Leon mulai kedinginan menunggu Rhivi diluar. Berulang kali Leon melirik arlojinya. Suara mesin motor berhenti didepan rumah Rhivi, Leon keluar dari tempat persembunyiannya. Leon mengumpal tangannya melihat Rhivi turun dari atas motor. Trent langsung pergi meninggalkan Rhivi. Rhivi membuka pagar rumahnya.
“Dari mana saja kau.?Kemana saja kau seharian ini.”
“Leon.?Sejak kapan kau disini.?”
“Aku tanya dari mana kau.?”Bentak Leon
Rhivi terkejut mendengar bentakan dari Leon. Leon mencengkram lengan Rhivi dengan kuat, membuat gadis itu merintih kesakitan. Leon menyeret Rhivi kearah pohon yang berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Leon mendorong Rhivi kepohon itu, tubuh Rhivi menghantam pohon itu. Rhivi merasakan nyeri dipunggungnya, membuat dia sangat kesakitan. Air matanya mulai menetes diwajahnya, Leon merasa sangat bersalah membuat gadis itu menangis. Leon membuang perasaan bersalahnya jauh-jauh, Leon merasakan sesuatu yang sakit didadanya melihat Rhivi bersama pria lain selain dirinya.
“Ada apa denganmu.?Kenapa kau seperti ini.?”
Leon mencengkram lengan Rhivi.”Siapa laki-laki yang bersamamu tadi.?Apa dia kekasihmu.?”
“Dia bukan kekasihku. Dia temanku.?Berhenti berteriak padaku.”
Leon tertawa mendengar jawaban Rhivi.”Kau pikir aku percaya.?Seorang laki-laki menghubungi ponselmu tadi siang. Aku yakin itu laki-laki yang sama dengan laki-laki yang mengantarmu pulang tadi.”
“Cukup Leon.Cukup”Bentak Rhivi.”Aku sudah tidak tahan lagi dengan perlakuanmu. Kau memang kekasihku, tapi itu bukan berarti kau bisa mengatur hidupku sesuai keinginanmu. Aku butuh kebebasan, ini bukan hidupku.”
“Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku.Tiba-tiba saja aku begitu marah melihat kau bersama pria lain selain aku.”Leon memegang dadanya yang terasa sesak.”Disini terasa sakit sekali.Aku tidak tahu kenapa.?”
“Ya Tuhan apa dia cemburu padaku.?Mungkinkah Leon benar-benar menyukaiku.?”Batin Rhivi
Rhivi menahan tangan Leon saat pemuda itu hendak pergi.“Aku tidak bermaksud membuatmu marah. Percayalah padaku, dia hanya temanku. Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya.”
“Benarkah.?”Wajah Leon kembali ceriah mendengar ucapan Rhivi.
“Ya.”
"Maaf aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku.?Aku tidak ingin kau pergi meninggalkan aku seperti ibuku."Leon menatap mata Rhivi, mata yang penuh ketulusan. Leon percaya bahwa yang dikatakan Rhivi itu benar. Leon menarik tangan Rhivi kedalam pelukkannya,dan kemudian. Cup...Leon mencium bibir Rhivi. Rhivi seperti terkena aliran listrik disekujur tubuhnya ketika Leon mencuri ciuman pertamanya. Uahhh..Rhivi berteriak dan kemudian menampar Leon.“Kenapa kau menamparku.?”
“Kau sudah mencuri ciuman pertamaku. Kau keterlaluan.”
Leon tidak perduli dengan teriak gadis itu yang terus memakinya, Leon kembali memeluk Rhivi dan menciumnya.”Aku tidak perduli. Aku senang, akulah yang mencuri ciuman pertamamu. Dengar kau tidak boleh berhubungan dengan lelaki manapun selain diriku.”
“Termasuk ayahku.?”
“Kau ingin aku dibunuh oleh ayahmu ah.?”Leon mendorong kepala Rhivi.”Apa dia benar-benar ayahmu.?”
“Tentu saja.”
Aw..Leon terjatuh ketanah akibat pukulan paman Hengky. Rhivi menahan tawa melihat Leon kesakitan akibat serangan yang dia dapatkan dari paman Hengky.
“Bajingan cilik. Kau tidak lihat ini jam berapa.?Kau ingin menculik putriku lagi dariku.”
“Aeish laki-laki tua ini benar-benar keterlaluan.”Paman Hengky memukul kepala Leon.”AW..paman ingin membunuhku ah.?”
“Aku mendengar ucapanmu gelandangan.”
“Aku bukan gelandangan.”Teriak Leon
Rhivi megandeng tangan ayahnya.”Ayah sudahlah. Ayah jangan menyakiti Leon seperti ini. Kasihan Leon. Sebaiknya kita pulang kerumah.”
“Kau beruntung bocah gelandangan, malam ini kau selamat berkat putriku.”Ujar Paman hengky
Rhivi membawa ayahnya kembali kerumah, ketika hendak menutup pintu pagarnya tiba-tiba Rhivi belari kearah Leon dan mencium pipi Leo n.Rhivi buru-buru kembali kerumahnya sebelum sang ayah murka dan memukuli Leon lagi. Leon tersenyum memegang pipinya, dia tidak percaya mendapatkan ciuman dari Rhivi. Hidung Leon mengeluarkan darah, ini baru pertama kalinya bagi Leon mengalami hal seperti ini dengan seorang gadis. Malam ini, Loen seperti berada disurga bersama bidadari yang sangat disayanginya. Jika ketiga sahabatnya sampai melihatnya seperti ini mereka pasti langsung menertawakan Leon.
“Ibu,aku bisa mati jika terus seperti ini.”
==============
==============
Marcian menghabiskan malam ini sendirian dibasecamp tanpa ketiga sahabatnya, pikirannya dipenuhi satu nama yaitu Mozha. Marcian merasa bersalah bersikap dingin dan menjauhi Mozha selama berapa hari ini. Meski dalam hati kecilnya tersimpan rindu yang mendalam untuk Mozha, namun Marcian tidak bisa menemui Mozha, melepaskan rasa rindunya pada gadis itu. Marcian sangat mencintai gadis yang selama ini menemaninya, menjadikan dia pria seuntuhnya karena bisa memiliki dan mencintai gadis seperti Mozha. Marcian memainkan ponsel yang ada ditangannya ,jari jemarinya ingin sekali menekan nomor Mozha,mendengarkan suara gadis itu walau hanya sebentar saja.
Tiba-tiba seseorang membuka pintu secara paksa. Marcian nampak terkejut melihat orang yang menerobos basecamp tempatnya dan sahabatnya berkumpul. Dihadapannya berdiri sosok seorang gadis yang sangat dikenalnya, seorang gadis yang membuat perasaannya jadi tidak jelas seperti ini, seorang gadis yang berhasil masuk kedalam hatinya. Walaupun didalam hatinya Marcian begitu senang melihat Mozha menemuinya, Namun Marcian tetap bersikap dingin pada Mozha untuk menutupi perasaannya pada mozha.
“Untuk apa kau datang kemari.?”
“Itukah yang ingin kau tanyakan padaku.?Aku tidak bisa membohongi diriku lebih lama lagi, aku mencintaimu dan aku tidak ingin kehilanganmu Marcian. Aku tidak ingin kehilanganmu untuk itu aku kemari menemuimu.?”
Jantung Marcian berdetak kencang mendengar pengakuan Mozha, rasanya ingin sekali Marcian memeluk gadis yang ada dihadapannya itu.
“Pergilah. Tidak ada gunanya kau mengatakan hal ini padaku. Aku tidak akan kembali padamu lagi.”Marian menjauh dari Mozha.”Aku tidak ada waktu untukmu. Bisakah kau pergi dari tempat ini sekarang juga.”Mozha belari kearah Marcian. Dengan linangan air mata Mozha memeluk tubuh Marcian dari belakang .Marcian tersentak kaget mendapatkan pelukan yang tiba-tiba dari Mozha.“A..apa yang kau lakukan.?”Marcian mencoba melepaskan pelukan Mozha, namun Mozha bukannya melepaskan pelukannya malah semakin kuat memeluk tubuhnya.
“Aku tidak perduli seberapa banyak kau menyakitiku, sebarapa banyak kau mengusirku. Aku mencintaimu. Aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja. Kau harus bertanggung jawab sampai akhir atas semua yang kau berikan padaku. Atas semua rasa sakit mencintaimu. Kau harus bertanggung jawab.”Mozha menangis terinsak-insak.
“Bodoh. Untuk apa menangis.?Berhentilah. Aku mohon jangan menangis lagi. Kau membuat perasaanku semakin sakit melihat kau seperti ini. Aku mohon hentikan.”Batin Marcian
Mozha berlutut memegang kaki Marcian.”Jangan seperti ini. Aku tahu kau masih mencintaiku.”
Marcian melepaskan tangan Mozha dari kakinya.”Meski aku masih mencintaimu, aku tetap harus meninggalkanmu Dunia kita berbeda. Kau akan terluka jika bersamaku didunia yang berbeda dengan duniamu. Pulanglah.”
“Marcian.?”
“Kau harus bisa melepaskan aku, seperti aku melepaskanmu. Jangan siksa dirimu seperti ini karena perasaanmu padaku. Kau membuatku tersiksa. Aku tidak mau memiliki perasaan bersalah padamu Aku harap kau mengerti.!”
“Marcian Tunggu.?”
==========
==========
Sudah sebulan aku menjalin hubungan dengan Leon sebagai sepasang kekasih. Awalnya aku merasa tertekan dan hidup didalam penjara menghabiskan hari-hariku bersama Leon, pemuda gila yang memaksaku untuk menjadi kekasihnya. Seiring berjalannya waktu aku akhirnya bisa menerima Leon sebagai kekasihku, Selama sebulan ini kami selalu menghabiskan waktu bersama-sama. Leon benar-benar menjagaku, Ia bahkan tidak pernah membiarkanku pergi tanpa dirinya. Walau terkadang Leon begitu otoriter,pemaksa dan sangat menyebalkan, tapi aku menyukainya. Aku menyukai Leon yang marah saat aku pergi tanpa dirinya, Loen yang cemburu ketika aku menomor duakan dirinya, Leon yang suka mengatur hidupku. Aku menyukainya, sangat menyukainya. Ponselku berdering kencang diatas meja belajarku, aku bergegas berjalan kemeja belajarku dan segera menerima panggilan telfon diponselku.
“Aku sudah dibawah. Dalam waktu satu menit kau sudah harus ada disini.”
“Kenapa kau tidak masuk saja kedalam.?”
“Apa kau ingin aku dihajar oleh ayahmu ah.?Tidak usah cerewat,cepat temui aku.”
Aku mendengus kesal.”Uhh. Seenaknya saja mematikan telfon. Memangnya dia pikir siapa dirinya merintahku seperti pembantunya saja.”
Tanpa membuang waktunya lagi Rhivi bergegas menemui Leon yang sudah menunggunya diluar. Rhivi tidak ingin sesuatu yang buruk menimpanya kalau dia sampai telat sedetik saja. Leon tidak suka membuang waktunya hanya untuk menunggu saja. Leon memberikan helm pada Rhivi tanpa basa-basi sedikitpun. Rhivi menatap Leon dengan kesal, Leon selalu seperti ini begitu dingin dan tanpa basa-basi. Loen melajukan sepeda motornya dengan kecepatan tinggi dijalan raya, membuat Rhivi semakin memperkuat pelukannya dipinggang Leon. Hanya dalam waktu setengah jam saja mereka sudah tiba dirumah sakit berkat keahlian Leon mengemudikan sepeda motornya. Rhivi turun dari motor milik Leon dan langsung merapikan rambutnya yang berantakan tertiup angin.
“Uhh. Kau bisa membunuhku dengan kecepatan seperti itu.”
“Terima kasih atas pujiannya.”
Mereka berdua segera masuk kedalam rumah sakit, mencari ruangan dimana Mozha dirawat. Mozha depresi sejak diputuskan Marcian sebulan yang lalu, hidupnya jadi tidak teratur dan lebih banyak melamun. Sepertinya Mozha begitu kehilangan Marcian sampa-sampai dia tidak memiliki gairah hidup sama sekali. Sepasang kekasih itu masuk kedalam ruangan dimana Mozha dirawat, disana juga sudah ada Clarissa yang menemani Mozha.
“Kalian sudah datang.”Clarissa tersenyum melihat sepasang kekasih itu yang menurutnya adalah pasangan paling aneh.
“Bagaimana keadaannya.?”Tanya Rhivi
“Tidak perlu cemas. Aku baik-baik saja.Terima kasih kalian sudah menjengukku disini.”Tutur Mozha
Rhivi hanya menahan kesal melihat Leon yang sama sekali seperti tidak perduli dengan keadaan Mozha. Leon tidak menanyakan apapun mengenai kedaan Mozha, laki-laki itu malah asyik membaca majalah sport diatas sofa yang empuk.
“Biarkan saja. Kau tidak perlu memaksanya untuk melihat keadaanku.”Mozha menatap Rhivi dan Leon secara bergantian.
“Anak itu selalu saja seperti ini. Apa Marcian sudah datang kemari melihatmu.?”
Wajah Mozha langsung berubah mendengar pertanyaan Rhivi. Mozha berusaha tersenyum menutupi perasaan sedihnya dihadapan mereka.“Aku rasa dia tidak akan datang kemari.”
Diluar ruangan. Alvian dan Devant menarik Marcian seperti seekor hewan peliharaan mereka begitu kasar dan menyedihkan. Mereka memaksa Marcian untuk melihat keadaan Mozha. Mereka tahu bahwa sebenarnya Marcian sangat mengkhawatirkan Mozha, hanya saja Marcian malu untuk mengatakannya langsung pada Mozha. Mereka berdua memaksa Marcian masuk kedalam ruangan dimana Mozha dirawat. Mereka berdua menarik Marcian secara paksa untuk masuk kedalam ruangan. Ketiga gadis yang berada didalam ruangan kaget melihat kelakuan ketiga pemuda itu, kecuali Leon yang sudah tahu bahwa kedua sahabatnya itu akan membawa Marcian menemui Mozha.
“Apa yang kalian lakukan disini.?”Tanya Clarissa penuh keheranan
“Untuk apa lagi kalau bukan untuk melihat kedaan Mozha.”Jawab Devant
Marcian melepaskan cengkraman kedua tangan sahabatnya dari lengannya.”Lepaskan aku. Kalian tidak perlu mencengkramku seperti ini. Aku sudah ada disini.”
“Marcian.?”Mozha menatap marcian.”Aku senang kau datang.”
“Eh. Lebih tepatnya dipaksa oleh mereka berdua.”Cetuz Marcian
Alvian memukul kepala Marcian,membuat Marcian meringis kesakitan.”Apa yang kau katakan bodoh. Kau melukai perasaannya.”
“Alvian tidak apa-apa. Aku baik-baik saja, kau tidak perlu memukulnya seperti itu.”Tutur Mozha
“Dasar bodoh. Mau sampai kapan kau bersandiwara seperti ini Ah.”Leon memalingkan majalah sport itu dari wajahnya, mereka semua menatap Leon. Tidak mengerti dengan apa yang baru saja Leon ucapkan.”Mau sampai kapan kau bersandiwara.?Berpura-pura tidak memperdulikannya.”
“Leon.?”
“Katakan saja apa yang ada dihatimu. Kau tidak perlu menyembunyikan perasaanmu darinya kan.?Kau tidak hanya menyiksa dirimu sendiri, tapi juga menyiksanya wanita yang kau cintai.”
“Sebenarnya ada apa ini.?Kalian membuatku bingung.”Kata Rhivi
“Katakan saja padanya.?”Leon menatap tajam kearah Marcian
“Baiklah. Aku akan mengatakannya.”Ujar Marcian
Leon menarik tangan Rhivi.”Kita tinggalkan mereka.”
“Tapi.?”Leon membawa Rhivi meninggalkan mereka semua. Leon tidak suka ikut campur kedalam masalah orang lain terlalu jauh ,apa lagi masalah mengenai cinta yang dia sendiri tidak tahu apa-apa mengenai cinta.
“Mo-zha. Selama ini kau masih mencintaimu. Aku sudah berusaha melepaskanmu, tapi aku tidak bisa. Perasaanku tidak bisa hilang begitu saja. Aku.?Aku minta maaf telah membuatmu menderita seperti ini. Aku.?”
“Marcian mendekatlah pada ku.”Marcian melangkahkan kakinya kearah Mozha.”Kau tidak perlu mengatakan apapun. Aku sudah tahu semuanya. aku tahu kau masih mencintaiku sama seperti dulu.”
Marcian memeluk Mozha.”Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk melukaimu seperti ini. Hanya saja aku tidak ingin kau dalam bahaya jika terus bersamaku. Aku takut terjadi sesuatu pada mu .Aku tidak ingin membawamu kedalam bahaya seperti Leon membawa Rhivi kedalam bahaya.”
“Aku tahu. Aku tidak marah padamu. Melihat Rhivi yang selalu terjebak kedalam bahaya sedikit membuatku takut, awalnya aku pikir menjauh darimu adalah pilihan terbaik yang aku lakukan tapi.?Tapi aku salah, menjauh darimu justru membuatku menderita.”
“Emmm. Baiklah. Karena tugas kami sudah selesai disini, kami permisi dulu.”Kata Alvian membuat Mozha dan Marcian merasa malu.”Kalian harus hidup dengan baik, jangan bertengkar lagi. Usia kalian bukan anak kecil lagi, kalian berhak memutuskan kebahagian kalian sendiri. jangan perdulikan pendangan orang terhadap kalian, selama kalian bahagia lakukanlah.”
“Terima kasih. Aku berhutang pada kalian. Kalian sudah membawa Marcian kembali padaku.”Tutur Mozha
“Tidak masalah. Kami melakukannya karena kami tidak tahan mendengar Marcian yang selalu membicarakanmu setiap hari.”
“Alvian.?”Marcian melempar jeruk yang ada diatas meja kearah Alvian.
“Aeish kau ini.?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Asniladimu
lanjut dan tetap semangat
2020-07-25
0