dari umur semestinya.

"Semoga abah sehat selalu dan panjang umur." Lirih Elin

Terpopuler

Comments

Ety Purn@w@ty

Ety Purn@w@ty

Menyimak

2020-12-12

2

Khaira Della

Khaira Della

maraton

2020-11-16

0

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

Hadirr

2020-11-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!