Manik coklat terang Monica menatap jauh ke depan. Tepatnya keluar jendela kamarnya. wajah gadis itu nampak murung.
Seharian ia hanya berada di kamar. Beberapa kali pelayan mengantarkan makanan, namun hingga menjelang senja Monica sama sekali tidak berniat untuk makan. Lidahnya terasa pahit.
"Sebaiknya kau makan sekarang. Jangan menyulitkan aku. Apa kau akan terus menyulitkan orang-orang di rumah ini?", ketus Dana yang tiba-tiba muncul di kamar Monica dengan wajah dingin dan tidak bersahabat menatap Monica yang duduk di dekat jendela kamarnya.
Monica tak bergeming sedikitpun. Gadis itu tidak menunjukkan reaksi apapun mendengar perkataan ketus Dana.
"Segera makan. Apa kau mau menyusul tuan Luigi, hah? Hm..tapi memang sebaiknya kau segera menyusulnya, agar bisa meminta maaf secara langsung padanya. Karena kau telah membun–"
"Apa mau mu dari ku, Dana! Biarkan aku mati, kau tidak perlu repot-repot memberi ku makan!", seru Monica menolehkan wajahnya, membalas tatapan tajam wanita paruh baya itu.
Monica menundukkan wajahnya, sembari meremas tangannya. "Aku tidak berniat membunuhnya, Dana. Aku bukan pembunuh", ucap Monica lirih dengan suara bergetar.
"Nyatanya kau membunuh tuan Luigi", sentak Dana memperjelas perbuatan Monica.
"Semua terjadi begitu cepat. Tubuh ku lelah setelah melarikan, aku ingat anak ku, aku melihat bagaimana Luigi menyuruh anak buahnya memperkosa Gretta hingga gadis malang itu tak berdaya. Aku sangat dendam padanya, Dana", ucap Monica pelan dengan suara bergetar nyaris tak terdengar.
Wajah Monica nampak frustasi. Kedua matanya berkaca-kaca. "Aku ingin melihat anak ku. Aku ingin kembali ke rumah ku. Apa kalian di rumah ini sama sekali tidak memiliki perasaan? Apa kalian tidak ada keluarga yang kalian sayangi di luar sana?", ucap Monica terisak mengingat wajah Gabriel yang sangat di rindukannya.
"Apa yang ada di kepala mu hanya keluarga mu saja? Kau tidak menyesal sama sekali telah membunuh tuan Luigi, dokter? Apa kau tidak berpikir bagaimana perasaan keluarganya begitu mengetahui tuan Luigi telah pergi meninggalkan mereka, hah?", cercah Dana dengan nada ketus dan tegas.
"Seharusnya kau berterima kasih tuan Luigi memperlakukan mu dengan baik. Bahkan ketika kau melarikan diri, ia tidak memerintahkan Carlo untuk melenyapkan mu".
"Lantas... ciuman mesra yang kau berikan pada tuan, apa hanya kebohongan belaka?"
Monica tak bergeming. Gadis itu mencerna kata-kata Dana. Jujur ia tidak berpikir seperti itu. "A-ku tidak tahu. Tapi...jika saja aku di izinkan pergi tentu saja hal seperti ini tidak akan terjadi. Mengerti lah–"
"Minggir! Jangan halangi aku! Aku ingin melihat wajah pembunuh itu!"
Terdengar teriakan seorang wanita tepat di depan pintu. Monica tidak tahu siapa pemilik suara itu. Ia tidak perduli lagi. Namun perasaan Monica sungguh terasa hampa.
Beberapa jam yang lalu ia di beritahu Luigi tak tertolong. Konsekuensinya Monica tetap berada di mansion itu, Mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hal yang semakin membuat Monica terguncang. Ia di tahan orang-orang Luigi, meski laki-laki itu sudah tidak ada.
Suara ribut-ribut di luar semakin terdengar.
"Ceklek!
Wanita cantik berpenampilan seksi berdiri di depan pintu kamar Monica. Gadis itu menatap tajam Monica yang tak bergeming dari tempatnya. Manik coklat terang Monica masih menatap jauh ke depan. Tak perduli apa yang terjadi.
"Apa mau mu Sonnia. Apa kau tahu aturan rumah ini, hah? Kau dan kelompok mu di larang berkeliaran!", seru Dana kesal melihat wanita itu.
Namun wanita bernama Sonnia tidak menghiraukan perkataan Dana. Manik biru wanita cantik itu tak henti menghujam sosok Monica yang tidak memperdulikan kehadiran nya.
"Oh...ternyata kau pembunuh kekasih ku. Dasar kau wanita murahan!", teriak Sonnia hendak mendekati Monica namun lengannya di tarik kuat Dana.
"Kau tidak mendengar perintah ku? Kau yang murahan, Sonnia. Aku ingatkan jangan coba-coba melanggar batasan di rumah ini!"
Dana memberi perintah pada kedua penjaga. "Bawa jalang ini. Jangan biarkan ia menyakiti nona Monica", teriak Dana dengan tegas.
Penjaga segera bertindak.
Namun ucapan Dana jelas membuat Monica kaget. Dana bertindak seperti pelindung nya. Terlalu banyak beban pikiran Monica sehingga ia enggan berpikir lebih jauh.
Penjaga menuruti perintah Dana, wanita yang merupakan kepercayaan bos mereka setelah Carlo di rumah ini.
"Kalian jangan coba-coba nyentuh ku brengsek. Saat aku menjadi nyonya di rumah ini, kalian bertiga akan aku pecat!", hardik Sonnia.
"Dan kau perempuan tua, kau pikir aku tidak tahu rahasia mu, Dana! Tunggu saja semuanya terbuka kau tidak akan seperti sekarang menjadi kepercayaan Luigi lagi", teriak Sonnia menggebu sebelum kedua penjaga menyeret tubuhnya keluar kamar Monica.
Terdengar teriakan wanita itu.
...***...
To be continue
Kurang baik apa coba Emily, hari ini up 4 bab sekaligus. Tapi yang tinggalkan komentar sedikit sekali 🥺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Dewi ar
dasar mafia
2024-08-17
0
ayudya
mungkin cerita mu banyak yg blm nemu Thor jadi pada blm baca, semangat ya
2024-08-14
0
Delyana.P
Kasihan sekali Monica, kenapa pula lui kejam sekali sih thor. Lama2 bikin eneg si mafia. ini loh
2024-08-09
0