Cinta Dalam Hati

Pagi menyingsing meninggalkan malam gelap berganti cahaya matahari menyinari bumi. Sebelum matahari terbit sepenuhnya, dia... Elin sudah memulai aktivitas paginya membantu pekerjaan orang tuanya seperti biasa.

Elin sudah terbiasa bangun pagi, tepatnya subuh. Di kala anak sebayanya masih tidur lelap dalam mimpi indah namun tidak dengan Elin, dia harus bangun di waktu yang tepat agar tidak terlambat ke sekolah setelah membantu abah.

Tepat pukul 05.30 pekerjaan selesai waktunya Elin bersiap-siap untuk mandi dan berangkat ke sekolah.

"Emak, Elin mandi dulu ya." Pinta Elin, karena tampaknya emak juga akan segera mandi dengan tangan yang memegang handuk.

"Jangan lama-lama, emak mau ke pasar juga." Ucap mak dengan nada ketus.

Terlihat jelas wajah kesal emak di mata Elin, "kenapa ya, emak sering sekali bicara ketus seperti itu?" Elin bertanya-tanya pada diri sendiri apa kesalahannya sehingga emak selalu bersikap ketus padanya.

"Apa yang membuat emak selalu bersikap seperti itu padaku?" batin Elin

"Sudahlah. Aku harus cepat, nanti mak tambah kesal." Elin menghilangkan semua pikirannya yang mungkin bisa memperlambat aktivitas mandinya.

---------

"Beres." Gumam Elin yang baru saja selesai mengikat tali sepatunya.

"Saatnya berangkat." Elin berucap seolah-olah membangkitkan semangat paginya.

Sebelum berangkat Elin mampir ke pasar di mana abah dan emak berdagang, dia akan berpamitan sekaligus minta uang jajan.

Paasar

"Elin mau berangkat sekolah Mak, Bah." Ucap Elin.

Ini cara Elin mengutarakan keinginannya bahwa dia sedang meminta uang jajan, dia tidak pernah mengatakan secara langsung kata 'minta' karena itu terkesan kurang sopan baginya. Emak yang mengerti akan hal itu segera merogoh saku dan memberikan uang jajan untuk Elin.

"Ini uang jajanmu, ingat cepat pulang dan hati-hati." Ucap Emak sembari menyodorkan uang lembaran 5000.

Lima ribu? ya... hanya 5000. Apakah cukup untuk jajan Elin? tentu tidak. Dengan uang segitu di keadaan yang sekarang ini tentu tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan uang jajan teman sebayanya, mungkin dia yang paling rendah uang jajannya di bandingkan anak-anak sebayanya.

Kalau saja di posisi itu anak lain, mungkin tidak akan menerima di beri uang jajan yang hanya cukup untuk makan mie instan saja.Tapi tidak dengan Elin, dia menerima dengan senyuman, dia tak mempermasalahkan uang jajan yang tak seberapa itu, baginya sekolah untuk menambah ilmu bukan untuk jajan.

Uang jajan yang sedikit tidak mempengaruhi semangatnya untuk berangkat ke sekolah, justru karena hal inilah Elin memilih pergi dan pulang sekolah dengan berjalan kaki.

"Iya mak." Jawab Elin.

Sembari tersenyum Elin menerima uang yang di sodorkan emak tidak lupa dia meraih tangan orang tuanya kemudian mencium punggung tangan itu dan pamit mengucap salam.

"Assalamualaikum," pamit Elin

"Waalaikumsalam," jawab emak dan abah bersamaan.

Sekolah

Tampak Elin masuk ke dalam gerbang sekolah dengan napas terengah-engah, pertanda dia baru saja berlari.

"huh..huh...huh...nghuh.."

"Syukurlah belum masuk, tapi kenapa ya... jam segini masih belum masuk ?" Elin berkata sembari melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 07.05. Itu berarti seharusnya anak-anak sudah mulai pelajaran saat ini, tapi melihat keadaan sekitar masih banyak anak anak duduk santai mengobrol di depan kelas.

Elin melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti guna menetralkan pernapasannya.

Langkahnya kembali terhenti di depan kelas 3B ketika pandangannya melihat ke arah laki laki tengah tertawa dengan perempuan bersamanya, dia Reyhan dan Ica.

Perasan sedih, kecewa, senang, bingung, dan gugup campur menjadi satu dalam diri Elin.Tawa itu yang membuat Elin terpesona padanya, tawa renyah dan lepas yang selalu membayangi pikiran Elin selama berada di sekolah ini. Kecewa pada diri sendiri yang tak bisa lepas dari bayangan itu karena dia... Reyhan tak mungkin memiliki perasaan sepertinya.

