Leon menghentikan sepeda motornya disebuah bengkel yang letaknya jauh dari keramaian kota. Rhivi memperhatikan keadaan sekeliling bengkel itu, para pekerja dibengkel itu tersenyum ramah pada Leon. Rhivi mengikuti langkah kaki Leon memasuki bangkel itu. Seorang pemuda yang usianya lima tahun lebih tua dari Leon menyambut kedatangan mereka.
“Akhirnya kau datang juga Leon.”
“Aku tidak suka mengingkari janji.”
Pria itu menatap kearah Rhivi,rhivi merinding melihat tatapan pria itu. pria itu hanya tersenyum kecil melihat
ketakutan dimata Rhivi.”Apa wanita ini kekasihmu.?”
“Ya. Berhenti menatapnya seperti itu, kau membuatnya takut.”Leon memukul kepala pria itu, membuat pria itu mengeram kesakitan.”Tunjukkan padaku dimana motornya. Aku tidak suka menunggu terlalu lama. Cepat tunjukkan padaku.”
“Baiklah.” Pria itu membawa Leon kesebuah ruangan rahasia, dimana hanya pria itu, Leon dan sahabat mereka yang mengetahuinya.
Rhivi nampak ketakutan melihat sorotan mata pria dan wanita yang ada ditempat itu. Tempat itu seperti tempat kutukan untuk Rhivi.
“Leon.?”
“Ada apa.?”
“Bisakah aku menunggumu diluar saja.?Sepertinya mereka tidak menyukaiku”Rhivi menelan ludah memperhatikan
sorotan mata orang-orang yang ada didekatnya, mereka begitu menakutkan.
“Terserah kau saja. Tapi ingat jangan coba-coba untuk kabur dan jangan pergi terlalu jauh. Tempat ini terlalu bahaya
untuk gadis sepertimu.”
“Aku mengerti.”
Leon meninggalkan Rhivi dan kembali menyusul temannya. Rhivi nampak mulai bosan menunggu Leon diluar,
Rhivi memutuskan berkeliling disekitar tempat itu tanpa Leon untuk menghilangkan kebosanannya. Tiba-tiba saja seseorang yang tidak dikenal mendekap mulutnya dan membawanya pergi dari tempat itu. Leon yang baru saja keluar heran tidak melihat Rhivi disana.
“Kemana anak itu.?Apa dia kabur dariku.?”Mata Leon tertuju pada sebuah kertas yang diletakkan diatas
motornya.”Bajingan. Berani sekali kalian menyandera Wanitaku.”
Leon mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi dan bergegas menemui musuh-musuhnya.Leon
mendatangi sebuah bangunan tua bekas rumah sakit yang sudah lama dikosongkan, bangunan itu terlihat begitu mengerikan. Rumput liar tumbuh dimana-mana,cat dinding bangunan itu sudah memudar dan ditumbuhi lumut. Leon masuk kedalam bangunan itu.
“Ternyata kau datang seorang diri.”Ketus seorang pemuda yang pernah Leon pukuli sewaktu ditaman hiburan kemarin malam.
“Dimana Rhivi.?”Leon mencengkram kera baju pemuda itu.
“Tenang Leon. Wanitamu baik-baik saja selama kau menjadi anak yang baik.”
Brukk...bruk...Pemuda itu berserta tiga anak buahnya babak belur dihajar Leon.
“Dimana Rhivi.?”Bentak Leon penuh amarah.”Dimana Rhivi.?”
“Ada dilantai tiga bersama Vico.”
Leon belari menuju lantai tiga tempat dimana Rhivi disandera oleh mereka. Brakk...Leon mendobrak
salah satu pintu yang merupakan bekas ruang perawat. Leon mengumpal tangannya ketika melihat Rhivi bersama Vico dan anak buahnya dalam keadaan tidak sadar.
“Lepaskan dia.!:Teriak Leon
“Eh..Kau bisa semarah ini Leon.Ternyata kau begitu menyukai gadis ini.”Cetuz Vico
Vico membelai rambut Rhivi,membuat tingkat kemarahan Leon naik satu tingkat.
“Jauhkan tanganmu darinya atau aku akan mematahkan tanganmu.”Sorot mata Leon terlihat kebencian terhadap pemuda yang ada didepannya itu.
Vico berseringai lebar melihat ekspresi Leon. Vico memberi isyarat pada anak buahnya untuk mengantikan posisinya menjaga Rhivi.
“Sudah lama aku tidak melihatmu bersemangat seperti ini.”Vico melangkah maju mendekati Leon diikuti lima
pengikutnya. Mereka mengepung Leon yang saat itu esmosinya sedang tidak stabil.
”Aku dengar kau menghajar anak buahku.”
