Janisa ikut bersama keluarga besarnya liburan ke Disneyland. Ketika di pesawat dia tak sengaja menubruk pria kutub utara yang susah senyum itu. Siapa lagi kalau bukan Evan, asisten andalan om Arya. Om-nya Janisa juga.
"Sorry yah enggak sengaja." ucap Janisa pada Evan.
"Enggak masalah" Ucap Evan datar dan pergi dari sana.
"Aneh banget sih, tu manusia terbuat dari kulkas kayaknya." Gerutu Janisa, namun masih di terdengar oleh Evan.
Perjalanan panjang itu memakan waktu berjam-jam lamanya. Sampai di sana Janisa benar benar memanfaatkan liburannya bersama keluarganya.
Ketika mau bermain wahana roller coaster, Janisa sangat ketakutan. Janisa terpaksa ikut naik wahana itu dengan perasaan takut.
Ketika duduk, Evan yang di sebelah Janisa, memperhatikannya. Belum juga jalan Janisa sudah merapalkan doa.
"Tenang." Ucap Evan singkat.
Ketika wahana itu mulai naik dan meninggi, Janisa tutup mata, dan dia merasakan tangannya di genggam. Dia membuka matanya dan melirik, Evan yang menggenggam tangannya. Janisa tersenyum manis.
"ARGHHHHHH MAMAH...." teriak Janisa dan pegangannya semakin kuat di tangan Evan.
Padahal baru 4 hari Janisa putus dengan pacarnya namun sekarang di tangan Evan, Janisa merasa nyaman. Mungkin Evan datang di waktu yang tepat ketika Janisa rapuh dan hancur.
-
-
-
Seharian itu Janisa benar benar melepas penatnya bahkan di saat malam datang, dia belum mau tidur, dia lebih memilih duduk sendirian di taman sekitar hotel. Dia duduk sendirian sambil menatap langit malam yang cerah. Sembari tutup mata dan menarik nafas dalam dalam.
Dia harus menelan pil pahit hubungannya dengan Adam kandas karena pengkhianatan. Sejujurnya hati kecilnya masih sangat rapuh. Dia tak akan dulu menjalin hubungan dengan siapa pun.
"Indah yah langitnya." Celetuk Evan yang muncul tiba tiba di pinggir Janisa. Dia duduk di sana tanpa menatap Janisa.
Janisa reflek membuka matanya dan menoleh ke sebelahnya "Kamu? Kok di sini?" tanya Janisa keheranan.
"Lagi cari angin!" jawab Evan singkat.
"Cari angin di kamar aja, kan ada AC nya!" balas Janisa malas.
Evan menoleh ke wajah Janisa. Tatapan mereka bertemu. Terlebih Janisa yang di tatap lekat oleh Evan, hatinya berdesir. Dia mencoba menetralkan hatinya yang degdegan.
Dia tersenyum canggung dan memalingkan mukanya. Janisa tak kuasa di tatap Evan lama-lama. "Jadi kamu lagi butuh bodyguard?" Tanya Evan datar.
Janisa menoleh lagi ke arah Evan dan berdeham kencang. Hatinya seperti tengah marathon. "Ehem, ii-iya lagi cari. Tapi belum nemu yang cocok!" Ucap Janisa dengan gugup.
"Hmm... Okay. Aku bersedia, tuan Arya sudah mengijinkan ku. Aku hanya akan bekerja setelah makan siang. Karena aku masih ada tanggung jawab di kantor, bagaimana?" Ucap Evan jelas dan padat.
Mata Janisa berbinar dia sumringah dan langsung menjawab iya, spontan ia memeluk Evan erat.
"Terima kasih ya Evan, akhirnya kamu mau juga jadi bodyguard aku. Pokoknya enggak rugi kerja sama aku." Ucap Janisa. Dia baru sadar sedang memeluk Evan.
"Astaga!" Reflek Janisa mendorong Evan yang hampir jatuh.
"Evan maaf!" Ucap Janisa yang sedikit ketakutan.
Janisa langsung menarik tangan Evan naik ke kursi. Evan sendiri mendengus kesal dengan Janisa. "Kau...!"
"Enggak sengaja! Lagian siapa juga yang mau celakain kamu! Yang ada aku di gantung sama om Arya." Celetuk Janisa. Hal itu membuat Evan tersenyum tipis, bahkan sangat tipis sekali.
-
-
-
Dibalik obrolan mereka, ada sepasang mata yang melihat di balik tembok. Erick, sang asisten setia. Dia sudah menyimpan rasa sedari dulu pada Janisa. Namun dia tak sanggup jika harus mengungkapkan perasaan itu.
"Sepertinya kau bahagia bersamanya Janisa. Aku akan mundur." Gumam Erick pelan.