Elin terpaku terdiam terus memandang dua orang yang sedang tertawa lepas tak ada kecanggungan di antara mereka, tak ada rasa malu di antara mereka. Mereka terlihat akrab tak seperti dirinya yang selalu susah mengendalikan diri ketika berhadapan dengan Reyhan. Dia terlalu canggung dan malu ketika berhadapan dengan Reyhan.

Elin sedih kenapa tidak bisa bersikap biasa saja dengan Reyhan, jika saja dia bisa bersikap biasa selayaknya teman mungkin dia bisa tertawa bersama menjalin pertemanan dan tentu saja bisa berteman dekat dengan Reyhan. Begitu pikirnya.

Semua hanya di pikiran Elin. Nyatanya, dia tidak bisa. Dia tidak bisa bersikap seolah-olah dia tidak mempunyai perasaan suka pada Reyhan, rasa suka itu membuatnya gugup, grogi dan canggung setiap berhadapan dengan Reyhan. Itulah alasan Elin tidak bisa dekat dengan Reyhan meski dia ingin. Perasaan ini cukup dia yang tau, perasaan suka. Bukan, bukan sekedar suka tepatnya cinta. Cinta dalam hati!

Dia terlalu malu jika sikapnya terlihat jelas di mata Reyhan, meski dia mempunyai perasaan terhadap Reyhan dia tidak ingin Reyhan tau, dia akan malu karena dia perempuan, terlebih lagi Reyhan tidak memiliki perasaan yang sama sepertinya, begitu pikirnya.

"Woy Elin... Elin..." Terdengar suara memanggil Elin yang ternyata panggilan dari perempuan yang bersama Reyhan. Ica, ya...Perempuan itu bernama Ica.

"Bengong aja dari tadi di panggil gak jawab jawab." Ica berkata sembari mendekati Elin.

"Eh, iya aku gak denger." Jawab Elin sembari berusaha mengembalikan pikirannya yang entah hilang kemana.

"Pagi dah bengong aja, gak baik tau." Kata Ica, "kesambet tau rasa lho." Sambungnya lagi.

"Aku gak bengong Ca, aq heran aja jam segini di luar masih rame anak-anak." Setelah diam beberapa menit akhirnya Elin mendapatkan alasan untuk menutupi kebenaran yang di ucapkan Ica.

"Kamu gak tau?" tanya Ica

"Tau apa?" Elin balik bertanya

"Hadeh, kamu tu ya... dari mana aja kamu gak denger pengumuman apa?" Ica berucap dengan nada sedikit kesal.

"Aku baru aja datang." Singkat Elin

"Tumben tumbenan kamu kesiangan?" ucap Ica, "Setauku kamu itu selalu displin, lah ini tumben kesiangan." Sambung Ica yang menekankan pada kata tau

"Tadi ada pengumuman, kalo hari ini kita bebas, gak ada jam pelajaran." Kata Ica, "guru ada rapat." Sambungnya lagi.

"Oh..." Hanya itu yang keluar dari mulut Elin. Sangat singkat yang membuat lawan bicara berdecak kesal mendengar tanggapan seperti itu.

"Oh? itu aja reaksi kamu." Ica berkata dengan muka tak percaya dengan tanggapan Elin yang biasa saja setelah mendengar pengumuman yang membebaskan mereka dari pelajaran hari ini, sungguh berbeda dari tanggapan anak-anak lainnya yang sangat antusias dan senang.

Ica pergi berlalu begitu saja dengan wajah kesal meninggalkan Elin yang heran akan sikap Ica.

"Kenapa dia terlihat kesal?" batin Elin, "Emang aku harus loncat loncat gitu?" gumam Elin.

Tak ambil pusing Elin melanjutkan langkah menuju kelas, dia berjalan cepat karena tampak Reyhan tak lagi berada di sana.

Dengan terburu-buru Elin melangkah dia takut jika Reyhan akan kembali muncul di hadapannya. Dia begitu malu hanya melihat wajah Reyhan yang mampu membuatnya mati kutu.

Elin berjalan cepat tanpa memperhatikan kiri kanan, sehingga bahunya menubruk bahu seseorang yang baru saja keluar dari dalam kelas yang di lalui Elin.

BRuuuk

"Aww.. Aduh..."

Terpopuler

Comments

Khaira Della

Khaira Della

sudah ku favoritkan yah

2020-11-16

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

fav, like 5 episode + rate bintang ⭐⭐⭐⭐⭐🤗 saling mendukung ya Thor

2020-11-05

0

you_are_nana1485

you_are_nana1485

semangat ngetiknya

2020-10-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!