Sweet Summer: Cinta Tak Pernah Bohong
👊👊👊👊👊
"SAA! Bisa lo berhenti nyetel musik nggak keruan kayak gini?" sahut Arion dari luar kamar Aksa.
Aksa tidak menggerakkan satu pun anggota tubuhnya untuk menuruti permintaan Arion. 'Enter Sandman' masih berkumandang di kamarnya dengan volume maksimal.
Arion menggedor-gedor pintu kamar Aksa dengan sekuat tenaga. "Sa! Gue lagi belajar nih!",serunya lagi.
Aksa memutar bola matanya, tapi tetap tak melakukan apa pun. Aksa memejamkan matanya lagi sambil menggerak-gerakkan tangannya sesuai irama drum.
"AKSA!" teriak Arion bersamaan dengan terbukanya pintu dengan paksa.
Aksa melirik kesal ke arah Arion. Arion menghela napas sebentar, lalu berjalan kaku ke arah tape dan menekan tombol stop. Seketika ruangan menjadi sepi.
Aksa bangkit dan terduduk di tempat tidurnya. "Lo tau, yg kata lo musik nggak keruan itu Metallica. Dan gue masih nggak ngerti, kalo ada cowok yg nggak bisa ngerti musiknya Metallica," kata Aksa sengit.
"Oh, gue jelas-jelas bisa ngerti musiknya Kord kalo dipasangnya sesuai batas ambang pendengaran manusia," balas Arion dengan tangan terlipat di dadanya.
"Alah, nggak usah bokis deh lo. Kayak lo bisa aja ngebedain Korn sama P.O.D.", kata Aksa kesal.
Aksa bangkit dari tempat tidurnya dan mulai mencari handuk. Arion memerhatikan saudara kembarnya sesaat.
"Gue bisa liat dengan jelas masa depan lo," katanya setelah melihat Aksa yg tak kunjung menemukan handuknya.
"Maksud gue, liat aja tempat ini. Tempat ini bahkan nggak pantes dibilang kamar. Kandang sapi masih lebih pantes dapet penghargaan dekorasi.", kata Arion hina.
Arion menendang handuk yg sedari tadi berada tepat di depan kakinya. Handuk itu mendarat mulus di kepala Aksa.
"Gue juga bisa liat masa depan lo," kata Aksa dingin sambil beranjak keluar kamarnya.
"Atlet hebat, penerima beasiswa, cowok populer di kampus... Ups, itu bukan masa depan ya? Cuma sayangnya, lo pernah salah ngebedain Marilyn Manson sama Marilyn Monroe...", kata Aksa sinis.
Arion menatap masam kakak kembarnya yg keluar tanpa memandangnya, lalu kembali menatap kamar yang dipenuhi segala macam barang milik Aksa.
Dindingnya sudah tak terlihat lagi warna aslinya, karna sudah penuh ditempeli poster-poster bintang-bintang rock dan alternative mulai dari Kurt Cobain, Queen, sampai Metallica.
Lantainya pun bernasib serupa. Baju-baju kotor atau bersih, Arion tak bisa membedakannya bercampur baur di sana dengan segala macam CD bertebaran diatasnya.
Arion menghela napas sebentar, lalu memutuskan untuk pergi dari kamar itu, karna
aura yang dikeluarkan poster-poster itu membuat Arion tidak nyaman. Tapi beberapa langkah sebelum mencapai pintu, kakinya menyandung sebuah travo.
"Sialan!" umpat Arion sambil memegangi jempolnya yg nyut-nyutan, lalu menatap ingin tahu ke arah benda yg tadi menghalanginya.
"Travo!" keluhnya kesal.
"Travo di tengah jalan!" sahutnya lagi sambil menendangnya dengan sekuat tenaga.
Tentu saja, travo itu tak bergerak dari tempatnya semula dan sekarang jempolnya terasa luar biasa sakit.
"Awas kalian semua!" kutuk Arion kepada kamar Aksa dan semua barang yg ada di dalamnya, lalu dengan langkah berjingkat dia keluar dari sana.
👊👊👊👊
"Sa, nggak kuliah?" tanya Ibu begitu Aksa keluar dari kamar mandi.
"Nggak," jawab Aksa singkat, lalu duduk di sofa. Tangannya sibuk memindah-mindahkan channel dengan remote.
"Oh, tapi kok barusan Arion berangkat kuliah ya?" tanya Ibu heran.
"Bu," tukas Aksa kesal.
"Aku sama Arion kan beda jurusan. Nggak mungkin lah jadwal kuliahnya bareng.", lanjut Aksa.
"Oh, iya ya. Ibu pikir kamu sama Arion sejurusan," kata Ibu lagi sambil mengaduk adonan kue.
"Makanya kasih perhatian dikit," gumam Aksa.
"Udah mau dua tahun kuliah, juga."
"Apa, Sa?" Ibu tak mendengar perkataan Aksa karna suara putaran mixer.
"Bukan apa-apa. Nggak penting." Aksa mematikan TV, lalu bergerak ke arah kamarnya.
"Sa, kamarnya diberesin dong," kata Ibu sebelum Aksa sempat menutup pintu.
"Kamu nih males banget. Liat tuh kamarnya Arion. Rapi, bersih..."
"Kayak kamar perempuan," sambar Aksa.
Ibu berhenti mengaduk adonan, lalu mengernyit kepada Aksa. "Kejantanan cowok bukan diukur dari keadaan kamarnya," katanya serius.
"Ha-ha," Aksa menanggapi dingin komentar Ibu, lalu masuk ke kamar.
Dia melangkahi travo-nya yg melintang, menggapai gitarnya, lalu duduk di pinggir jendela. Kejantanan seorang cowok tidak dilihat dari keadaan kamarnya. Yang benar saja, pikir Aksa sambil mendengus kesal.
Kalau kamar cowok itu bersih, tidak ada satu poster pun, yg ada hanya foto-fotonya bersama piala-piala dan medali-medalinya, dengan banyak CD Glenn Fredly atau Josh Groban di atas meja, jelas saja kejantanannya patut dipertanyakan. Juga bisa dipastikan kalau pemilik kamar tersebut memiliki kadar kenarsisan yg sangat tinggi.
Aksa mulai memainkan lagu kebangsaannya. 'Creep' milik Radiohead.
'But I'm a creep, I'm a weirdo.
What the hell am I doing here?
I don't belong here.'
🫸🫷🫸🫷🫸🫷
"Hai Ri!"
Arion mencari sumber suara itu. Dia berbalik, dan mendapati Lala sedang berlari-lari kecil ke arahnya dengan riang. Arion tersenyum kepadanya. Lala masih belum berubah sejak Arion memutuskan hubungan dengannya.
"Hei," sapa Arion.
Lala menatap Arion dengan mata bulatnya. Arion lantas mengalihkan pandangannya, karna kenyataannya dia masih tidak bisa menahan keinginan untuk memeluk Lala setiap kali melihat sepasang mata yg bersinar itu.
"Kenapa lo?" tanya Lala.
"Lesu amat."
"O ya?" Arion tertawa kecil.
Lala mengangguk, lalu mulai berjalan. Arion mengikutinya. Mereka mengambil jurusan yang sama, dan juga kelas yang sama.
"Kenapa? Marahan lagi sama Aksa?" tanya Lala lagi. Mendengar pertanyaan Lala, Arion mendengus.
"Kapan sih gue pernah nggak marahan sama dia?"
Lala menatapnya dengan pandangan serius.
"La, gue kan pernah bilang, kalo gue sama Aksa itu udah ditakdirkan nggak bisa baikan. Kita malah udah berantem sejak masih di perut. Tendang-tendangan," kata Arion lagi.
Lala terbahak saat mendengarnya. "Hiperbolis lo," sahutnya sambil mendorong Arion.
"Serius," Arion balas mendorongnya.
"Udah deh," kata Lala setelah pulih dari gelinya.
"Bilang aja lo sayang sama Aksa. Kata orang, benci itu artinya peduli. Peduli itu artinya sayang."
"Kata siapa tuh?" Arion mengetuk kepala Lala pelan.
Lala hanya mengedikkan bahu sambil
melirik penuh arti kepada Arion. Arion menghela napas, lalu berhenti berjalan. Dia memegang kedua pundak Lala dan menatapnya lekat-lekat.
"La, kalo ada orang yg paling gue benci di dunia ini, itu udah pasti Aksa."
"Aksa!!"
Aksa membuka matanya dengan malas. Suara Ayah yang membuatnya mual seketika terdengar begitu nyaring.
"AKSA!" sahut Ayah lagi, kali ini sambil menggedor-gedor pintunya.
"Apaan?" sahut Aksa tanpa beranjak dari tempat tidurnya.
"Apaan? APAAN?! Makan malam bersama! Cepat keluar!" sahut Ayah lagi.
Aksa bangun dengan sangat terpaksa, lalu membuka pintu kamarnya. Seluruh keluarganya tampak sudah berkumpul di meja makan.
Walau demikian, Aksa lebih merasakan suasana yg suram dibandingkan dengan suasana yg hangat. Tanpa mencuci muka, Aksa langsung mengambil tempat di meja.
"Apa Ayah harus selalu teriak-teriak manggil kamu setiap kita mau makan?" tanya Ayah ketus begitu Aksa menampakkan diri.
"Kalian bisa mulai makan tanpa aku," jawab Aksa sambil memandang Ayah dingin.
"Saat makan malam itu waktu untuk keluarga berkumpul," Ayah tidak membalas pandangannya dan menyendok sosis.
"Kayak yg ada pembicaraan keluarga aja," gumam Aksa sengit.
Ayah tampak tak memedulikan kata-kata Aksa. Dia mengalihkan pandangannya kepada Arion yg sedang asyik melahap ayam goreng.
"Gimana kuliahnya, Nak?" tanyanya. Aksa langsung mendengus.
"Oh, baik, Yah. Bentar lagi ujian," jawab Arion tenang.
"Oh, gitu. Belajar yg rajin ya. Biar IP-mu nggak merosot kayak kakakmu ini," sindir Ayah membuat mata Aksa melotot.
"IP-ku nggak merosot," sambar Aksa.
"Oh, ya, sama kayak semester sebelumnya, tapi sama jeleknya," kata Ayah sambil melemparkan pandangan masam.
"Kamu tau Sa, kalo kamu begitu terus, kamu bisa di-DO."
"Cepat atau lambat aku juga bakal di DO, kan? Aku cuma mempermudah prosesnya aja," tandas Aksa.
"IP-mu yg cuma dua koma satu itu nggak bisa membanggakan siapa pun, Sa. Apa kamu nggak malu, hah?" Intonasi Ayah sekarang mulai naik.
"Malu? Untuk apa malu? Itu udah hasil terbaik yg aku bisa," jawab Aksa tak peduli.
Ayah mendengus. "Bohong. Kamu bisa lebih baik dari itu. Kamu aja yg nggak mau usaha."
"Kamu cuma mau cari sensasi supaya kamu lebih diperhatikan."
Aksa memandang Ayah tak percaya. "Aku ragu sensasi apa yang bisa aku lakuin supaya lebih diperhatiin. Mungkin aku harus ngebakar rumah ini baru bisa diperhatiin," jawab Aksa ketus
Aksa meninggalkan meja, tak berminat untuk makan malam dengan situasi seperti ini.
"Aksa! Kembali ke sini sekarang juga!" sahut Ayah garang.
Aksa tak memedulikan teriakan-teriakan Ayah. Dengan langkah besar, dia masuk ke kamarnya, lalu membanting pintunya.
Dia melangkah ke tape, menyetel CD Disturbed dengan volume maksimum, lalu dengan kalap membanting semua benda yang dilihatnya.
"Brengsek!" serunya setelah dia kehabisan tenaga.
Aksa terduduk di samping tempat tidur, lalu menjambak-jambak rambutnya. Dunia tidak adil. Dunia tak pernah adil padanya.
Ayah memang menyebalkan. Ibu juga menyebalkan. Arion lebih menyebalkan. Seisi rumah ini menyebalkan.
Semuanya selalu bersikap seperti keluarga kecil bahagia. Aksa merasa dia tidak diterima di keluarga ini. Aksa selalu saja berbeda.
Aksa membanting tubuhnya ke tempat tidur, lalu mulai menyesali keberadaannya di dunia, sama seperti malam-malam sebelumnya.
Aksa perlahan membuka pintu kamarnya dan mendapati ruang keluarga pagi ini sudah kosong. Aksa mensyukuri keadaan itu, tak mau harinya diawali oleh suara salah satu anggota keluarganya.
Setelah mengembuskan napas lega, Aksa berjalan menuju lemari es. Dibukanya lemari es itu, tapi ternyata lemari es itu kosong. Tidak ada susu, tidak sereal, tidak juga roti. Aksa membanting pintu lemari es dengan sekuat tenaga.
"Wah, wah. Bisa rusak semua barang-barang elektronik di rumah ini kalo lo nyentuhnya pake tenaga dalam terus," komentar Arion yang tiba-tiba muncul dari balik lemari es.
Aksa menatapnya sebal. "Lo bisa beliin lagi, kan lo udah pasti sukses," kata Aksa ketus.
"Selalu ada hukum alam. Ada yang ngerusak, ada juga yang ciptain," sambungnya sambil melangkah keluar rumah dengan juga membanting pintunya. Arion menatapnya sambil geleng-geleng kepala.
👊👊👊👊
Segini dulu ya Reader's!!
Nb:
1. Karya ASLI MILIK AUTHOR.
2. Sedikit terinspirasi dari kisah nyata.
3. Gak suka, NO HUJAT & LAPOR.
4. DILARANG KERAS COPY CERITA SAYA!!!!!
5. Maaf kalau banyak typo dan kesalahan, karena saya juga manusia 🙏
Jangan Lupa!!!
LIKE!!!
KOMEN!!!
VOTE!!!
AND SUBSCRIBE!!!!
Oke Bye 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
ᴸᶠܔ➻🍾⃝ ͩ ᷞHͧSᷡ ͣ🍒⃞⃟🦅
𝑭𝒊𝒏𝒂𝒍𝒍𝒚 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒓𝒊𝒕𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒌𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒅𝒊 𝒘𝒂𝒌𝒊𝒍𝒊 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 🙈 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒔𝒆𝒎𝒏𝒈𝒂𝒕
2024-10-16
2
Raka Wahyudi
_kak Oliva boleh berteman GK kak_
2024-10-11
1
Fuka ingin dicintai
Request lagu Toxicity dong kak punya S.O.D
2024-10-01
1