Leon tersenyum menyindir.”Anak-anakmu mengaduh padamu. Memalukan.”
“Rupanya kau masih memiliki kepercayaan diri yang tinggi, hingga kau masih bisa mencibir orang ya.?Aku tidak sabar untuk segera memulai permainan ini.”Leon mempertajam tatapannya kerah Vico yang sedang menghinanya dengan tatapannya.”Tapi lebih baik kita bangunkan gadis itu lebih dulu. Akan lebih asyik jika gadis itu diikut sertakan kedalam permainan kita.”
“Aku akan membunuhmu jika kau berani menyentuhnya.”
“Tenang Leon, aku hanya membutuhkannya sebagai umpan. Bangunkan dia.”
Seorang anak buah Vico menyiram air kearah wajah Rhivi,membuat gadis itu tersadar.
“Leon.?”
Brukkk.....Seseorang memukul Leon dengan kayu dari belakang.
“Leon.?”Teriak Rhivi histris
“Kau lengah Leon.”
Rhivi berusaha untuk berdiri hendak menghampiri Leon, namun keadaanya yang lemah membuatnya terjatuh
kelantai. Leon yang melihat keadaan Rhivi kembali tersulut emosi.
“Bajingan. Aku akan membunuh kalian semua.”
“Habisi dia secepatnya. Selesaikan ini dengan bersih tanpa jejak.”Vico bersama dua orang pengikutnya bergegas
meninggalkan mereka.
Leon kembali bangkit dan membalas serangan mereka padanya dengan brutal. Rhivi menatap Leon dengan penuh ketakutan, ekspresi wajah Leon terlihat begitu mengerikan. Ini baru pertama kalinya bagi Rhivi melihat perkelelahian antar gengster didepan matanya sendiri. Satu-satunya yang ingin Rhivi lakukan adalah
memeluk Leon dan menenagkannya.
“Leon.?”Rhivi menggigit bibir bawahnya yang terluka.
Rhivi menangis melihat leon yang begitu brutal menghajar musuh-musuhnya. Rhivi sadar kenapa Leon
begitu memaksanya untuk menjadikannya kekasihnya. Leon hanya ingin melindunginya dari musuh-musuhnya yang mencoba memanfaatkannya untuk memancing Leon keluar. Seorang pemuda hendak menyerang Leon dari belakang, melihat Leon dalam bahaya Rhivi berusaha bangkit sekuat tenaga. Brukkk...,pemuda itu menghantamkan pukulannya ketubuh Rhivi.
Melihat Rhivi mengeram kesakitan dan tergeletak tidak berdaya dilantai yang kotor, emosi Leon semakin meningkat .Leon semakin brutal menghajar mereka semua tanpa balas ampun. Leon mendekati Rhivi, gadis itu hanya tersenyum kecil menatap Leon. Terlihat jelas diraut wajah Leon bahwa Ia begitu mencemaskan keadaan
Rhivi. Leon mengendong Rhivi dan membawanya pergi dari tempat terkutuk itu.
“Kau terluka.?”
“Lukaku tidak sebanding dengan lukamu.Kau jangan mengkhawatirkan aku.”
“Leon. Apa kau pernah terluka sebelumnya.?”
“Berhenti bicara. Aku akan membawamu kerumah sakit.”
Rhivi mengenggam lengan Leon.”Aku tidak mau kerumah sakit. Aku benci rumah sakit. Aku mohon jangan bawa aku kerumah sakit.”
“Tapi.?”
“Aku mohon Leon. Bawa aku pergi ketempat lain saja. Aku tidak mau kerumah sakit, tempat itu sangat menakutkan untukku. Aku tidak mau pergi ketempat itu lagi. Aku mohon.?”
“Baiklah.Aku akan membawamu ketempatku.”
“Terima kasih.”
“Tidak perlu berterima kasih padaku. Aku yang menyebabkan mu terluka seperti ini. Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan..”
Leon mengabulkan keinginan Rhivi yang tidak ingin pergi kerumah sakit. Leon membawa Rhivi ke basecamp miliknya dan teman-temannya.
-**** -**--**
Devant bergegas menuju lantai bawah untuk membuka pintu, Devant begitu terkejut melihat Leon dan Rhivi dalam keadaan terluka.
“Leon apa yang terjadi dengan kalian berdua.?”
Tanpa memperdulikan pertanyaan Devant, Leon membawa Rhivi masuk. Leon meletakkan tubuh Rhivi diatas tempat tidur. Alvian menghubungi dokter pribadi mereka untuk datang meriksa keadaan mereka berdua didalam. Leon masuk kedalam menemui Rhivi yang tertidur pulas, Leon mengenggam jemari tangan Rhivi. Leon teringat ucapannya lima menit yang lalu bersama dokter pribadi mereka.
“Bagaimana keadaannya dok.?”
“Saat ini dia sedang tertidur. Tulang rusuknya patah akibat pukulan yang begitu keras. Ini resep obatnya, pastikan ia meminumnya.”
Leon membelai wajah rhivi.“Maafkan aku.?”
.....*0o0*.....
“Rhivi tidak bersamaku. Ayahnya juga menghubungiku menanyakannya.?”Tutur Mozha
“Kemana perginya anak keras kepala itu.Tidak biasanya Rhivi meninggalkan ayahnya seperti ini tanpa memberi kabar pada ayahnya.”Clarissa menjatuhkan tubuhnya diatas tempat duduknya.”Atau jangan-jangan dia dalam bahaya. Bukankah kemarin dia pergi bersama Leon.?”
Mozha diam tanpa mengubris prasangka buruk Carissa terhadap Leon, sebenarnya Mozha juga memikirkan hal yang sama seperti Carissa,namun hal itu ia buang jauh-jauh dari pikirannya mengingat ucapan Marcian padanya dikafe kemarin siang.
“Dengar mozha. Aku tahu kau mencemaskan keadaanya.Tapi aku percaya bahwa Leon akan menjaganya dengan baik.Leon tidak akan membiarkan siapapun menyakitinya.Aku tahu kau tidak akan mungkin percaya dengan ucapanku,tapi yang jelas Leon akan menjaganya dengan baik.Leon tidak akan memaksa Rhivi untuk menjadi kekasihnya tanpa alasan.Leon bisa saja mengacuhkan Rhivi begitu saja ketika musuh-musuh kami mengenalinya,Tapi Leon tidak bisa melakukannya.Kau tahu kenapa.?Itu karna Leon bukan pemuda pencundang
yang akan lari begitu saja dan membiarka orang lain terseret kedalam masalahnya tanpa melindunginya.”
“Mozha.?”
“Ya. Ada apa.?”
“Kau tidak dengar apa yang ku bicarakan.?”
“Maaf.?”
“Apa hari ini Rhivi tidak masuk sekolah.?”Tanya seorang pemuda yang mereka kenal
“Trent.?”Ujar Clarissa dan Mozha serentak. mereka berdua tidak percaya Trent akan mencari Rhivi, pada hal hubungan mereka tidak begitu dekat
“Aku tidak melihat Rhivi hari ini, apa dia tidak masuk sekolah.?”Trent menatap mereka dengan sorot mata tajamnya
seperti biasanya.
“Rhivi tidak masuk sekolah hari ini, jangan tanyakan kenapa. Karena kami juga tidak tahu kenapa dia tidak masuk hari ini.”Mozha menghenyitkan dahi melihat Trent yang sedikit khawatir akan kondisi Rhivi.
“Berikan nomor ponselnya padaku.?”Trent merampas ponsel yang ada ditangan Carissa dan mengotak-atik ponsel milik Carissa, setelah mendapatkan apa yang dicarinya Trent langsung mengembalikan ponsel itu pada Carissa.”Beritahu aku kalau Rhivi menghubungi kalian.”
Trent meninggalkan kedua gadis itu, mereka menatap heran kepergian Trent. Untuk apa Trent menanyakan Rhivi, bukankah mereka tidak pernah saling bicara selama ini.
“Ada apa dengannya.?apa dia perduli dengan keadaan Rhivi.?”Ujar Mozha
“Kenapa tidak kau tanyakan langsung padanya.”Cetus carissa
“Aku tidak ingin berdebat denganmu. Saat ini keadaan Rhivi jauh lebih penting dari pada berdebat denganmu.”
“Hubungi terus ponselnya.”
“Aku sudah mencobanya lebih dari seribu kali.”
“Bagus.”
“Menyebalkan. Kemana sebenarnya anak itu, ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Argh terserah, aku tidak mau
memperhatikannya.”
-
-
Rhivi membuka matannya memperhatikan keadaan sekelilingnya, tempat yang belum pernah ia lihat bahkan didalam mimpi sekalipun.
“Dimana ini.?Ini bukan kamarku.?”Batin Rihivi
Rhivi melangkahkan kakinya keluar dari kamar, Rhivi memperhatikan sekelilingnya dia sama sekali tiak mengenal tempat ini. Rhivi menuruni anak tangga satu persatu. Marcian yang baru saja kembali dari belanja melihat Rhivi menuruni anak tangga satu persatu.
“Kau sudah sadar.?”
Ketiga sahabatnya membalikkan badan mereka.
“Kalian.?”Leon berdiri, menghampiri Rhivi dan membantu Rhivi berjalan. Rhivi tersenyum pada mereka.“Apa ini rumah kalian.?”
“Ya. Bisa dibilang begitu. Tempat ini sudah seperti rumah bagi kami. Kapanpun kau bisa kemari.”Terang Devant.”Bagaimana keadaanmu.?”
“Sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.”Rhivi menatap Leon.”Apa lukamu sudah diobati.?”
“Ya.”Jawab Leon datar
“Kau terlihat lelah, apa kau tidak tidur semalaman.?”
“Aku akan membuatkan makanan untuk mu.?”Leon beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan mereka, sebelum gadis itu mengetahui semuanya dan membuatnya malu.
“Kau tidak perlu mencemaskannya. Leon tidak pernah tidur dimalam hari tanpa bantuan obat tidur. Sejak kecil anak itu menderita insomnia angkut.”Kata Marcian.”Leon begitu mencemaskanmu. Aku harap kau tidak meninggalkan Leon walau apapun yang terjadi nanti. Leon sangat menyayangimu, entah bagaimana bisa itu terjadi, tapi yang jelas dia begitu perduli padamu. Ini pertama kalinya aku melihat Leon begitu mencemaskan seorang wanita selain kakak prempuannya.”
Rhivi menemui Leon yang sibuk menyiapkan makanan untuknya didapur.
“Leon.?”
“Untuk apa kau kemari.?Kau harus banyak istirahat.”Leon mengendong Rhivi dan meletakkannya diatas meja.
“Aku baik-baik saja, kau tidak perlu mencemaskanku.”Rhivi menahan tangan Leon ketika Leon hendak pergi.”Terima kasih karena sudah menolongku. Maaf sudah merepotkanmu.”
“Aku sama sekali tidak merasa direpotkan. Aku akan melakukan apapun demi melindungimu, aku tidak mau
kehilanganmu.”Wajah Rhivi mendadak berubah merah seperti tomat mendengar ucapan Leon. Leon mendekatkan wajahnya kewajah Rhivi, saat bibir mereka hendak bersentuhan tiba-tiba saja Marcian muncul.
“Uphs..maaf.aku tidak tahu kalau.?”Leon menatap Marcian dengan tatapan membunuh.“Baiklah. Aku keluar.”
Rhivi tertawa melihat tingkah mereka berdua, tiba-tiba Rhivi berteriak membuat semua orang menemuinya didapur. Mereka semua bingung melihat Rhivi yang terlihat begitu panik.
“Ada apa.?Apa Leon menyakitimu.?”Tanya Alvian
“Apa yang kau lakukan padanya.?Kau tidak lihat kondisinya masih belum pulih.?”Ujar Devant
“Aku tidak melakukan apapun padanya.”Kata Leon ketakutan
“Jika kau tidak melakukan apapun dengannya. Kenapa dia berteriak seperti itu. Leon kau tidak memintanya untuk.?Ah Leon, kau harus mengendalikan dirimu setidaknya sampai kondisinya pulih. Kenapa kau harus terburu-buru.”Tutur Marcian
Leon melempar sendok makan yang ada diatas meja kerah Marcian.”Singkirkan pikiran kotormu itu. Aku tidak melakukan apapun padanya.”
“Leon benar. Tidak terjadi apa-apa diantara kami.”Sambung Rhivi
“Lantas kenapa kau berteriak.?”Ujar Alvian bingung
“Ah. Itu karena. Karena aku tidak menghubungi ayahku. Ayahku pasti mencemaskanku sekarang. aku harus pulang sekarang juga.”
“Apa kau selalu berteriak seperti ini, jika kau teringat akan sesuatu.?”Tanya Alvian
“Ah kau ini.”Leon memukul pundak Rhivi, Rhivi meringis kesakitan.”Apa kau baik-baik saja.? Apa aku memukulmu terlalu kuat.?”
“Kau ingin membunuhku ah.?”Teriak Rhivi
“Kalian berdua ini sangat merepotkan.”Cetuz Devant.”Jika terus bersama kalian bersikap seperti ini, lama-lama aku bisa gila.”Devant melangkah pergi meninggalkan mereka berdua diikuti oleh Alvian dan Marcian.
"Apa yang kau lihat.?Berikan ponselku, aku harus menghubungi ayah."Rhivi mendesis kesal melihat Leon yang diam mematung, Rhivi tidak dapat membayangkan seperti apa kemarahan ayahnya nanti saat ia kembali kerumah, bisa-bisa sang ayah akan langsung mengorengnya hidup-hidup.
"Sepertinya keadaanmu sudah membaik, kau tidak perlu menghubungi ayahmu. aku yang akan mengantarmu pulang untuk menemuinya."Leon tersenyum kecil kemudian pergi meninggalkan Rhivi, Rhivi hanya berteriak melihat kepergian Leon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Asniladimu
cerita yg menarik
2020-07-24
0