...»»————> 𝑀𝑢𝑙𝑎𝑖 <————««...
Aksa mengisap rokoknya dalam-dalam sambil mengangguk-anggukkan kepala menurut irama lagu B.Y.O.B milik System of a Down.
Saat ini dia sedang berada di atap gedung kampus utama, tempat yg sebenarnya terlarang bagi semua mahasiswa, tapi Aksa menganggap dirinya penemu tempat itu.
Dari sini, terlihat taman belakang kampus yg luas dengan sebuah kolam besar beserta beberapa gedung perkuliahan lain. Aksa mengembuskan asap rokok dan berusaha membentuk lingkaran-lingkaran kecil dengannya.
Aksa menatap cincin-cincin asap itu yg langsung hilang dan menyatu dengan angin. Musim kemarau ini,angin bertiup cukup kencang untuk menggoyangkan rambut ikal setengkuk Aksa kesana kemari.
Aksa kembali nenek moyang rokoknya, mematikan CD pemain-nya,lalu mengubah posisi duduknya untuk memandang taman belakang kampus yg luas. Dari sini,Aksa sering mendapati Arion sedang berlatih basket di lapangan yang ada ditengah taman itu. Mendadak Aksa berhenti saat melihat sesuatu yg tidak ingin dilihatnya. Naya, duduk dibangku penonton, menyaksikan Arion yg sedang berlatih dengan wajah ceria.
Kadang-kadang Naya bersorak saat Arion berhasil memasukkan bola. Aksa mengawasi mereka dengan melihat jijik. Aksa tak tahu apa yg menyebabkannya tidak cepat-cepat pergi dan malah mengawasi mereka. Mungkin karna Aksa ingin memandang Naya lebih lama tanpa sadar pada perasaannya.
Semuanya sudah benar-benar berubah. Keadaan sudah tak seperti dulu lagi. Dulu, saat Aksa harus menerima segala ketidakadilan,Naya lah satu-satunya kekuatan yang dia punya. Saat Naya pergi, Aksa kehilangan semuanya. Sekarang, saat Naya kembali, kekuatan itu malah berbalik menyerangnya dengan selalu memilih orang yg dari lahir sudah dibencinya.
Awal dari segala ketidakadilan itu adalah Arion. Aksa tidak bertanya-tanya mengapa Naya memilih Arion. Arion jelas lebih segalanya dari Aksa. Arion hampir tanpa kekurangan jika di bandingkan dengan Aksa. Arion mendekati sempurna. Aksa terlihat sangat buruk bila disandingkan dengan Arion.
Dan gadis seperti Naya tidak mempunyai alasan untuk tidak bersama orang seperti Arion. Aksa tidak berharap apa pun. Aksa tidak biasa berharap. Aksa sudah berhenti berharap. Dia pernah melakukannya beberapa kali saat masih kecil, tapi harapan itu tidak pernah terjadi.
Aksa pernah berharap Ayah dan Ibu datang saat pengambilan rapor, tapi mereka berdua tidak datang karna harus menghadiri pengambilan rapor Arion yg menjadi juara kelas selama hidupnya.
Aksa pernah berharap pergi sekeluarga ke Dufan saat libur kenaikan kelas, tapi Ayah dan Ibu terlalu sibuk mengajak Arion berjalan- jalan, sementara Aksa ditinggal di rumah karna tidak bisa menghabiskan buku bacaan yg disuruh Ayah.
Aksa sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya berharap. Karna itu, dia tidak mau mengharapkan apa pun lagi dari seorang Naya, apalagi berusaha untuk merebutnya dari tangan Arion. Di mata Aksa, Naya juga merupakan seorang pengkhianat. Dan Aksa tidak memercayai siapa pun lagi.
Naya bersorak lagi saat Arion berhasil mencetak angka, membuat Aksa tersadar dari lamunannya. Arion berlari menuju Naya dengan cengiran bangga, berhenti di depannya, lalu Naya mengacak rambutnya seolah Arion seekor anak anjing yg berhasil menangkap frisbee.
'Sa, aku peduli sama kamu!', Kata-kata Naya terngiang di telinga Aksa, membuat Aksa mendengus keras. Peduli apanya? Aksa bangkit dengan gerakan menyentak, lalu segera pergi dari tempat itu.
**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ 𝐿𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡 ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*
"Sa, bagi rokok dong."
Aksa mengeluarkan kotak rokoknya, lalu melemparkannya kepada Dipo, teman satu band-nya yang menangkapnya dengan gesit. Sementara itu, Wanda, anggota band-nya yg lain, mengamatinya dari pojok ruangan. Saat ini, mereka sedang berada di gudang rumah Wanda yang dijadikan markas band mereka.
"Sa, lo kabur lagi?" tanya Wanda.
Ares hanya mengangguk sambil memetik gitarnya tampa melihat ke Wanda.
"Kayaknya masalah lo cukup gawat. Emang apaan sih?" tanya Dipo.
"Nggak usah ikut campur," kata Aksa datar sambil bangkit. "Ayo, kita berangkat ke club. Ntar telat gak dapet bayaran, lagi." Dipo dan Wanda berpandangan sebentar, mengangkat bahu, lalu mengikuti Ares.
Naya memperhatikan keluar jendela. Aksa masih belum pulang meskipun hari sudah larut. Naya melirik foto Aksa dengan gelisah. Pukul sepuluh malam.
"Nay, Tidur! Udah malem," kata Arion-lah yang menentukan,lalu menguap.
"Jangan cemas, paling dia lagi manggung".
Naya memperhatikan Arion ingin tahu,tapi segera mengubah ekspresinya agar Arion tidak curiga padanya.
"Oh,", kata Naya seolah tak peduli.
"Emangnya suka manggung dimana?"
"Di Club,kali. Itu tempat berkumpulnya orang-orang katrok." Arion kembali menguap, tak menyadari Naya mengangguk-angguk.
"Nay, tidur sana. Udah biarin aja! dia preman kampus, jadi gak akan ada orang yang berani sama dia", kata Arion
"Iya Deh,"kata Naya, lalu melangkah riang kedalam kamar Aksa.
Setelah berada didalam kamar, Naya segera mengunci pintunya, lalu melangkah cepat menuju kopernya dan mengeluarkan baju-baju andalannya. Setelah menemukan sebuah setelan cantik, Naya mengenakannya dan berdandan tipis-tipis. Naya kemudian membuka jendela kamar Aksa dan tersenyum simpul.
Memang jendela khas anak nakal yg selalu sering kabur. Jendela kamar Aksa terbuka lebar tanpa memiliki teralis. Naya dengan mudah melompat keluar,lalu dengan langkah berjingkrak,dia bergerak menuju pagar dan melompati nya.
Naya menelepon penerangan,meminta nomor telepon taksi. Setelah berhasil memesan taksi, dia menunggu di kegelapan. Angin malam yg berembus membuat Naya me rasa bulu kukunya berdiri. Dia tak pernah melakukan hal yg menegangkan seperti ini, tapi dia melakukannya demi Aksa. Tak lama taksinya datang, dan Naya bergegas masuk.
"Itu Club ya pak,"kata Naya dan taksi bergerak maju mengikuti arahan Naya.
"Terimakasih,Pak,"kata ratu setelah memberi uang kepada sopir taksi.
Naya memutar kebelakang dan mendapati sebuah kelabu malam yg ramai pengunjung dengan papan nama besar 'Club'. Walaupun demikian, Club ini tidak seperti club-club mewah seperti yang sering ratu liat di serial televisi Amerika.
Tapi lebih seperti kelabu untuk kalangan menengah kebawah mencari hiburan. Naya sempat seimbang apa Club ini yang maksudnya oleh Arion. Naya melangkah kaki ke pintu ke Club yang dijaga seorang laki-laki berbadan besar. Sebuah tangan tau-tau menjawil lengan Naya.
"Ya Tuhan!"seru Naya kaget.
Naya menoleh kearah segerombolan preman yg kira-kira seusianya. Anak-anak itu memperhatikan kembali Ratu dengan tatapan nafsu. Naya bergidik sebentar,lalu berlari menuju penjaga pintu.
"PENGENAL,"kata penjaga itu dengan suara berat. Naya menyerahkan pengenalan yg berbeda rupanya kartu pengenal penduduk Amerika Serikat.
Penjaga itu mengerutkan kening sebentar, lalu memindai Naya. Detik selanjutnya, dia menganggukkan kepala yang artinya membolehkan Naya masuk.
Naya memasuki tempat itu dengan riang, kepala dipenuhi pikiran-pikiran senang karna akhirnya akan bertemu dengan Aksa. Dia kemudian mengambil tempat didepan meja batang. Club ini penuh sekali.
"Ya,selanjutnya,kita akan melihat penampilan band bersama!!"seru bernyanyi mc, membuat Naya memutar ke arah panggung.
Aksa tampak bergerak ke atas ke panggung tanpa ekspresi sementara semua orang bersorak riuh. Naya tiba-tiba paham. Club ini ternyata tempat berkumpul untuk pecinta batu bintang.
Hampir semua orang yg ada disini berdandan ala anak punk dan batu bintang, sementara Naya mengenakan sebuah baju merah jambu berenda dan rok mini yg juga berenda.
Dari tadi ada saja yg terus memperhatikan -nya. Walaupun demikian, Naya ikut bersorak saat Aksa bergerak menuju mikrofon. Aksa menarik napasnya sebentar,lalu mengembuskannya sambil menyapu melihat kearah kerumunan di depan panggung.
Detik berikutnya, dia tersentak. Naya, ada di depan meja bar, tepat di depannya. Aksa memejamkan matanya-berharap ini sekadar ilusi, tapi gadis itu masih ada di sana saat dia kembali membuka mata, sangat kentara dengan baju warna pink-nya. Naya melambai ke arah Aksa.
Selama beberapa detik, Aksa serasa mati rasa, sampai Dipo menyenggolnya.
"Sa, ngapain lo?" bisiknya.
Aksa tersadar, lalu sekali lagi menarik napas panjang. Aksa akan bersikap seolah tidak ada siapa pun di depannya. Tidak ada Naya. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Tapi... sedang apa dia di sini?
"Sa!" bisik Dipo lagi, dan Aksa tau dia harus memulai pertunjukannya.
"Oke," kata Aksa dengan suara berat khas perokok-nya.
"Selamat malam. Malam ini, The Bad Boys bakal ngebawain lagu baru, dan lagu ini agak slow. Buat yg mau head banging, sori mengecewakan." Perkataan Aksa disambut keluhan bercanda dari berbagai pihak.
"Judulnya, I Don't Want Her."
Penonton bersorak riuh dan mulai menyalakan korek masing-masing saat lampu diredupkan.
Naya sampai menganga. Dia tidak menyangka band Ares bisa sehebat ini, membuat orang-orang mau saja mengikuti musiknya.
Ternyata The Bad Boys sudah memiliki fans tetap. Naya ingin ikut memberikan cahaya, tapi dia tidak mempunyai korek api.
◦•●◉✿ 𝐿𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡 𝐵𝑒𝑠𝑜𝑘-𝐵𝑒𝑠𝑜𝑘 𝑌𝑎✿◉●•◦
𝗢𝗸𝗲 𝘀𝗲𝗴𝗶𝗻𝗶 𝗱𝘂𝗹𝘂 𝘆𝗮 𝗥𝗲𝗮𝗱𝗲𝗿'𝘀!
𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗟𝘂𝗽𝗮!!
𝗟𝗶𝗸𝗲!!
𝗞𝗼𝗺𝗲𝗻!!
𝗔𝗻𝗱 𝗦𝘂𝗯𝘀𝗰𝗿𝗶𝗯𝗲!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments