Luigi menatap tak berkedip layar ipad-nya. Seharian ia melihat Monica melalui kamera tersembunyi yang di pasang di kamar wanita itu.
Kini Monica meringkuk di atas pembaringan sambil memeluk kedua lututnya. Gadis itu menangis. Luigi bisa mendengar isak tangis itu dengan jelas. Hari sudah larut malam.
Luigi juga tahu seharian Monica tak menyentuh makanan, hanya duduk melamun di dekat jendela kamarnya. Wajah cantik gadis itu nampak sendu.
Luigi bisa mendengar semua perkataan Monica yang berulangkali mengatakan sangat merindukan anaknya yang bernama Gabriel.
"Huhh!"
"Sampai kapan pun aku tidak akan melepaskan mu. Aku menyukai mu Monica Dimitrov. Perasaan yang sudah lama tidak aku rasakan, tiba-tiba muncul ketika melihat mu", ucap Luigi dengan suara serak.
"Ceklek!"
"Selamat malam tuan", sapa Carlo yang baru masuk.
"Hem. Bagaimana pengiriman barang-barang kita, apa ada masalah?"
"Tidak tuan. Semua pekerjaan lancar", jawab laki-laki berpakaian hitam-hitam tersebut dengan sedikit menundukkan kepalanya.
"Good!", itu yang ingin ku dengar.
"Apa ada kabar lain yang harus aku dengar?"
"Orang kita berhasil menyusup ke klan Alexa, aku yakin salah satu anak buah Alexander lah yang telah menembak anda beberapa waktu yang lalu tuan", ucap Carlo.
Luigi yang duduk bersandar di antara tumpukan bantal empuk itu memangut-mangut kan kepalanya. "Aku percayakan semuanya pada mu, Carlo. Pastikan jangan sampai mereka mengetahui kita menyusupkan orang di klan mereka. Temukan orang yang menembak ku malam itu. Segera eksekusi!", tegas Luigi dengan raut wajah dingin tidak bersahabat jika membahas bisnisnya.
"Sekarang bantu aku rebahan, aku ingin tidur", perintah Luigi.
Carlo menganggukkan kepalanya. Ia segera membantu bos-nya itu merebahkan tubuhnya.
"Kau pastika Monica makan. Aku tidak mau ia sakit, Carlo. Akhir bulan ini kau lakukan pemindahannya ke Roma. Aku tidak akan membahayakan wanita yang aku sukai berada di tempat ini. Meskipun kau dan Dana menjaganya dengan baik namun tetap saja berbahaya untuk Monica", ucap Luigi tiba-tiba.
Mendengar perintah Luigi, membuat Carlo terdiam sesaat. Laki-laki itu berpikir bahwa atasnya itu benar-benar menyukai dokter Monica Dimitrov. Sejak awal ia sudah menduga hal itu.
"Maaf tuan, apa tidak sebaiknya saya selidiki dulu siapa dokter Monica sebenarnya? Maafkan saya, sebenarnya sejak nona Monica anda bawa kemari, saya sudah menyelidiki nya", ucap Carlo.
"Lantas apa yang kau temukan?"
Identitas nona Monica dan saudaranya jelas. Hingga keluarganya yang berada di Rusia pun jelas. Namun anehnya, data-data suaminya tidak di temukan sama sekali. Saya sedang menyelidiki nya hingga kini"
"Lakukan saja!".
"Tetap pindahkan Monica ke Roma akhir bulan ini. Aku tidak mau melihatnya bersedih, Carlo. Aku bisa melihatnya di tempat ini begitu tertekan. Aku tidak ingin melihatnya menangis lagi", ucap Luigi sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Seharian memperhatikan Monica, membuat perasaan Luigi tersentuh. Bagaimana mungkin ia menyukai wanita itu tapi membuatnya menangis dan tertekan di sini.
Mendengar penuturan bos-nya itu, Carlo bisa melihat jelas Luigi bukan hanya menyukai Monica. Lebih tepatnya sudah jatuh cinta pada wanita itu. Bahkan ia akan memindahkan wanita itu ke Roma tempat yang paling privasi bos-nya.
Jika Monica benar-benar di bawa ke Roma sesuai perintah Luigi, artinya wanita itu segera mengetahui siapa Luigi Salvatore sebenarnya. Identitas yang selalu bos-nya itu sembunyikan dari siapapun.
Jika Luigi sudah memutuskan, tidak ada yang bisa mencegahnya. Termasuk Carlo yang merupakan kaki tangannya. Orang kepercayaan Luigi Salvatore dalam mengurus bisnis kotornya. "Baik tuan, akan saya lakukan perintah anda segera".
"Kau urus jalang yang telah berani mengusik Monica dan melanggar aturan ku. Berikan ia pada penjaga. Aku tidak membutuhkan nya lagi!", perintah Luigi dingin tanpa ekspresi. Namun dari kata-kata yang terucap bisa di pastikan ia sangat marah pada Sonnia.
Luigi mengetahui semua yang terjadi di properti miliknya tanpa terkecuali.
*
Waktu terus bergulir, tiga minggu kemudian..
Carlo terlihat sedang berbicara dengan Dana di dekat tangga ketika melihat Monica turun.
"Kau mau kemana Monica?", tanya Dana dengan nada ketus. Wanita paruh baya itu menatap Monica dengan selidik.
"Dana ...aku bosan di kamar terus. Aku ingin ke taman belakang, menghirup udara segar", ucap Monica pelan.
Semakin hari Monica terlihat kurus dan pucat. Sudah dua bulan ia berada di sana dan satu bulan sejak kepergian Luigi wanita itu lebih banyak mengurung diri di kamarnya. Menghabiskan waktu dengan menangisi semua yang terjadi padanya.
Menangisi Gabriel yang sangat di rindukannya dan menangisi perbuatannya yang telah membunuh Luigi. Kalau boleh jujur, ucapan Dana ada benarnya. Luigi memang tidak menyakiti fisiknya, tapi ia menyakiti batin Monica karena tega memisahkan ia dari Gabriel yang saat ini sudah berusia empat bulan.
Ketika ada Luigi, laki-laki itu menepati janjinya mengizinkan Monica berbicara Erinka melalui sambungan seluler miliknya selama yang Monica inginkan. Kini sejak Luigi pergi, Monica benar-benar putus kontak dengan Erin. Hampir satu bulan Monica tidak mengetahui kabar Gabriel dan Erinka. Sungguh perasaan yang menyiksa sekali bagi Monica.
Monica menatap bunga-bunga indah yang ada di taman. Bunga-bunga itu bermekaran. Bulan ini sudah memasuki musim dingin. Sebentar lagi salju akan turun dan tahun pun berganti.
"Aku hanya berharap bisa berkumpul dengan Gabriel dan Erinka. Aku tidak menginginkan yang lainnya", gumam Monica sambil menatap hamparan bunga berwarna-warni di depannya.
Hawa dingin di sore hari begitu menusuk tulang. Namun Monica tidak merasakan apapun. Gadis itu seperti sudah mati rasa. Ia hanya memakai syal tebal yang melingkar di leher sebagai penghangat tubuhnya.
Sementara tidak jauh dari tempatnya dua orang penjaga Monica sudah mengusap-usap tangan mereka karena kedinginan. Salah satu penjaga mendekati Monica yang duduk di kursi taman membelakangi mereka.
"Nona...cuaca semakin dingin, Dana meminta anda kembali ke dalam", ucap penjaga dengan hormat.
"Aku masih ingin di sini. Kalian saja yang masuk. Aku janji tidak akan lari kemanapun. Kalian pasti tahu tidak ada tempat untuk melarikan diri di sini", ucap Monica terdengar begitu lemah.
Manik coklat terang gadis itu nampak sendu tak bercahaya. Kelopak mata Monica mengerjap-ngerjap beberapa kali.
Kedua penjaga saling bertukar pandang. Keduanya tetap berdiri di tempat mereka.
Monica menghembuskan nafasnya. Mendadak tubuhnya berkeringat dingin dan pandangan matanya mengelap.
"Sepertinya aku akan mati sekarang", ucapnya lemah.
"Nona ...N-onaaa..
"Tubuhnya sangat dingin, sebaiknya kita bawa ke dalam Sergio!", teriak salah satu penjaga.
"Iya, kau benar".
"Bertahanlah nona Monica...
...***...
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Dewi ar
Sad
2024-08-17
0
Tuty Tuty
apa pingsan
2024-08-10
0
Purwati Ningsi
Kasihan sekali nasibmu Monica..
akankah ada kebahagiaan untukmu 😟😟
2024-08-09
0