Hatiku Milikmu
Seorang gadis remaja terus belari di sepanjang koridor sekolah ,air matanya terus berjatuhan membasahi wajannya tanpa mau berhenti. Gadis itu terus belari tanpa memperdulikan orang lain di sekelilingnya yang Ia tabrak. Seorang pemuda yang baru keluar dari dalam ruangan berteriak histris melihat gadis itu belari kencang kearahnya. Gadis itu tidak dapat menghentikan langkah kakinya, sehingga gadis itu menabrak pemuda yang berdiri dihadapannya. Pemuda itu mendengus kesal sambil membersihkan pakaiannya yang kotor menyentuh lantai koridor.
“Menyebalkan. Dimana matamu wanita bodoh.?Kau hampir saja membunuhku.”
Pemuda itu memarahi gadis yang ada dihadapannya ini. Gadis itu hanya diam saja saat pemuda itu memarahinya, pemuda itu berhenti memarahi gadis itu ketika dia melihat gadis itu menangis tersedu-sedu tanpa henti. Gadis itu segera bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan pemuda itu seorang diri. Pemuda itu memperhatikan kepergian gadis itu, hingga gadis itu menghilang dari pandangan matanya. Gadis itu menghentikan langkahnya dihalaman belakang sekolah, dimana tidak ada orang lain disana selain gadis itu. Gadis itu berteriak mengeluarkan semua perasaan yang selama ini dipendam dalam hatinya. Sebuah penghianatan yang dilakukan
kekasihnya membuat hati gadis ini begitu hancur.
“Kenapa.?Hiks..Kenapa ini harus terjadi padaku.?Huh....Kenapa kau tega melakukan hal ini padaku.?Kenapa kau meninggalkanku untuk bersama wanita itu.?Kenapa harus dia yang kau pilih.?Kenapa.?”Gadis itu menangis tersedu-sedu mengingat penghianatan yang dilakukan sang kekasih padanya. ”Aku. Aku tidak bisa menerima Keputusanmu.”
“Berisik.!”
Gadis itu tersentak kaget ketika mendengar suara seorang pemuda. Seorang pemuda yang merupakan teman sekelasnya keluar dari balik pohon, Pemuda itu berjalan mendekati gadis itu. Gadis itu ketakutan ketika mata miliknya beradu dengan mata tajam milik pemuda itu.
“Kau.?Se..se..jak kapan kau ada disini.?”
“Sejak sebelum kau datang dan menganggu tidurku.”Trent melihat butiran air mata membasahi wajah gadis itu. Tiba-tiba Trent mengulurkan tangannya menghapus butiran air mata diwajah gadis itu.
“Rhivi.?”Teriak dua orang wanita seusianya.
Gadis yang menangis itu adalah Rhivi, seorang gadis remaja yang selalu tersenyum meski hatinya tersakiti. Seorang gadis remaja yang selalu memaafkan semua kesalahan orang lain yang menyakitinya. Seorang gadis remaja pemberani yang penuh ambisi untuk mendapatkan cinta sejatinya. Trent menyingkirkan tangannya
ketika melihat dua sahabat baik Rhivi mendekati mereka. Trent menatap tajam kearah Rhivi dan kedua sahabat itu secara bergantian, kemudian meninggalkan mereka bertiga.
“Ada apa dengannya.?Apa yang dilakukannya disini.?”Clarissa memandangi kepergian Trent dengan tatapan bingung.
“Rhivi apa kau baik-baik saja.?”Mozha membelai bahu sahabat baiknya itu.
“Tsk. Ada apa dengan wajah kalian.?Kalian tenang saja. Aku baik-baik saja, aku tidak apa-apa.”Rhivi tersenyum kecil memandangi wajah kedua sahabatnya.
“Bagaimana mungkin kau bisa mengatakan kalau kau baik-baik saja.”Mozha memegang wajah Rhivi sambil tersenyum kecil.”Kau tidak bisa membohongi kami.”
“Sudahlah, tidak perlu membahasnya sekarang.”Rhivi mengalihkan pembicaraan, saat ini Ia tidak ingin membahas masalah ini lagi.”Aku tahu kalian mengkhawatirkanku, tapi aku tidak apa-apa. Sebaiknya kita kembali kekelas, sebentar lagi waktu istirahat berakhir.”
Rhivi menarik tangan kedua sahabatnya meninggalkan tempat itu, Rhivi sadar meski bibirnya tersenyum namun Ia tidak bisa membohongi kedua sahabanya bahwa hatinya saat ini begitu terluka. Rhivi beruntung ditengah kesedihannya, Ia masih memiliki sahabat yang memahami persaannya, sahabat yang memberikan kehangatan untuknya ,sahabat yang selalu ada disampingnya, sahabat yang tidak pernah meninggalkannya meski dalam keadaan tersulit sekalipun. Berada didekat kedua sahabatnya membuat Rhivi dapat melupakan kesedihannya walau hanya sebentar. Hubungan mereka bertiga bukan hanya sebatas persahabatan, tapi sudah seperti saudara kandung. Mereka selalu melakukan segalanya bersama-sama, bahkan kekamar kecilpun mereka selalu
bersama-sama. Itulah persahabatan yang terjalin diantara mereka bertiga selama ini.
Sementara itu ditempat lain........
Seorang pemuda melamun seorang diri dipojok kelas, pemuda itu memilih menyendiri dibandingkan berkumpul bersama ketiga sahabatnya yang sibuk membicarakan wanita cantik yang ingin mereka kencani. Pemuda itu masih teringat kejadian yang dialaminya sejam yang lalu, saat Ia ditabrak oleh seorang gadis. Pemuda itu tersenyum kecil mengingat wajah gadis itu, wajah gadis itu sama seperti wajah gadis kecil yang dicintainya semasa kecil dulu.
“Hey, Apa malam ini kalian ada acara.?”Marcian menatap kedua sahabatnya satu persatu.
“Kalau aku tidak ada.”Ujar Alvian memainkan ponselnya”Bagaimana denganmu.?”
“Ah Aku juga tidak ada acara malam ini.”Sambung Devant yang sibuk memainkan bola basketnya.
“Bagus kalau begitu. Tidak ada alasan untuk kalian meninggalkan-ku. Malam ini kalian harus ikut denganku menemui teman wanita-ku.”Terang Marcian
“Eh. Apa teman wanita mu itu juga membawa temannya Marcian.?Aku tidak mau menjadi orang ketiga diantara kau dan kekasihmu.”Alvian mendekatkan wajahnya kewajah Marcian.
Marcian yang risih melihat wajah Alvian begitu dekat dengannya ,segera menyingkirkan wajah Alvian.”Ya. Kalian tenang saja, dia juga akan membawa teman-temannya.”
“Bagaimana denganmu, Leon.?Apa kau juga akan pergi bersama kami malam ini.?”Tanya Devant
Leon menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan tajam seperti biasanya ,sebuah tatapan
pembunuh yang bisa membunuh siapa saja yang menatap kedalam matanya.
“Aku tidak akan pergi dengan kalian.”Cetus Leon dengan nada dingin seperti biasanya
Marcian berjalan menghampiri Leon yang menyendiri dipojok kelas sambil menatap keluar jendela.”Ayolah Leon. Kau harus pergi bersama kami. Aku ingin memperkenalkan teman wanita ku ini pada kalian.”
“Tidak. Aku tidak akan pergi dengan kalian.”
“Kau ingin membuat Marcian kecewa Hah.?Marcian hanya ingin memperkenalkan teman wanitanya pada kita. Kau sendiri tahu bahwa Marcian tidak akan memperkenalkan teman wanitanya pada kita, jika dia tidak benar-benar
serius pada wanita itu. Ayolah Leon, pergilah bersama kami malam ini. Sekali ini saja.?”Terang Devant
“Terserah kalian saja.”Leon beranjak dari tempatnya dan berjalan kearah pintu kelas, Leon menghentikan langkahnya dan membalikkan tubuhnya menatap ketiga sahabatnya yang masih berada ditempat mereka
masing-masing.”Beritahu saja dimana aku harus menemui kalian malam ini.”
Mereka bertiga tersenyum kecil mendengar ucapan Leon. Leon meneruskan langkahnya meninggalkan mereka disana. Leon.? Leon adalah seorang pemuda yang hidup dengan kemewahan dari kekayaan orang tuanya. Sejak pertama kali dilahirkan didunia ini, Leon tidak pernah melihat wajah wanita yang melahirkannya. Ibunya meninggal dunia setelah melahirkan Leon didunia ini, membuat Ayah dan Kakak prempuannya menyalahkan dirinya atas kematian sang Ibu. Seiring berjalannya waktu sang Ayah dan Kakak prempuannya bisa menerima kematian Ibunya dan berhenti menyalahkan Leon yang tidak bersalah. Meski sang Ayah dan Kakak telah menerima kehadirannya, namun dihati Leon tidak bisa menghilangkan perasaan bersalah atas kematian Ibunya. Karena itulah Leon tidak pernah bisa tidur saat malam tiba, Ia mengalami insonmia. Setiap kali matanya
terpenjam, Leon akan mengalami mimpi buruk mengenai Ibunya.
Leon berjalan menyusuri koridor sekolah, bibirnya tersenyum kecil mengingat wajah gadis yang Ia temui disekolah milik ayahnya tadi. Gadis itu adalah gadis yang sama yang pernah Leon cintai semasa kecilnya dulu. Karena gadis kecil itulah Leon mampu menghadapi kenyataan pahit atas kematian sang Ibu,karena gadis kecil itulah dia bisa diterima oleh ayah dan kakak prempuannya yang selama ini menyalahkan dirinya atas kematian sang Ibu. Perasaan bersalah karena membuat sang Ibu meninggal demi melahirkannya, Leon menutupi
dirinya dari semua orang.
Leon tidak memiliki teman selain kakak prempuannya dan ketiga sahabatnya. Sang ayah sibuk mengurusi bisnisnya, tidak memiliki waktu untuk menemaninya dan kakaknya dirumah. Leon menghabiskan masa kecilnya dengan bertengkar dengan teman-teman sekolahnya, Leon selalu melindungi orang yang lemah tanpa perduli apakah itu temannya atau orang lain. Setiap melihat ada orang lain yang terluka, Leon selalu membantunya. Orang lain menganggap bahwa Leon adalah seorang anak nakal yang bisanya hanya berkelahi, namun bagi mereka yang mengenalnya dengan baik, Leon adalah seorang pemuda yang baik.
“Akhirnya aku berhasil menemukan peri kecil ku.”Senyum kecil menghiasi wajahnya.”Aku tidak akan melepaskanmu lagi kali ini. Tidak akan pernah. Tidak akan pernah.”
.....*0o0*.....
Clarissa mendengus kesal disamping Mozha, kedua tangannya dimasukkan kedalam saku jaketnya. Udara malam ini begitu dingin dan semakin dingin berada ditempat terbuka seperti ini. Angin berhembus kencang
menebus tulang mereka.
“Dima..Dimana teman lelakimu itu.?Kenapa belum juga datang.?”
Mozha sibuk mengotak-atik handphonenya.”Dia sudah ada disini, sebentar lagi dia dan teman-temannya akan datang menemui kita.”
“Huhh...,Kenapa kau tidak memintanya untuk bertemu dikafe saja,Mozha.?Setidaknya disana lebih hangat dari pada ditempat terbuka seperti ini.”Clarissa merapikan rambutnya yang berantakan diterpa angin malam.
“Aku sudah memintanya bertemu dikafe, tapi dia menolaknya. Dia ingin bertemu ditaman hiburan ini sambil menikmati permainan disini. Sudahlah kau tidak perlu kesal seperti ini .Kita tunggu saja disini, lagi pula Rhivi juga
belum datang.”
“Mozha.?Clarissa.?”Teriak seorang wanita. Rhivi bergegas menemui kedua sahabatnya yang sudah mulai kedinginan diterpa angin malam.“Hos...Hos...Maaf aku terlambat. Aku harus membantu ayah-ku dulu sebelum kemari.”Rhivi mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Raut wajahnya merasa bersalah membiarkan kedua sahabatnya menunggunya terlalu lama.
“Tidak apa-apa. Lagi pula teman lelaki Mozha belum juga datang.”Clarissa memperhatikan Rhivi yang hanya mengunakan pakaian santai tanpa membawa jaket sama sekali.”Dimana jaketmu.?Kau tidak membawa jaket sama sekali. Udara malam ini sangat dingin.”
“Aku tidak sempat membawa jaketku. Tidak perlu khawatir, aku bisa meminjam jaket kalian jika aku kedinginan.”Rhivi tertawa kecil melihat wajah kedua sahabatnya yang mengerutu kesal.
Marcian dan ketiga sahabatnya menghampiri ketiga gadis yang tertawa riang. Marcian langsung memeluk Mozha. Para sahabat mereka hanya mengalihkan pandangan mereka melihat sepasang kekasih itu berpelukan.
“Owh iya, aku hampir saja lupa. Marcian perkenalkan ini kedua sahabat terbaik-ku. Clarissa dan ini Rhivi.”Mozha memperkenalkan kedua sahabatnya satu persatu.
“Hay. Senang berkenalan dengan kalian. Mozha sering membicarakan kalian. Kenalkan mereka ini adalah sahabatku.Ini Devant, Alvian dan Leon.”
Leon menatap tajam kearah ketiga gadis yang ada dihadapannya satu persatu, tatapan tajam Leon membuat ketiga gadis itu ketakutan. Alvian yang melihat ketiga gadis itu ketakutan langsung melayangkan cubitan di lengan Leon membuat Leon mengalihkan tatapan tajamnya kearah Alvian.
“Kau membuat mereka takut.”Bisik Alvian ditelinga Leon
“Baiklah kaerna kita sudah ada disini. Bagaimana kalau kita menikmati semua permainan yang ada disini.”Kata Devant mencairkan suasana diantara mereka
“Ah Aku rasa itu ide yang bagus,Devant. Sayang sekali kalau kita tidak menikmati permainan yang ada disini .Benarkan Rhivi,Clarissa.?”Tutur Mozha mendukung ide devant.
Mereka pergi dari tempat itu dan menikmati semua permainan yang ada disana. Mereka terlihat begitu dekat satu sama lain, meski mereka baru pertama kali bertemu. mereka begitu menikmati kebersamaan mereka. Satu satunya orang yang tidak ikut bermain bersama mereka adalah Leon.
Leon hanya memperhatikan mereka, Leon tidak menyukai keramaian. Terakhir kali Leon menikmati suasana seperti ini saat usianya lima tahun. Saat itu adalah saat-saat terindah untuk Leon karena Ia menghabiskan harinya bersama sang ayah dan kakak prempuannya. Setelah mereka lelah, mereka memutuskan untuk menikmati makan
malam disebuah kafe yang berada ditaman hiburan itu. Clarissa melihat keramaian diluar kafe, Clarissa menarik tangan Devant dan Alvian untuk menemaninya
menyaksikan pertunjukan diluar sana.
“Clarissa kalian mau kemana.?”Teriak Mozha
“Aku akan kembali. Kami hanya ingin melihat pertunjukan diluar sana.”Teriak Clarissa.
Rhivi dan Leon merasa bosan berada disana menyaksikan sepasang kekasih yang asyik bermesraan didepan mereka. Dimana mereka memandang, disana selalu ada sepasang kekasih yang bermesraan membuat
mereka berdua semakin bosan.
Rhivi beranjak dari tempat duduknya.”Aku permisi dulu. Aku ingin menikmati udara malam.”
“Baiklah. Hati-hati, diluar sana berbahaya.”Ujar Marcian
Rhivi bergegas meninggalkan mereka, leon memperhatikan kepergian Rhivi.“Biar aku yang menemaninya. Kalian nikmati saja acara kalian.”Cetuz Leon
-------------------------------------------------
-------------------------------------------------
Ketiga anak manusia ini menyatu dengan keramaian, mereka menikmati setiap pertunjukan sulap yang disajikan di hadapan mereka. Seorang penyulap separuh baya itu mengulurkan tangannya kearah Clarissa meminta Clarissa untuk membantunya. Clarissa tersenyum kecil menyambut uluran lelaki separuh baya itu. Lelaki tua itu mengambil topinya, memasukkan kertas yang telah dirobek-robek kedalam topi sulap miliknya. Kemudian lelaki tua itu mengambil setangkai bunga mawar yang ada didalam topi itu, para penonton bertepuk tangan. Lelaki tua itu memberikan bunga mawar itu pada Clarissa, Clarissa menerima bunga pemberian lelaki tua itu dan mencium lelaki tua itu sebagai ucapan terima kasih. Para penonton bersorak melihat Clarissa mencium lelaki tua itu, clarissa turun dari atas pangggung bergabung kembali bersama Devant dan Alvian.
“Kau membuatku Iri mencium paman itu.”Tutur Alvian.
“Apa kau juga ingin aku menciummu.?”Tanya Clarissa
Alvian terkejut mendengar pertanyaan Clarissa.”Bu...bukan seperti itu maksudku.?”
Clarissa tertawa melihat ekspresi diwajah Alvian. Clarissa memukul pundak Alvian.”Aku hanya bercanda. Kau terlihat lucu sekali.”
“Kau ini.?”
“Huh....Mana mungkin aku menciummu. Apa lagi kita ini baru saja bertemu. Hahaa.”Clarissa melangkah pergi meninggalkan mereka.
“Ayo. Kenapa kau masih berdiri disana.”Kata Devant
“Hey lihat disana.?”Tutur Clarissa.”Ada yang menjual kelinci disana .Aku ingin membelinya.”
Clarissa belari kearah penjual kelinci mungil itu. Devant dan Alvian hanya mengikutinya dibelakang, kedua pemuda itu seperti seorang pengawal saja. Seorang pengawal yang selalu siaga menjaga Tuan putri mereka.
“Apa menurut kalian kelinci ini lucu.”Clarissa meletakkan kelinci cantik itu dihadapan kedua pemuda itu, Devant mundur berapa langkah saat Clarissa menunjukkan kelinci cantik itu padanya.”Kau kenapa.?”
“Jauhi kelinci itu dariku.?”Teriak Devant mencengkram lengan Alvian
“Kau kenapa.?AH,,,Jangan-jangan kau.?”
“Devant takut dengan kelinci. Dia mempunyai masa lalu yang buruk dengan hewan cantik ini.”Tutur Alvian
Clarissa tidak dapat menahan tawanya mendengar penjelasaan Alvian. Seorang pemuda setampan Devant takut dengan seekor kelinci kecil.
“Berhenti tertawa.?Ini sama sekali tidak lucu.”Gerutu devant
“Benarkah.?”Clarissa menunjukkan kelinci itu diwajah Devant, membuat Devant berteriak ketakutan.”Ayolah Devant, kelinci ini tidak akan melukaimu.”
“Jauhi hewan itu dariku, bodoh.?Alvian lakukan sesuatu.”Teriak Devant yang terus menghindar dari kelinci itu
Alvian bukannya membantu sahabatnya yang ketakutan karena kelinci cantik itu, tapi justru menikmatinya bahkan Alvian membantu Clarissa menakuti Devant dengan kelinci itu.
“Berhenti.?Aku bilang berhenti.?”
Devant semakin kesal melihat mereka berdua tertawa melihat ketakutannya. Devant meninggalkan mereka berdua dengan kekesalan. Clarissa dan Alvian meletakkan kelinci itu kembali ketempatnya dan bergegas menyusul Devant.
“Hahaha...Tertawalah.Tertawa sepuas kalian.”Gerutu Devant
Clarissa merangkul lengan Devant dan berusaha menahan tawanya.”Baiklah. Maafkan kami. Kami tidak akan menertawakanmu lagi. Tapi Devant, ekspresimu tadi lucu sekali. Hahaha.”
“Kau.?Aeish.”Devant melepaskan tangan Clarissa dari lengannya dan pergi meninggalkan mereka berdua begitu saja.
“Temanmu aneh sekali.”
“Devant sama sekali tidak aneh. Kau yang membuatnya aneh dengan kelinci itu.”Ujar Alvian
---------------------------------------------
---------------------------------------------
Seorang anak prempuan menatapi anak-anak kecil yang belarian membeli ice cream, anak kecil itu hanya bisa menelan air ludahnya ketika melihat anak-anak itu menikmati es cream mereka. Anak kecil itu mendekati penjual es cream. Penjual es cream itu menatap anak kecil itu, anak kecil itu terlihat begitu kumuh membuat penjual es cream itu enggan melihatnya.
“Ada apa.?Apa kau mau membeli es cream.?”Tanya penjual es cream itu dengan ketus
“Ya,Ta..tapi aku tidak mempunyai uang paman. Bisakah paman memberikan es cream itu padaku tanpa harus membayarnya.”
“Apa.?”
Penjual es cream itu marah dan mendorong anak kecil itu menjauh darinya, Rhivi yang melihat perlakuan penjual es cream itu bergegas menolong anak kecil itu. Anak kecil itu menangis merasakan sakit akibat pukulan dari penjual es cream itu. Penjual es cream itu melayangkan tongkat kayu kearah anak kecil itu, namun sebuah
tangan menahannya.
“Jangan ikut campur nona.”
“Apa yang anda lakukan paman.?Anda ingin memukul anak kecil ini.?”
“Anak kumuh ini menginginkan es creamku tanpa mau membayarnya.”
“Aku yang akan membayarnya. Anda tidak perlu memukulinya karena ini.”Rhivi membantu anak kecil itu berdiri.”Berikan es cream itu pada anak itu. Ini uangnya.”
Leon yang dari tadi memperhatikan Rhivi hanya tersenyum kecil melihat kebaikan hati gadis itu. Leon menghampiri Rhivi yang memandangi kepergian anak kecil itu.
“Seharusnya kau tidak perlu berbaik hati pada anak itu.”
“Kau.?”
“Kau hanya akan membuat anak itu menjadi manja dan hidup dengan balas kasihan dari orang lain.”
Rhivi menatap mata tajam milik Leon.”Orang sepertimulah yang harus dikasihani orang lain. Kau tidak memiliki perasaan sama sekali. Aku tidak akan membiarkan orang lain menderita didepan mataku.”
Rhivi meninggalkan tempat itu. Leon melihat arlojinya, jam menunjukkan pukul dua belas malam dan sebentar lagi akan ada pertunjukan kembang api. Leon menarik tangan Rhivi membuat Rhivi terkejut. Rhivi tidak dapat melepaskan cengkraman Leon, Leon begitu kuat mencengkram lengannya dan menariknya seperti hewan
peliharaannya saja.
“Lepaskan aku.?Kau mau membawaku kemana.?”
“Sudah diam.”
Leon membawa Rhivi keatas bangunan, disana mereka bisa melihat kembang api dengan jelas. Semua orang yang berada disana menikmati pertunjukan kembang api itu termasuk sahabat-sahabat mereka. Rhivi melirik kearah Leon yang berdiri disampingnya, Wajah Leon terlihat begitu tenang tidak seperti tadi. Tatapannya begitu sejuk dan tenang seperti air, Leon yang sadar diperhatikan menatap tajam kearah Rhivi membuat Rhivi ketakutan.
“Kau tertarik padaku.?”
“Apa.?”
“Aku tanya apa kau tertarik padaku.?Apa aku begitu tampan sampai kau tidak bisa berkedip sama sekali menatap ku.?”
“Menyebalkan.”
Leon melangkah pergi meninggakannya, Leon menghentikan langkahnya melihat Rhivi tidak beranjak dari tempatnya.
“Mau sampai kapan kau berdiri disana.?”Cetus Leon
Rhivi mengutuk dirinya sendiri yang terjebak dengan pemuda dingin dan kejam seperti Leon .Lagi-lagi Leon menarik tangannya membawa Rhivi ikut bersamanya menaiki permainan yang sering dia naik saat usianya lima tahun. Melihat Leon tersenyum bahagia membuat Rhivi tersenyum kecil. Leon yang saat ini sedang bersamanya berbeda sekali dengan Leon yang tadi bersamanya, begitu tenang dan penuh kehangatan. Leon memperlakukannya dengan baik, tidak seperti tadi.
“Tsk. Pemuda ini memiliki dua kepribadian yang aneh.?Kadang dia begitu dingin, kejam dan kasar. Kadang juga dia begitu hangat, tenang dan bergitu pengertian.”Kata Rhivi dalam hati, kedua matanya tidak lepas dari Leon.
Leon tersenyum kecil, berjalan membelakang Rhivi memperhatikan setiap gerak-gerik gadis itu dengan teliti. Angin yang berhembus kencang membuat tubuh Rhivi menggigil kedinginan. Tiba-tiba saja seseorang meletakkan sebuah jaket ditubuhnya. Rhivi hanya diam mematung melihat Leon yang terus melangkah didepannya. Rhivi tersenyum kecil memegang jaket pemberian Leon. Awww..kepala rhivi terbentur tubuh Leon yang mendadak berhenti.
“Aduh.”Rhivi memegang keningnya yang terasa sakit, karena menghantam tubuh Leon.”Kenapa berhenti tiba-tiba sich.?”
“Kau harus berjalan disampingku. Mengerti.”Leon meneruskan langkahnya.
“Kau mau kemana.?Itu bukan jalan menuju kafe.”
“Tunggu aku disini dan jangan pergi kemana-mana sebelum aku kembali. Aku ingin membeli minuman.”
Tanpa menunggu jawaban Rhivi, Leon sudah pergi begitu saja. Rhivi mendengus kesal melihat Leon yang kembali dingin seperti semula. Rhivi menunggu Leon kembali ditemani hembusan angin yang kencang, membuatnya semakin menggigil kedinginan. Rhivi memperhatikan orang-orang yang berlalu lelang disana. Kedua
bola mata Rhivi melihat orang-orang belari kearah air mancur. Rhivi yang penasaran hendak melangkahkan kakinya untuk melihat apa yang terjadi disana, namun langkahnya tiba-tiba berhenti ketika teringat akan ucapan Leon padanya.
“Tunggu aku disini. Jangan kemana-mana sebelum aku kembali.”
“AH. Untuk apa aku mematuhi ucapannya .Aku harus pergi melihat apa yang terjadi disana.”
Rhivi belari kearah kerumunan orang-orang itu, Rhivi menerobos masuk kedalam kerumunan orang-orang itu. Betapa terkejutnya Rhivi melihat Leon berkelahi dengan tiga orang pemuda sekaligus. Leon terus memukuli mereka tanpa ampun. Rhivi menarik lengan Leon, menjauhi Leon dari orang itu.
“Cukup leon. Hentikan.Kau bisa membunuhnya.”
Rhivi membantu Pemuda yang dipukuli Leon berdiri, Rhivi mengeluarkan sapu tangannya dan membersihkan darah yang mengalir diwajah pemuda itu. Seorang pemuda yang mengenakan ikat kepala mengambil sebuah balok kayu yang ada didekatnya dan hendak menyerang Rhivi. Leon yang melihatnya langsung menarik tangan Rhivi kedalam pelukannya, sehingga pukulan itu menghantam bahunya.
“Kau.?Berani sekali kau menyentuhnya.”Leon menatap pemuda itu penuh amarah.
Leon memukuli pemuda itu sampai pemuda itu tidak memiliki tenaga untuk membalas serangan Leon. Rhivi mencengkram lengan Leon, membuat Leon berhenti memukuli pemuda itu
“Jadi gadis itu kekasihmu.?”Tutur Pemuda itu
“Ya. Wanita ini kekasihku. Aku tidak akan membiarkan kalian menyakitinya.”Leon menarik tangan Rhivi dengan paksa. Mereka meninggalkan tempat itu. Rhivi kesakitan, Leon begitu kuat mencengkram lengannya. Rhivi melihat sekelilingnya, Leon bukan membawanya kembali kekafe menemui sahabatnya, namun membawanya keparkiran.
“Naik.?”
Rhivi mendengus kesal memperhatikan Leon yang seenaknya saja merintahkannya untuk naik keatas motor. “Aku tidak mau.”
“Naik atau aku akan mengendongmu.?”
Seperti dihipnotis. Rhivi menuruti perintah Leon.“Bagaimana dengan teman-temanku.?”
“Aku akan menghubungi mereka.”
----------------------------------------------
----------------------------------------------
Mozha terus mencoba menghubungi ponsel miliki Rhivi.“Ponsel Rhivi tidak bisa dihubungi. Bagaimana ini.?Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu padanya.?”Mozha nampak cemas memikirkan sahabatnya yang belum juga kembali.
“Tidak perlu cemas. Leon akan menjaganya dengan baik.”Ujar Devant
“Tapi.?”
“Devant benar. Tidak ada yang perlu kalian cemaskan mengenainya. Rhivi akan baik-baik saja bersama Leon. Percayakan saja Rhivi pada Leon. Ayolah. Kalian tidak perlu khawatir seperti itu.”
“Apa kalian masih ingin pergi kesuatu tempat.?”Tanya Alvian
“Tidak. Sebaiknya kami pulang saja, kami butuh istirahat.”Jawab Clarissa
“Baiklah. Biar kami yang mengantar kalian pulang.”
Sepanjang perjalanan pulang, Mozha terus mengontak-atik ponselnya. Mozha terus berusaha menghubungi ponsel milik Rhivi. Marcian yang melihat kegelisahan sang kekasih mengenggam jemari Mozha memberi sedikit ketenangan.
“Kalian begitu mencemaskannya.?”Tutur Devant
“Itu karena Rhivi baru saja mengalami hari terburuk dalam hidupnya selama belasan tahun ini. Rhivi baru saja diputuskan kekasihnya.”Clarissa terlihat kesal mengingat mantan kekasih sahabatnya itu.”Aku bersumpah akan
menghajar bajingan itu jika aku bertemu dengannya lagi.”
Melihat wajah clarissa yang berubah seperti srigala yang mengerikan, membuat Devant dan Alvian yang berada didekatnya ketakutan.
“Aku akan mencakar wajah bajingan itu.”Clarissa mengarahkan kuku panjangnya kearah Devant dan Alvian bergantian.
Alvian menyingkirkan tangan Clarissa dari wajahnya.”Kau membuatku takut.”
.....0o0......
Leon menghentikan sepeda motornya disebuah danau...
“Untuk apa kau membawaku kemari.?”
“Apa kau tidak bisa berhenti bertanya.?”Cetus Leon dengan nada datarnya tanpa ekspresi.
Mereka berdua hanya diam membisu, tidak ada diantara mereka yang mengeluarkan satu katapun untuk mencairkan suasana yang terjadi diantara mereka.
“Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya. Tapi dimana ya.?”
“Kau menabrakku tadi pagi disekolahmu gadis bodoh.”
Rhivi terkejut mendengar ucapan Leon, Ia hanya menelan air ludahnya mengingat kejadian tadi pagi disekolahnya. “It..Itu. Soal yang tadi pagi, aku minta maaf telah menabrakmu.”
“Jadilah Kekasihku.?”
“Apa.?”Kedua bola mata Rhivi seakan-akan mau keluar mendengar permintaan Leon.”Apa aku tidak salah dengar.?Kau memintaku untuk menjadi kekasihmu.?Apa kau sudah gila.?”
“Kau harus menjadi kekasihku.”
“Aku tidak mau. Kau tidak berhak memaksaku.”
“Mau ataupun tidak aku akan memaksamu untuk menerimaku .Orang-orang yang kau lihat tadi ditaman hiburan, mereka itu musuhku.”
Rhivi mendengus kesal menatap Leon.”Kenapa melibatkanku kedalam masalahmu.?”
“Aku tidak bermaksud untuk melibatkanmu. Mereka sudah melihatmu dan mengira kalau kau adalah kekasihku. Mereka pasti akan membalas dendam melaluimu. Saat ini nyawamu dalam bahaya, mereka mengenali wajahmu. Mereka pasti akan mencarimu. Apa kau ingin mati konyol.?”
Rhivi diam mematung mendengar penjelasan Leon, suaranya tertahan ditenggorokannya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Leon. Seorang ketua gengster yang memiliki kekuasaan dikota ini mencemaskan seorang gadis biasa seperti Rhivi. Leon bisa saja pergi meninggalkan gadis itu, tapi kenapa Leon tidak bisa melakukannya.?Leon yang dikenal sebagai leon yang irit akan kata-kata kini berbicara lebih dari dua puluh kata ketika bersama gadis ini.Apa leon menyukainya.?
“Aku tidak akan membiarkanmu menolakku.”
Rhivi tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungi diri, saat ini yang bisa Ia lakukan hanyalah menerima tawaran Leon menjadi kekasihnya. Hanya Leon yang bisa menjaganya dari musuh-musuh Leon. Rhivi berjalan dibelakang Leon, kepalanya tertunduk, takut kalau matanya bertemu dengan mata tajam mliki Leon. SETIAP kali rhivi memperhatikan Leon, mata mereka berdua selalu bertemu.
Bruukkk....
“Aw..!!Apa yang kau lakukan.?”Rhivi mengeram kesakitan
“Menunggumu.”
“Kau tidak perlu menungguku.”
“Cih.Kau tidak dengar apa yang kukatakan padamu ketika ditaman Hah.?Kau harus berjalan disampingku.”Rhivi terkejut mendengar ucapan Leon. Leon terlihat begitu serius dan jauh lebih menyeramkan dari yang tadi.”Apa kau takut padaku.?”
“Ti-Tidak. Aku sama sekali tidak takut padamu.”
“Tsk. Bagus kalau begitu. Aku senang mendengarnya. Kau tidak perlu takut padaku meski aku seorang gengster. Aku ini kekasihmu.”
“Apa-apan dia. Mengatakan sesuatu yang membuatku muak. Tuhan dosa apa aku lakukan padamu sampai aku harus terjebak kedalam masalahnya.?”Batin Rhivi
“Maaf jika aku membuatmu tidak nyaman. Tapi aku harus melakukan ini. Hanya ini satu-satunya cara agar aku tidak kehilanganmu lagi peri kecil. Aku tidak akan melepaskanmu lagi. Tidak akan pernah.”Batin Leon
“Aku mau pulang.?”Leon menghentikan langkahnya,matanya menatap tajam kearah Rhivi. “Aku harus pulang. Ayahku pasti menunggu dirumah.”
“Baiklah. Aku akan mengantarmu pulang.”
.....0o0.....
Leon berjalan melewati ruang tengah menuju kamarnya yang ada dilantai atas. Leon bersiul senang bisa mendapatkan peri kecil yang selama ini dicarinya. Khania yang hendak turun kelantai bawah tidak sengaja berpapasan dengan adik kesayangannya ditangga. Khania heran melihat Leon yang terlihat begitu senang
tidak seperti biasanya.
“Ada apa denganmu.?Kau terlihat senang sekali malam ini. Apa karena kau menang balapan lagi.?”
Leon mencubit pipi kakak prempuannya, sambil tersenyum kecil.”Malam ini adalah malam yang terindah untukku kakak. Aku berhasil mendapatkan peri kecilku.”
“Peri kecil.?”
“Peri kecil yang selama ini aku cari. Aku berhasil mendapatkannya.”
Leon terus berteriak mengatakan itu membuat Khania bingung dan mengira kalau adikknya sudah gila. Leon mencium kakak prempuannya itu dan bergegas menunju kamarnya.
“Ada apa dengannya.?Peri kecil.?Apa dia sudah gila.?”Ujar Khania yang memperhatikan kepergian adik kesayangannya itu.
“Kakak.?”
Khania melihat adik lelakinya berdiri dilantai atas sambil tersenyum kearahnya. Ini adalah pertama kalinya khania melihat sang adaik begitu bahagia setelah dua tahun berlalu.
“Kakak. Aku sangat menyayangimu.”
Khania tersenyum kecil melihat sang adik.”Kakak tahu itu. Sudah malam istirahatlah. Jangan lupa untuk mengobati lukamu. Kau pasti berkelahi lagi.”
“Baik Yang mulia.”
Khania tertawa kecil mendengar jawaban sang adik. Leon masuk kedalam kamarnya, menjatuhkan tubuhnya diatas kasur. Kedua matanya memperhatikan langit-langit kamar, setiap sudut yang dia lihat hanyalah wajah gadis kecil yang tersenyum manis padanya. Leon mengambil bingkai foto seorang
wanita diatas meja yang ada disampingnya.
“Ibu apa kau bisa melihatku.?Aku sudah menemukan peri kecilku,Bu. Peri kecil yang aku sayangi setelah dirimu dan kakak. Aku yakin ibu pasti menyukainya. Dia terlihat mirip sekali denganmu. Begitu ceriah, hangat dan tenang. Apa ibu akan menyukainya.?Dia wanita yang baik,Bu. Apa aku akan bahagia bersamanya.?Ibu apa kau bisa mendengarkanku.?Aku sangat bahagia sekali hari ini,Bu.”Leon memeluk foto wanita itu.
Mata leon enggan terpejam,Leon tidak bisa memejamkan matanya. Setiap kali Ia memejamkan matanya, Ia akan mengalami mimpi buruk mengenai ibunya yang telah lama meninggal dunia. Semua orang mengenal Leon sebagai seorang yang kasar, dingin dan kuat, tapi sebenarnya Leon adalah seorang pemuda yang lemah, rapuh dan haus akan kasih sayang terutama kasih sayang seorang ibu.
Khania yang sejak tadi berdiri didepan pintu kamar adiknya, hanya dapat tersenyum kecil mendengar curahan hati sang adik kepada ibu mereka
.“Berikan peri kecil itu untuknya Bu. Aku mohon. Hanya peri itu yang bisa membuat Leon seperti ini. Selama delapan belas tahun Leon hidup didunianya sendiri, hidup dalam kesedihan. Tapi malam ini. Malam ini untuk pertama kalinya Leon hidup didunia orang lain. Dunia yang nyata. Lihatlah Putra mu,Bu.?Putramu sangat bahagia. Dia tersenyum dan itu semua karena peri kecilnya. Tolong berikan peri kecil itu untuknya,Bu. Aku mohon. Jadikan peri itu miliknya seuntuhnya. Jadikan peri itu pengobat luka dihati putramu.”Batin Khania
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Asniladimu
awal yg bagus dan menarik.......hai kk aku mampir
2020-07-24
0
dimas wahyu
ini baru mantap puas bacanya kalau panjang gini. semangat thor
2020-07-17
1
Sirashui
WOW
2019-12-30
1