"Belum juga perang udah mundur." Celetuk Bastian, asistennya om Arya juga.
Erick menoleh ke belakang. Dia mengadahkan kepalanya ke tembok dan memejamkan matanya. "Aku menyukai dia dari jaman dia sekolah dulu. Kami satu sekolah, tuan Abimana mengambilku dari panti asuhan dan menyekolahkan ku sampai lulus kuliah. Aku tahu diri, aku hanya anak ya_"
"Jodoh itu di tangan Tuhan! Bukan di tanganmu. Tetap berusaha bro, bersainglah secara sehat untuk mendapatkan hatinya. Dan jangan pernah menyerah. Siapa pun pilihannya itu adalah jawaban dari Tuhan. Ayo sudah malam lebih baik istirahat." Ajak Bastian.
"Kau benar! Aku akan mencoba kalau gitu." Jawab Erik.
Bastian merangkul Erick dan pergi dari sana. Evan sedikit menoleh melihat punggung ke dua orang tadi yang mengintip mereka.
Dia melirik lagi ke muka Janisa dan mengobrol lagi dengannya. "Cantik" gumam Evan batinnya diam-diam dia mengagumi gadis yang ada di depannya.
-
-
Keduanya kembali ke kamar masing masing. Janisa merebahkan dirinya di kasur. Dan ponselnya berdering ternyata mantan kekasihnya yang menelepon.
"Mau apa ?" Sentak Janisa.
"Sayang dengerin aku dulu, cewek itu yang ngejar ngejar aku. Dia mau jadi model terkenal makanya dia_!"
"CUKUP!! JANGAN PERNAH HUBUNGI AKU LAGI!"
Janisa menutup teleponnya dan mematikannya. Dia mendengus kesal, mantannya terus saja menghubunginya. Sepertinya Janisa harus ganti nomer.
Dia memeluk selimut dan tersenyum tiba-tiba mengingat tadi kebersamaannya dengan Evan meskipun cuma sebentar. Dia senang sekali bisa melepas penat di sini bersama keluarganya juga di tambah Evan.
"Cakep juga, om Arya nemu dimana yah cowok kayak dia?" Janisa malah tersipu malu dia menutup mukanya dengan bantal.
Tuhan sepertinya cepat memberikan pengganti untuk Janisa dan mengirimkan Evan sebagai bodyguard-nya. Tapi ia juga tak mau buru-buru. Dia baru aja beberapa jam kenal Evan. Dia tak tahu Evan sama seperti mantannya atau tidak.
Lebih baik Janisa fokus menata karirnya yang semakin naik. Dia akan membuktikan pada mantannya kalau tanpanya, hidup Janisa baik baik saja.
"Dasar cowok syalan...lihat aja! Kamu makin terpuruk, dan aku makin naik hahahaha!" Janisa malah mendoakan seperti itu tapi biarlah toh memang Adam juga salah berselingkuh di belakang Janisa.
-
-
Janisa, kakaknya dan mamahnya rencananya hari ini akan belanja. Namun om Arya menawarkan Evan untuk menemani Janisa.
"Tenang aja om, ada Vian kok. Aman." Ucap Savian, dia tak enak jika harus merepotkan Evan asisten om Arya.
"Enggak masalah, lagian ada Bastian sama Kenny yang stand by di sini. Siapa tahu kalian butuh bantuan nanti." kata Om Arya.
Ketiganya akhirnya setuju dengan tawaran om Arya. "Terima kasih ya om jadi ngerepotin.'' Ucap Janisa.
Mereka pun pamit dari om Arya dan pergi belanja. Evan menyusul di belakang keluarga Janisa. Evan diam diam curi pandang ke arah Janisa.
Janisa tak menyadarinya dia fokus bersama mamahnya mencari pakaian, lalu Savian kakaknya juga fokus mencari barang lain.
"Mamah kesana dulu ya, Sa. Tolong pegangin dulu nanti di ambil orang." Mamah Ayu pergi duluan melihat ada diskonan yang menggiurkan.
Janisa geleng geleng kepala melihat mamahnya kalau sudah menemukan barang diskon pasti di kejar. Padahal keluarga mereka sangat mampu membeli isi satu mall.
Tetap saja barang diskonan lebih menarik. Janisa menoleh ke belakang ternyata ada Evan. "Hai...aku pikir kamu kemana."
"Aku di sini ... Untukmu..."
DEG
-
-
-
...Assalamualaikum readers...
...Buat yang bingung nama tokoh lainnya bisa di baca di novel ALEESYA sebelumnya yah. Happy reading ~~~...
...Sarangheo thank you supportnya....
...Silahkan di follow yah & VOTE thank you...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments