Seminggu sudah Janisa dan keluarganya liburan. Mereka harus pulang duluan ke tanah air, karena Janisa dan Savian masih banyak kerjaan. Berbeda dengan keluarga Aleesya yang masih betah di sana.
Evan juga sudah pulang bersama keluarga om Arya. Kini Janisa di sibukkan dengan rutinitas seperti biasa yaitu syuting dan pemotretan.
"Mah, Janisa pergi dulu yah." Ucap Janisa yang pamit pada mamahnya. Sementara Savian dan opahnya sudah pergi duluan pagi pagi sekali ke kantor.
Janisa pergi di temani supirnya ke lokasi pemotretan. Disana manager-nya sudah menunggunya yaitu Bella.
"Tuan putri baru datang... Hehehe." ucap Bella yang menghampiri Janisa.
"Gimana aman?" Tanya Janisa.
"Aman donk." Kini keduanya jalan menyusuri lorong gedung untuk tempat pemotretan.
Namun ketika masuk ke dalam, ternyata seorang phtographer-nya adalah mantan kekasih Janisa. Yaitu Adam. Lelaki yang pernah berselingkuh di belakang Janisa.
Janisa mematung bagaimana bisa Adam bekerja lagi? Bukannya kakaknya sudah memecat Adam?
Janisa mengacuhkannya dia pergi bersama Bella ke ruang ganti. "Enggak mau nanya kenapa mantan loe ada di sini." ucap Bella yang memilihkan baju untuk Janisa.
"Enggak penting. Gue di sini kerja." Kata Janisa. Wajahnya sedang di makeup. Selesai di makeup, Bella memberikan baju untuk Janisa pakai saat pemotretan.
"Baguslah, gue juga eneug banget lihat muka mantan loe." Kata Bella.
Janisa tak menaggapinya dia mengambil baju itu dan mengganti bajunya. Ketika dia sudah selesai, Janisa masuk ke dalam studio ditemani Bella.
Pastinya Janisa dan Adam bertemu disana. Namun Janisa berlagak cuek saja. Dia akan profesional sebagai mana mestinya.
Seorang fashion stylish mengarahkan Janisa di depan kamera. Layaknya seorang photo model kenamaan, kemampuan Janisa di depan kamera tak perlu di ragukan lagi. Wajahnya sangat photo genic.
"Good job Janisa." Ucap Ronald yang juga produser agency itu. Dia dan staff lainnya tepuk tangan. Janisa akan menjadi cover majalah bisnis, karena dia berasal dari keluarga Bagaskara.
Setelah Janisa selesai ia dan Bella berjalan ke ruang ganti namun siapa sangka orang yang sangat dia benci justru datang menghampirinya.
"Janisa tunggu." teriak Adam.
Janisa dan Bella reflek berhenti dan berbalik. "Aku mau bicara." kata Adam.
"Ngomong aja." Ucap Janisa acuh tak acuh.
"Berdua!" kata Adam lagi.
"Enggak mau! Udah yah gue sibuk." Ucap Janisa ketus dia pun dan Bella segera pergi dari sana. Tapi Adam menahan lengan Janisa.
"Tunggu Janisa."
Janisa menghempaskan tangan Adam dengan kasar. Dia menatap Adam dengan sorot mata tajamnya. Bella memegang lengan Janisa memberi kode mata pada Janisa agar pergi dari sana. "Ayoo Sa." ucap Bella.
"Jangan pernah muncul di hadapan gue lagi." Ucap Janisa dengan tegas. Namun Adam nampaknya tak terima. Dia menarik tangan Janisa kasar.
"Aww sakit breng_"
"Syalan siap_" Belum juga Adam bicara namun tangannya sudah di pelintir seseorang. Pria tampan dengan rahang yang tegas. Dia adalah pemilik agency yang menaungi banyak talent disana.
"Jangan berbuat onar di kantorku." Ucap pria dengan suara beratnya itu. Janisa dan Bella saling pandang. Keduanya tak tahu siapa lelaki itu. Mereka juga sebelumnya tak pernah bertemu dengan pria yang ada dihadapannya itu.
Adam pergi dari sana dengan perasaan dongkol. Sementara Janisa dan Bella masih mematung di sana. Seakan meminta penjelasan dari pria yang sudah menolongnya.
"Eum hai... Aku Barra." ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya. Janisa menyambut baik uluran tanganya itu.
"Janisa dan ini Bella." kata Janisa.
"Kamu enggak apa-apa? Ada yang luka?" tanya Barra dengan lembut.
"Aman kok." ucap Janisa dengan kikuk. Bella menyenggol lengan Janisa sembari tersenyum genit.
"kami permisi yah pak, mari." Ucap Janisa.
"Dan terima kasih bantuannya." Kata Janisa lagi. Dia dan Bela pergi dari hadapan Barra.
Sementara Barra tersenyum kecil dan menatap punggung Janisa yang semakin menjauh.
"Cantik sekali, kenapa aku baru tahu ada talent secantik dia?" Gumam Barra. Dia pun berlalu dari sana ke ruang kerjanya.
-
-
-
Ketika masuk ruang kerjanya Barra di susul oleh seorang model cantik yang genit. Model itu langsung duduk di pangkuan Barra. "Kok baru datang? Aku kan udah nungguin om." Ucap model genit itu.
Barra meremas bok*ng wanita itu dengan penuh nafsu. "Siapa Janisa? Apa kau tahu?" Tanya Barra sembari menciumi leher wanita itu.
"Oh dia talent baru, tapi enggak baru juga sih udah 4 bulanan kali yah, kenapa memangnya?" Tanya wanita itu.
"Bantu aku mendapatkannya, maka kau akan dapat bonus, gimana?" Ucap Barra.
"Okey, tapi udah ini transfer kan?"
"Pasti Bianca. Ayo aku sudah tak tahan!" Barra menggendong Bianca ala koala ke kamar pribadinya. Dia sudah biasa menyentuh para talentnya dengan iming iming akan menjadi model terkenal.
Bukan sekedar rayuan saja memang, para talent yang sudah tidur dengannya kini menjadi artis papan atas. Bukan rahasia umum lagi petinggi agency meniduri para talentnya.
Wanita itu bernama Bianca, dia model senior, namun dia cuek terlebih pada Janisa. Karena Bianca tahu, siapa Janisa, jadi dia tak berani juga macam macam. Hubungannya baik dengan Janisa.
"Ahhh om... kayaknya pusaka om makin gede deh hahaha!" Ucap Bianca yang mendesah di bawah kukungan Barra.
"Kau seksi sekali...Bianca ahhh !" Racau Barra.
-
-
Sementara pasangan da jal itu tengah asyk bercinta, lain halnya dengan Janisa yang menunggu Evan di parkiran mobil.
"Katanya mau jemput, baru hari pertama udah telat." Gerutu Janisa yang menendang batu kerikil di bawah kakinya dengan kesal.
"Aku antar pulang!" Ucap Adam yang tiba tiba muncul di hadapan Janisa dengan motor sportnya. Janisa cuek saja dia celingukan ke kanan kiri. Adam turun dari motornya dan ketika ingin mendekati Janisa, ada seorang pria menghadangnya.
"Janisa bersamaku! Minggir!" Ucap Evan yang baru datang dan melihat Janisa seperti sedang di ganggu.
Janisa sendiri melongo Evan tiba tiba sudah ada di hadapannya. Dia melingkarkan lengannya ke tangan Evan.
"Ayo Van, aku udah lapar." Ucap Janisa yang membawa Evan pergi dari sana.
Adam mengepalkan tangannya "Awas saja Janisa, kamu akan kembali ke pelukanku. Aku enggak rela kehilangan sumber kariku!" Adam pun pergi juga dari sana.
-
-
Ketika Janisa dan Evan sudah sampai mobil, Janisa mengusap ngusap dadanya "Huft, dasar cowok gila!" Ucap Janisa yang mengintip dari kaca mobil.
Evan hanya menoleh ke arah wanita di sampingnya dan menghela nafas. "Kemana lagi kita?" Tanya Evan datar.
"Ke apartment aku dulu yah sebentar, aku lupa bawa skrip ada di sana." Ucap Janisa cuek, dia menunjukan alamat apartmentnya. Keduanya langsung menuju kesana.
Sesampainya di apartment Evan menunggu di ruang tamu sembari melihat lihat isi dalam apartment itu.
"Ayo Van aku udah se_ Arghhh !" Tiba tiba kaki Janisa keserimpet karpet ketika menghampiri Evan.
Seketika itu juga Evan reflek berdiri dan menangkap tubuh Janisa. Jarak bibir keduanya bahkan hanya tinggal di sentuh aja. Kedua mata mereka bertemu, tangan Janisa juga reflek memeluk pundak Evan.
DEG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments