🌸🌸🌸🌸
Aksa menatap Lala lagi. Gadis yg pernah dekat dengannya, bahkan satu-satunya yg pernah berbicara dengannya. Gadis yg dulu pernah mendapat tempat di hatinya.
Tapi semua lenyap dan terbakar menjadi kemarahan saat Lala dengan cerianya mengatakan bahwa dirinya dan Arion sudah bersama. Ternyata, selama setahun Lala mendekati Aksa, hanyalah untuk
mendapatkan seorang Arion.
Oh, bukan 'hanya' seorang Arion, tapi seorang cowok yg hebat di segala bidang, baik akademis maupun ekstrakurikuler, sekaligus cowok paling populer di kampus.
"La, denger. Denger baik2 karna gue cuma mau ngomong sekali. Gue nggak mau dengerin apa pun lagi. Lo pikir, setelah lo putus sama Arion dan lo bilang nyesel dan segala macem, lo bisa deket lagi sama gue? Jangan mimpi lo," kata Aksa dingin sambil berusaha melepaskan tangan Lala.
Tapi gadis itu memegangnya dengan sekuat tenaga. "Saa, tolong kasih gue kesempatan...," kata Lala lirih.
"Gue mohon..."
Aksa menatap Lala jijik. Dia tak menyangka Orion sudah memutuskan hubungannya dengan gadis ini.
Dulu, Aksa mengira Arion tak akan menyia-nyiakan Lala. Tapi tidak. Ares tidak akan peduli apa pun lagi. Kebenciannya kepada Lala sudah terbentuk sejak Lala mengatakan bahwa diam mencintai Arion.
Dan karna statusnya sebagai pasangan dari Arion, Lala yg tadinya bukan siapa-siapa mendadak menjadi cewek terpopuler saat itu. Lala jelas menikmatinya sehingga melupakan keberadaan Aksa.
Tetapi dari semua itu, yg paling membuat Aksa muak adalah, Lala mengetahui ada persaingan di antara Aksa dan Arion.
Maka dari itu, dia mendekati Aksa dengan tujuan membuat Arion cemburu. Aksa tahu betul hal itu. Hal bahwa selama ini Lala sudah memperalatnya.
"La. Lo tau gue bukan tipe orang yg ngasih kesempatan kedua. Jadi lo harusnya tau nggak ada gunanya lo ngelakuin yg kayak begini," kata Aksa.
Disentaknya tangan Lala sehingga terlepas dari tangannya.
"Saa, gue nyesel! Gue nyesel, oke? Gue nyesel!" sahut Lala putus asa.
Gadis itu mulai menangis lagi. Aksa mencoba untuk tidak menatapnya.
"Bagus kalo lo nyesel. Tapi itu nggak ada artinya buat gue."
"Saa! Gue kangen elo. Gue kangen saat2 dulu kita main bareng!" sahut Lala lagi dan Aksa
hanya meliriknya tajam.
"La, lo kenapa sih? Pengen balik lagi sama Arion tapi nggak tau caranya? Mau gunain cara licik kayak dulu? Udah nggak populer lagi lo rupanya?" bentak Aksa, membuat Lala menangis lebih keras.
Aksa membuang mukanya. Kalau saja Lala menangis bukan karna hal sepenting ini, Aksa pasti sudah memeluknya untuk menenangkannya. Tapi Aksa pantang menyentuh apa pun yg sudah disentuh Arion.
Lala tiba2 melompat ke arah Aksa dan memeluknya erat. Sejenak, Aksa terdiam karna terkejut. Tapi detik berikutnya, dia sadar dan melepas pelukan Lala. Lala masih terisak.
"Saa, apa bener nggak ada jalan buat kita balik kayak dulu?" tanya Lala di tengah isakannya.
Aksa menghela napas. "Benar," katanya mantap.
"Jadi, jangan sangkut pautin gue ke dalam urusan lo sama Arion lagi."
Aksa meninggalkan Lala yg menatapnya sedih. Aksa tak mau tahu lagi soal Lala dan Arion. Cukup sudah semua pengkhianatan yg dialaminya.
"Aksa, lo dapet pesen. Ada yg manggil lo di belakang kampus." Seorang cewek tiba-tiba mendekati Aksa saat dia baru beranjak pulang.
Aksa menghabiskan sepanjang hari dengan berbaring di kursi taman kampusnya sambil menghabiskan dua bungkus rokok.
Aksa menatapnya heran. "Siapa?"
"Gue nggak tau. Gue nggak kenal. Tapi cowok-cowok," kata cewek itu, lalu pergi begitu saja, seolah tak mau berurusan lebih lanjut dengan Aksa.
Aksa menatap kepergian cewek itu, lalu menutup loker dan berjalan menuju belakang
kampusnya.
Dalam hati, dia merasakan adanya ketidakberesan. Benar saja, segerombolan anak lelaki yg tampak marah sedang menunggunya di sana.
"Mau apa cari gue?" tanya Aksa begitu dirinya sudah berjarak tiga meter dari gerombolan itu.
Salah satu dari mereka maju, tampaknya yg paling kuat. Wajahnya legam dan memiliki banyak bekas luka.
"Lo Aksa?" tanyanya dengan suara yg berat, khas perokok. Sama seperti yg dimiliki Aksa.
"Bisa dibilang begitu," jawab Aksa dengan nada menantang.
"Dan lo? Bang napi?" Laki-laki itu mendengus.
"Gede juga nyali lo."
"Mau apa kalian? Suruhan siapa?" tanya Aksa ringan.
Dirinya sudah terbiasa akan hal2 seperti ini. Orang yg membencinya tidak bisa dibilang sedikit. Malah orang yg menyukainya yg luar biasa sulit dicari.
"Nggak penting suruhan siapa. Yg jelas, lo pastinya udah tau kita mau ngapain," jawab seorang laki-laki lainnya.
Aksa menarik napas, lalu mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Diisapnya dalam-dalam lalu dihembuskannya tepat ke wajah si hitam.
"Gue tau," katanya singkat.
Laki-laki itu segera melayangkan tinjunya pada Aksa, yg dapat dihindari dengan mudah.
Secepat mungkin Aksa meraih tangannya, memelintirnya, lalu mematikan rokoknya pada tengkuk laki-laki itu, yg langsung berteriak kesakitan. Teman-temannya memandang Aksa geram.
"BAJINGAN!!" seru gerombolan itu, lalu menyerbu Aksa dengan membabi buta.
"Mau ada pertandingan lagi, Yah." Suara Arion terdengar ketika Aksa memasuki rumah.
Aksa menarik napas sebentar, menghembuskannya, lalu meneruskan langkahnya melewati ruang tamu.
Ayah, Ibu, dan Arion sedang duduk di sana. Benar-benar sial. Pertemuan keluarga tepat di saat keadaannya berantakan. Aksa memutuskan untuk bergerak cepat ke kamar, bermaksud menghindari pertemuan itu.
Tapi rupanya tak cukup cepat, karna semua keluarganya menyadari keadaan Aksa dan tubuhnya yg kotor dan wajahnya yg lebam.
"Aksa! Kamu berantem lagi ya?!" teriak Ayah.
Aksa tidak berhenti untuk menerima lebih banyak pukulan lagi. Dia segera masuk ke kamarnya dan membanting pintu tepat di depan hidung ayahnya.
"AKSA! AKSA! BUKA PINTUNYA! DASAR ANAK KUR-"
Suara Ayah teredam oldi suara Kurt Cobain dengan 'Smells Like Teen Spirit'-nya.
Aksa membanting tubuhnya ke atas ranjang, lalu terduduk karna rasa sakit luar biasa yang menyerang perutnya.
Gerombolan sialan tadi berhasil memukulnya sekali pada perut dengan sebuah balok kayu besar. Rupanya tadi Aksa bergerak kurang lincah. Biasanya dia tak pernah terluka separah ini.
Ares sudah melumat semua anak yg tadi menyerangnya. Semua dibiarkan terkapar tak berdaya dengan berbagai macam keluhan. Mungkin yg terbanyak adalah patah hidung dan gigi. Tapi Aksa cukup yakin tadi dia berhasil mematahkan tangan satu-dua orang.
Gerombolan tadi suruhan Raul, saingan utama Arion dalam kompetisi basket antar kampus. Dia adalah mantan pacar Lala sebelum Arion, dan ternyata kabar bahwa Lala memeluk Aksa langsung sampai ke telinganya. Aksa mendengus sebal.
Rupanya banyak sekali mata-mata Raul di kampus. Baru beberapa jam kejadian itu berlalu, si pengecut itu sudah mengirim pasukan tak berguna untuk menghabisi Aksa.
Aksa memaksakan dirinya untuk mendekati kaca, lalu memerhatikan wajahnya yg lebam di bagian tulang pipi kirinya.
Aksa bersumpah dalam hati, akan terus mengingat bajingan yg berhasil menempatkan kepalannya di sana, lalu balas dendam dua kali lebih parah.
Tiba-tiba Aksa bergeming. Bukan karna dia menemukan luka baru di wajahnya, tapi karna dia menemukan wajah Arion di sana. Wajah yg persis dengan yg dimilikinya. Wajah yg tidak diinginkannya.
Aksa pun sadar kalau dia sudah terlalu lama tidak bercermin. Dia terlalu takut untuk melihat wajah yg selalu membuatnya marah itu.
Karna itulah, cermin pernah menjadi hal terkutuk baginya. Aksa melangkah menjauhi cermin, lalu kembali terduduk di pinggiran ranjang.
Mungkin lebih baik dia merubah wajahnya agar tidak terlihat mirip lagi dengan sang atlet. Terlalu banyak yg terjadi dalam satu hari ini. Dan semuanya membuatnya luar biasa lelah, sampai dia merasa ingin mati.
Arion buru-buru melangkah ke kamarnya begitu waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Malam ini, Naya akan muncul di chat room, seperti janjinya.
Arion segera duduk, menyalakan notebook-nya yg segera terkoneksi dengan internet. Setelah beberapa lama mencari, nama Naya belum muncul.
Arion sudah mencoba berbagai nama yg mungkin digunakan Naya, tapi tak satu pun benar. Naya belum muncul. Selama satu jam dihabiskan Arion untuk menunggu kehadiran Naya.
Tapi, gadis itu tak muncul juga. Arion mulai menggigiti kuku jarinya. Apa mungkin Naya lupa? Arion memutuskan untuk menunggu lebih lama.
Sementara itu, dia mencoba membunuh waktu dengan membuka situs-situs tentang NBA. Walaupun demikian, Arion hanya bisa memandang sosok Jason Kidd dengan tatapan kosong. Nama Naya belum muncul juga.
Satu jam berikutnya, Arion memandang layar notebook-nya hampa. Mungkin Naya memang lupa. Orion mengklik tampilan compose new message, lalu mulai membuat pesan.
To: reinaya_thequeen@yahoo.com
Subject: Hi! Naya, lupa ya, janji kita ketemuan di chat world? Nggak apa2 deh, tapi besok ketemu ya? Banyak yg mau diobrolin nih!
Miss U always. Arion.
Arion menekan tampilan send, lalu mengempaskan tubuhnya ke sandaran kursi. Naya. Gadis itu sudah membuatnya gila.
Setelah menutup notebook-nya dengan berat hati, Arion bergerak menuju ranjang dan
membanting tubuhnya. Dia mencoba untuk menutup mata dan sosok Reina langsung
terbayang di pelupuk matanya.
Naya tidak pernah mau mengirimkan fotonya. Dia juga tidak menampilkan foto pada profil media sosialnya.
Gadis itu tidak tahu betapa Arion benar-benar merindukannya. Tidak lama kemudian, Arion tertidur pulas, masih memimpikan Reina yg tumbuh dewasa.
😉😉😉😉
Perlahan, Aksa membuka pintu kamarnya. Benar saja. Pagi ini semuanya berkumpul di ruang tamu, karna ini hari Minggu.
Harusnya Aksa tadi tetap berada di dalam kamar saja. Aksa tidak dapat mundur lagi, karna Ayah sudah keburu melihatnya dan memberinya tatapan tajam.
Jadi, dia melangkah ke luar kamar, lalu duduk di meja makan. Dia mencomot sosis
goreng dan makan dalam diam. Ayah mendengus sambil membuka koran dengan kasar setelah melihat wajah Aksa yg lebam.
"Kamu ini mau sampe kapan ngelakuin hal2 yg nggak berguna?" serunya tanpa melepaskan matanya dari koran.
Aksa terdiam sesaat. Ayah sudah mulai lagi membicarakan hal ini. Aksa hanya menggerakkan bahu, malas menjawab.
Begitu tahu Aksa tak menjawab, Ayah mendelik sewot kepadanya. Arion dan Ibu memilih diam. Sebentar lagi pasti terjadi pertengkaran, seperti yg biasa terjadi di hari Minggu pagi.
"Kamu ini kerjaannya mencoreng nama baik Ayah," kata Ayah lagi. Urat2 di dahinya sudah mulai tampak.
"Aku nggak pernah nyebut-nyebut nama Ayah waktu berantem," jawab Aksa tak peduli.
Ayah menghempaskan koran yg sedang dibacanya ke meja makan, lalu menatap Aksa galak.
"Kecuali kamu bukan anak Ayah, sana berantem sepuasnya!" serunya dengan suara
menggelegar.
Aksa balas menatapnya geram. Sosis yg dipegangnya sudah terasa lembek.
"Mungkin cuma kematian yg bisa buat kamu berhenti berkelahi," sambung Ayah, lalu mendesah panjang.
Aksa mendengus. "Mungkin aja," katanya, lalu kembali melahap sosisnya. Ibu menatap Aksa khawatir, lalu mengulurkan tangan untuk membelai pipinya yg biru dan bengkak. Aksa segera menepis tangan ibunya.
"Apa nggak sebaiknya kamu ke dokter aja, Sa?" tanya Ibu pelan.
"Nggak usah," tandas Ayah sebelum Aksa sempat mengeluarkan suara.
"Biar kapok.", lanjut Ayah.
Aksa memilih tak menanggapi perkataan Ayah. Aksa tak akan kapok hanya dengan pukulan ringan di pipi. Selama beberapa menit, keheningan merayapi keluarga itu.
"Yah. Pinjem korannya," Arion mencoba mencairkan suasana. Ayah menyodorkan koran ke tangan Arion, sambil melirik Aksa yg tampak tidak berminat.
"Coba sekali-kali kamu baca koran. Kerjaannya denger musik aneh terus. Gimana bisa nambah pengetahuan, kamu?" sindir Ayah sinis.
Baca koran. Kerja yg bagus, Arion, pikir Aksa. Membaca koran adalah hal yg paling dibenci Aksa selain apa pun yg berhubungan dengan Ayah dan Arion. Bukannya Aksa tidak mau membaca, tapi Aksa divonis menderita disleksia lima tahun yg lalu.
Tidak ada yg mengetahui hal tersebut di keluarganya, karna Aksa selalu menutupinya. Seumur hidupnya, Aksa menderita dan dia tidak tahu apa yg terjadi padanya.
Baru setelah remaja, Aksa memutuskan untuk memeriksakan diri tanpa ada yg menemani, dan dari dokter dia tahu bahwa dia ternyata penderita disleksia, penyakit gangguan saraf pada otak yg menyerang anak yg lahir
prematur atau otaknya kekurangan oksigen saat baru lahir.
Kemungkinan besar, penyebab kedua lah yg terjadi kepada Aksa, karna dia dan Arion lahir pada waktunya. Penyakit ini menyebabkan Aksa tidak dapat membaca, menulis, atau mengeja dengan benar.
Walaupun disleksia yg terjadi pada Aksa tidak begitu parah, dia tumbuh menjadi anak yg emosinya labil karna terbiasa dikatakan bodoh oleh semua orang.
🌸🌸🌸🌸
Kira-kira siapakah gadis yang menarik itu? Apakah ia ada hubungannya dengan Aksa dan Arion?! Saksikan di episode berikutnya!!
Sorry ya dikit, soalnya aku capek banget hari ini. Rasanya ingin tidur aja...
Kata-kata pagi ini
Kita pernah saling tatap sebelum saling ratap; pernah sama-sama berharap sebelum rasa itu lenyap; pernah sejenak menerap meski tak berujung satu atap
~🌸Shea🌸~
Oke itu dulu, Jangan Lupa!!
Like!!!
Komen!!!
And Subscribe!!!
See You, bye 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
🎀⃝ Xia'er [𝐆𝐧𝐭𝐢 𝐀𝐤𝐮𝐧]
tiba2nya ga usah pake angka gasi, langsung "tiba-tiba" aja
2024-10-01
1
🎀⃝ Xia'er [𝐆𝐧𝐭𝐢 𝐀𝐤𝐮𝐧]
oke/CoolGuy/
2024-10-01
1
🎀⃝ Xia'er [𝐆𝐧𝐭𝐢 𝐀𝐤𝐮𝐧]
ini apa pula🗿
2024-10-01
1