HOT BODYGUARD And POSSESSIVE GIRL
{Sequel dari Aleesya, happy reading}
Beberapa pengusaha mungkin kenal dan sedikitnya tahu nama ini. Cucu dari Abimana Bagaskara, seorang pebisnis legend dari dulu hingga sekarang. Bisnisnya semakin maju melesat bagai petir.
Siapa lagi kalau bukan Janisa Shiera Bagaskara. Gadis cantik berprofesi sebagai photo model dan kini merambah ke dunia perfilm-an. Dengan privillege dari Bagaskara, sudah pasti nama Janisa dengan mudah di kenal banyak orang.
Bukan karena privillege saja, memang Janisa juga lulusan di jurusan seni peran dan akting. Bakatnya juga sangat di minati para produser dan beberapa PH untuk merekrut Janisa. Namun dia masih enggan, dia masih memilih milih perusahaan yang kredible sesuai pilihan opahnya.
Namun ternyata kisah percintaanya tak seindah film atau FTV yang dia bintangi. Kisah cintanya kandas karena pengkhianatan yang di lakukan kekasihnya Adam, yang juga seorang photographer terkenal.
-
-
-
Malam naas itu terjadi ketika Janisa memergoki pacarnya yang baru saja melamarnya sedang bercinta dengan seorang model di apartmentnya.
BRAK
"BRENSGSEK !" Janisa menampar pacarnya dan berlari sambil menangis. Adam yaitu pacar Janisa mengejarnya namun wanita yang bersamanya menahannya.
"Sayang tunggu !!"
Dia berlari ke luar apartment pacarnya. Dia menangis di tengah hujan dan kilatan petir yang menyambar. Dia menyender di pintu mobilnya sambil meraung menutup mukanya dengan kedua tangannya. Untung saja saat itu hujan deras jadi tidak akan ada wartawan yang melihatnya.
"LAKI LAKI BRENGSEK!"
Janisa terus mengumpat meluapkan kekesalannya. Dia memegang dadanya yang sesak. Dan menangis histeris sembari meringkuk.
Padahal Janisa dan Adam sudah merencanakan pernikahan. Hubungan yang telah mereka jalin pupus sudah oleh wanita murahan yang menjual badannya demi mendapat ketenaran lewat Adam sebagai photographer.
Cukup lama Janisa menangis dia berusaha berdiri dan membuka pintu mobilnya. Di dalam juga Janisa masih menunduk di setir mobilnya. Dia menjalankan mobilnya pulang dengan keadaan basah kuyup.
-
-
-
Sesampainya di rumah dia berjalan gontay ke dalam rumah, Savian yang melihat itu langsung membawakan handuk untuk adiknya.
"Kamu dari mana hah? Kakak telepon enggak di angkat!" Tegur Savian pada Janisa.
Janisa mulai menangis sesegukan dan itu jelas saja membuat Savian khawatir sebagai kakaknya. "Adam?" tebak Savian. Tebakan kakaknya di angguki Janisa pelan.
"BRENGSEK! BADJINGAN!"
"Bi, tolong bawa Janisa ke kamar." Ucap Savian meminta tolong art dirumah membawa adiknya ke kamar karena Janisa pulang dengan keadaan basah kuyup.
Savian menelepon seseorang untuk memberi pelajaran pada mantan pacar adiknya itu. Bagaimana juga dia tidak rela jika adik satu-satunya ini di sakiti.
"Macam-macam kau dengan keturunan Bagaskara!"
_
_
Janisa sudah membersihkan dirinya yang berantakan. Dia melihat ke cermin betapa hancurnya hatinya sekarang.
"Lihat aja syalan, kau akan menerima pembalasanku."
DRRRT DRRRT DRRRT ponsel Janisa berdering dia menghela nafasnya sebelum menjawabnya. Ternyata managernya yang memberitahukan berita perselingkuhan pacar Janisa.
Janisa sendiri heran kenapa bisa secepat itu beritanya menyebar? Dan parahnya lagi hanya dalam hitungan jam, karir Adam hancur. Malam itu juga Adam di pecat, dan perusahaan yang menaungi dia menarik segala fasilitas yang di gunakan Adam.
Sudah pasti perbuatan Savian juga opah Abimana. Hanya dengan memakai nama Bagaskara, mereka semua tunduk. Perusahaan jasa photographer itu bahkan di danai oleh perusahaan Bagaskara, salah satu konglomerat di negeri ini.
"Wow... Syukurlah, dia sudah mendapatkan karmanya!" Janisa merebahkan dirinya ke kasur dia pun terlelap dalam mimpinya.
-
-
Keesokan harinya tubuh Janisa nampak segar padahal tadi malam badannya di guyur hujan deras. "Hoaaammmmmm" Janisa menggeliatkan badannya layaknya ulat bulu.
Janisa langsung lompat dari kasur ke kamar mandi. Selesai dengan mandinya kini dia sudah bersiap-siap menuju lokasi syuting FTV.
Sementara ini Erick, asisten opahnya yang menemaninya. Nanti dia akan mencari bodyguard untuk menemani aktivitasnya.
Sudah ada sih sebetulnya beberapa kandidiat pilihan opahnya, namun ia sendiri belum sreg. Dia akan bertanya pada Erick lagi masalah bodyguard.
Ketika sampai di lokasi syuting, ternyata sudah banyak wartawan datang menghampirinya dan juga ingin mewawancarainya. Pastinya Erick menjadi garda terdepan menghalangi para jurnalis itu.
Janisa datang dengan memakai kacamata hitam di hidung bangirnya. Dia tidak mau komentar apa-apa. Dia hanya ingin bekerja profesional.
"Rick, udah dapet?" tanya Janisa yang duduk sambil membaca naskah. Dia juga dapat asisten yang sudah stand by di lokasi syuting.
"Nona sendiri gimana? Sudah ku carikan beberapa belum ada yang cocok kan?" sindir Erick dengan geleng-geleng kepala.
"Enggak tau ah, nanti deh aku tanyain om Arya barangkali dia punya asisten yang enggak ke pakai gitu."
"Astaga, memang barang non!" Keluh Erick.
Janisa tak menanggapinya lagi dia fokus membaca lagi skenario untuk FTVnya yang akan tayang minggu depan.
DDRRRTT DRRRT DRRRT
"Iyah opah?"
"Eum Janisa mau opah, nanti Janisa bisa atur jadwal. Nanti Janisa telepon kak Aleesya juga." Janisa mengakhiri sambungan teleponnya bersama opah Abimana.
Tak lama Erick juga mendapat telepon dari tuannya. Dia akan segera menyiapkan semuanya.
Produser itu datang menemui Janisa. "Sa, kita syuting 5 scene enggak masalah kan?" tanya produser itu dengan ramah.
"Ayo siap, kita mulai yah aku udah hapal."
Janisa memang terkenal humble di lapangan, anaknya juga tak neko-neko. Tak banyak menuntut meskipun dia dari keturunan orang berpengaruh, Janisa mampu berbaur dengan staff dan beberapa cast lainnya disana.
Janisa menyelesaikan syuting hari ini hingga malam hari. Dalam 2 hari ke depan dia akan membereskannya lagi. Karena Aleesya sepupunya ingin mengajaknya liburan bersama keponakannya yang baru berusia dua bulan.
"Ahhh beres... Berarti dua hari lagi terus kita bisa liburan yeahhhh...." Seru Janisa dia malah mencubit kedua pipi Erick yang di penuhi jambang tipis itu.
Erick hanya tersenyum manis melihat tingkah Janisa. "Untung saja cucunya tuan Abimana, kalau bukan ku sikat juga nih huft!" Erick mendumel dalam hatinya.
Janisa yang melirik Erick di kemudi setirnya langsung memasang tatapan mautnya. "Hayo ... Pasti dalem hati ngedumel tuh!"
"Hahaha sejak kapan non jadi dukun dadakan?"
"Maunya sih, biar bisa nyantet tuh kutu kupret syalan!" Geram Janisa.
"Nanti juga ketemu jodohnya, non. Santai aja santai kayak di pantai." Ucap Erick sambil cengengesan. Dan itu membuat Janisa sedikit terhibur atas banyolan Erick.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments