🎉🎉🎉🎉
Aksa melangkah cepat menuruni jalan kompleksnya. Tak seperti Arion yg memiliki motor, Aksa selalu naik bus saat pergi kuliah.
Bukannya Aksa tak pernah meminta, tapi dia 'tak mau' meminta apa pun dari Ayah, juga apa pun yg dimiliki Arion.
Ayah memberi motor itu kepada Arion karna dia lulus UAN dengan nilai rata2 delapan, bukan karna Arion memintanya dan Aksa tak bisa berbuat apa pun kecuali diam dan menelan bulat-bulat nilai rata-rata merahnya.
Tau-tau, Aksa melihat ke sebuah taman yang terletak tak jauh dari kompleks rumahnya. Aksa berhenti sebentar, dan menatap taman yg tak pernah berubah dari sejak dia masih kecil.
Taman yang asri dengan lapangan basket di tengahnya dan beberapa kursi taman di pinggirannya. Taman yg menyimpan banyak kenangan. Terlalu banyak kenangan.
Aksa memutuskan untuk memasuki taman itu. Entah kekuatan apa yg menariknya ke sana. Terakhir kali dia ke sana adalah ketika umurnya masih sembilan tahun.
Sejak itu, dia tak pernah ke sana lagi, untuk menunggu janji sepuluh tahun yg pernah dibuatnya dengan gadis kecil berkepang dua. Aksa memaksakan diri untuk berjalan ke sebuah pohon, tempat janji itu dipahat.
Setelah bertahun-tahun berlalu, tulisan itu masih di sana. Tulisan Aksa-Nay-Rion. Aksa menatapnya tanpa ekspresi. Baginya, janji ini hanya kekonyolan.
Hanya kerjaan iseng anak-anak. Gadis itu tak akan pernah muncul lagi. Tak akan pernah lagi setelah ia mengingkari janjinya sendiri.
Naya. Gadis kecil itu pergi ke Amerika sebulan tepat setelah mereka berjanji untuk selalu bersama. Dia pergi begitu saja setelah mereka membuat surat permohonan. Dan sekarang, sudah sepuluh tahun lebih semenjak perjanjian itu dibuat.
Tanggal 14 Februari 2010 bahkan masih terpahat di sana. Tidak mungkin kalau tulisan itu tulisan Reina yg dulu, pikir Aksa. Arion pasti sudah memahatnya kembali selama sepuluh tahun ini. Arion masih saja percaya bahwa gadis itu akan datang.
Dulu, anak bodoh itu bahkan pernah menyebut nama Naya muncul di sebuah forum di dunia maya. Benar-benar penuh imajinasi. Benar-benar sebuah lelucon. Gadis itu tak akan pernah datang. Naya tak mungkin datang lagi.
Aksa yakin, Reina bahkan tidak ingat lagi akan perjanjian ini. Aksa menatap pohon itu benci, lalu memukulnya dengan keras hingga buku2 jarinya terasa sakit. Aksa tak peduli lagi pada masa lalunya.
Tak ada lagi yg bisa diharapkan dari masa lalunya. Bahkan, kenyataan, tak ada lagi yg bisa diharapkannya dari masa kini maupun masa depannya.
Semuanya omong kosong. Aksa meninggalkan taman segera setelah menendang pohon itu.
"Ri, bantuin Ibu dong."
Arion langsung melompat dari sofa begitu melihat Ibu muncul di ambang pintu, tampak
kesusahan membawa barang2 belanjaan.
"Ibu beli apaan aja sih? Heboh amat," komentar Arion sambil membawa belanjaan itu masuk dan menaruhnya ke meja makan.
"Makanan," jawab Ibu singkat sementara Arion mengernyitkan dahi.
"Persediaan buat setahun?" Arion memandang bungkusan-bungkusan besar di depan matanya.
"Apa sih ini?",Ibu tak banyak berkomentar dan hanya mengedikkan bahu.
"Ada, aja," jawabnya misterius sambil menata sayuran di lemari es.
Arion mencoba membuka sebuah bungkusan, tapi tangannya langsung ditepis oleh Ibu. Arion meringis sambil mengelus punggung tangannya.
"Ada apaan sih, Bu? Mau ada pesta?"
"Udah deh, kamu nonton aja sana, nggak usah banyak tanya. Ntar juga tau," kata Ibu, masih dengan nada misterius. Arion menuruti kata2 Ibu walaupun dengan menggerutu.
"Eh, Ri, Aksa ke mana?" tanya Ibu sambil melongok ke ruang TV.
"Kuliah, kali," jawab Arion malas, tangannya sibuk mengganti channel.
"Lho, trus dia sarapan apa? Kan nggak ada apa2 di kulkas," kata Ibu lagi.
Arion mengangkat bahu. "Paling sarapan di kampus," gumamnya.
Ibu mengangguk-anggukkan kepala, lalu mengamati Arion yg bergerak mendekat dan
mengambil sebuah apel dari salah satu bungkusan belanjaan yg sudah terbuka.
"Ri, Ibu khawatir sama Aksa... Beberapa hari ini dia semakin sering berantem sama Ayah," kata Ibu pelan.
Arion menatap ibunya yg sekilas tampak lebih tua dari biasanya, lalu mendesah pelan.
"Ibu tenang aja. Aksa udah gede. Dia bisa nyelesain masalahnya sendiri," kata Arion, lalu bergerak mengambil bola basketnya yg tergeletak di samping sofa.
"Aku main basket dulu ya Bu."
Setelah berpamitan pada ibunya Arion berjalan keluar rumah dan menghirup udara pagi yg segar.
Hari ini cuaca agak mendung. Arion mendesah pelan. Aksa itu, pikir Arion. Selalu saja membuat Ayah dan Ibu kesal. Selalu saja membuat keonaran supaya bisa diperhatikan.
Padahal perbuatannya justru tidak akan mendatangkan simpati dari siapa pun. Arion men-dribble bolanya sampai ke taman. Arion berhenti sebentar, menatap taman yg penuh akan kenangan masa kecilnya.
Setelah menghela napas, dengan mantap dia mulai berlari ke lapangan basket dan memasukkan bolanya ke ring.
Lima belas menit kemudian, dia terduduk di bawah pohon akasia besar yg terletak persis di samping lapangan. Dia mendongakkan kepala, lalu melihat tulisan 'Aksa-Nay-Rion' yg terpahat di pohon itu.
Pikirannya lantas melayang ke masa kecilnya. Naya. Gadis cilik berkepang dua yg selalu hadir dalam mimpi-mimpinya.
Seharusnya Arion melupakannya, tapi setiap kali berpikir seperti itu, dia semakin tidak bisa melakukannya. Seorang Naya malah tumbuh semakin besar dalam fantasi terliarnya dan menjadi sorang gadis yg sangat cantik.
Ingin rasanya Arion menganggap bahwa semua ini konyol dan tidak masuk akal, tapi ia tidak mampu. Tidak pernah mampu. Dia memiliki keyakinan itu. Keyakinan bahwa Naya, gadis kecilnya yg cantik, akan kembali suatu saat nanti.
Arion bangkit, mengambil sebuah batu berujung tajam, lalu menggoreskannya ke tempat yg sama di mana tulisan 'Aksa-Nay-Rion' terpahat.
Dia memahatnya kembali agar tidak hilang. Arion sudah melakukan hal itu selama sepuluh tahun ini. Dia masih berharap bahwa janji sepuluh tahun yg lalu itu masih berlaku, walaupun sudah melewati batas yang ditentukan.
Sejak beberapa bulan yg lalu, Arion sering berpikir untuk membongkar kaleng yg dikubur di dalam tanah, dengan persetujuan Aksa.
Tapi Arion tak pernah melakukannya. Aksa juga. Sepertinya orang itu bahkan sudah lupa akan perjanjian itu. Hal ini membuat Arion sedikit enggan menebalkan tulisan 'Aksa'-nya tapi entah mengapa, tangannya bergerak di luar keinginannya.
Arion merebahkan tubuhnya di rumput yg hijau. Selama sepuluh tahun ini, Aksa tak pernah bicara tentang Naya ataupun pohon, ataupun perjanjian itu.
Bahkan, Aksa tak banyak bicara tentang apa pun kepada Arion. Rasanya Aksa sudah melupakan semua memori masa kecilnya begitu saja. Tidak ada keingintahuan.
Bahkan, tidak ada respon saat Arion menyebut nama Naya di depannya sekitar dua bulan yg lalu, saat sebuah e-mail masuk ke kotak surat Orion. E-mail itu mengejutkan Arion dan membangkitkan semua kenangan yg selama ini terkubur dalam2 di otaknya.
E-mail itu dari Naya. Naya-nya. E-mail itu mengatakan semua yg ingin didengar Arion. Bahwa Naya baik2 saja, bahwa Naya tidak lupa akan perjanjiannya, bahwa Naya akan kembali, walaupun tidak akan tepat pada tanggal 14 Februari karna dia belum mendapat libur sekolah.
Senyum lebar menghias wajah Arion. Gadis itu masih SMA. Arion sering kali melupakannya, menganggap Naya seumuran dengannya. Tapi semua itu tidak penting.
Yang penting Naya akan kembali, walau entah kapan dan nanti malam, Naya akan masuk ke chat room untuk mengobrol dengannya lagi. Rutin selama dua bulan terakhir ini. Kegiatan yg membuatnya melupakan Lala.
Seperti biasa, Aksa memasuki kampus tanpa semangat macam apa pun. Tidak ada niat untuk belajar. Dia hanya datang ke kampus untuk menghindari rumah selama mungkin. Tidak ada alasan lain selain itu.
Aksa berjalan menuju kelas mata kuliah Drama Inggris. Aksa betul2 muak. Segala paket yg dihidangkan dalam mata kuliah, baik dosen, diktat, maupun Shakespeare membuatnya sakit perut seketika.
Selama dua tahun ini, Aksa menyesali seluruh kehidupan perkuliahannya. Aksa membuka pintu kelasnya dengan malas. Begitu menampakkan diri, Pak Wisnu, sang dosen lah yg pertama kali terlihat.
Aksa menatapnya sebal sesaat lalu memutuskan untuk mencari tempat duduk paling belakang, yg paling memungkinkannya untuk tidur dengan nyaman. Tapi sebelum Aksa sempat bergerak, Pak Wisnu menghalanginya.
"Look who's coming?" katanya sinis sambil memindai Aksa dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Worn out t-shirt, refugee-like pants, dog necklace... So a next generation. I'm wondering... What are you doing in my class, Mr Aksara?".
Aksa menatap Pak Wisnu dengan pandangan menantang. Si tua ini merasa dirinya sebagai pemilik kampus ini.
"You have a problem with that?" tanya Aksa dingin. Pak Wisnu langsung membelalakkan matanya.
"YOU!" seru Pak Wisnu berang, tapi detik berikutnya langsung mengendalikan diri karna seluruh kelas memperhatikannya.
"If you don't have any intention to get along in my class, you may leave now. Please," Pak Wisnu menunjuk ke pintu pintu.
Tanpa mengatakan apa pun lagi, Aksa melangkah keluar dengan menendang pintu kelas hingga menjeblak terbuka.
Di koridor, dia masih menendang apa pun yg dilihatnya. Tempat sampah, kursi, bahkan pot bunga. Tanahnya sampai berhamburan. Aksa diteriaki oleh semua orang, tapi Ares tak peduli. Saat ini, dia benar2 di luar kendali.
"Saa!"
Seseorang memanggil Aksa, tapi Aksa sedang tak ingin berbicara dengan siapa pun.
Yang memanggilnya ternyata Lala. Gadis manis itu berlari sekuat tenaga untuk menyamakan langkah Aksa.
"Saa! Lo kenapa sih? Kok semua ditendangin?" serunya setelah bisa sejajar dengan Aksa.
"Apa urusan lo?" bentak Aksa tanpa menoleh.
"Saa, lo tau si Rion ada di man-"
Langkah Aksa segera terhenti. Dia mendelik sengit ke arah Lala yg malah tersenyum. Aksa
menatapnya seakan ingin membunuh seseorang.
"Apa lo serius mau tau jawaban dari gue?" sahut Aksa keras.
"Nggak," jawab Lala tenang, sudah mengetahui watak Aksa dengan jelas.
"Gue cuma mau bikin lo berhenti jalan kayak The Flash aja," sambungnya, lalu tertawa kecil.
Aksa tidak ikut tertawa. Dia masih memandang tajam Lala, membuat Lala segera menghentikan tawanya.
"Gue mau ngomong," kata Lala akhirnya.
"Tapi setelah lo kasih tau kenapa lo jalan kayak orang kesurupan gitu."
"Gue udah bilang bukan urusan lo," tandas Aksa sambil kembali berjalan. Lala segera
mengikutinya.
"Kok bisa begitu? Perasaan gue, dulu apa pun urusan lo urusan gue juga," kata Lala lagi.
Aksa berhenti mendadak sehingga Lala menabrak punggungnya. Aksa menatap Lala lagi, lalu tertawa sinis.
"Lo bercanda, kan?" tanyanya.
"Bercanda gimana?" Lala balas bertanya.
"Gue serius, Saa. Kenapa sih lo?"
"Gue juga serius," Aksa mencondongkan wajahnya ke wajah Lala, tatapannya tajam.
"Lo jangan bercanda lagi. Gue muak dengan tampak sok innocent lo, dengan kata2 lo yg seakan nggak pernah terjadi apa2," sambung Aksa lalu kembali berjalan cepat menuju taman.
Lala terdiam sesaat, lalu mengejar Aksa. Lala meraih tangan Aksa yang kekar dan membalik tubuhnya.
"Apa, Saa? Apa? Apa yg udah terjadi? Kita baik2 aja, kan?" seru Lala, matanya sudah berkaca-kaca. Aksa benar-benar muak dengan gadis ini, walau juga diam-diam menyayanginya.
Tapi, perasaan itu segera sirna setelah dia ingat bahwa gadis ini, gadis yg sangat dekat dengannya setahun lalu, adalah kekasih Arion. Dan Aksa benci hal itu.
"Denger ya, La. Jangan lo pikir kita masih bisa baik-baik aja setelah apa yg lo lakuin terhadap gue! Udahlah, lo minggir, cari sana si atlit tengik itu," Aksa berkata lelah, lalu berbalik.
"Saa! Gue sama Arion udah putus!" sahut Lala, membuat langkah Aksa terhenti.
"Gue sama dia udah putus! Lo denger kan?"
Aksa bergeming. Berita itu mengejutkannya. Selama ini, dia menyangka hubungan Lala dan Arion baik-baik saja.
"Gue baru sadar kalo yg gue peduliin tuh elo. Dan gue nyesel banget kehilangan lo," kata Lala lagi, suaranya sudah bergetar.
Selama beberapa menit, yang terdengar hanyalah isakan Lala.
"Penyesalan selalu datang belakangan," komentar Aksa akhirnya, lalu untuk ke sekian kalinya mencoba untuk pergi.
Tapi untuk kesekian kalinya juga, tangan Lala mencegahnya.
"Saa, tolong dengerin gue!" jerit Lala.
🎉🎉🎉🎉🎉
Ingin tau kelanjutannya?!
Tunggu Update Selanjutnya ya!!!
JANGAN LUPA!!!
LIKE!!!
KOMEN!!!
AND SUBSCRIBE!!!!
See you next time guys 😉
Bye bye 👋😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Raka Wahyudi
aku GK punya temen kakak
2024-10-11
0
Raka Wahyudi
kak Oliva kak mau GK jadi teman aku di aplikasi ini
2024-10-11
1
Fukano Jr
ini mereka ngomong apa ya/Drowsy/,aku gak bisa bahasa enggress/Cry/
2024-10-01
1