Darrel dalam perjalanan menuju rumahnya diantar pak Sapto yakni supir pribadi keluarga Clara
"Bapak yang bernama pak Sapto ya?" Tanya Darrel penasaran
"Iya, kenapa? Kamu mau minta tanggung jawab saya karena telah membuat mu celaka waktu di rumah sakit?" Tanya Sapto dengan nada bicara yang kesal
"Tidak, saya tidak akan meminta tanggung jawab pak Sapto, cuma saya penasaran kenapa bapak berada di rumah sakit waktu itu? terus bapak malah dorong tubuh saya tanpa sebab" ucap Darrel menatap Sapto yang duduk didepannya mengendarai mobil
"Saya cuma menjenguk anak majikan saya yang berada disana" ucap Sapto singkat
"Terus kenapa bapak dorong dorong saya?" Tanya Darrel
"Ya itu karena kamu duluan dorong saya" bentak Sapto mulai kesal dengan pertanyaan Darrel
Darrel menahan emosi nya untuk terus bertanya pada Sapto. Sebenarnya Darrel ingin sekali bertanya kenapa dia mau mencelakai Clara waktu itu, tapi Darrel menahannya terlebih dulu untuk bisa mendapat info lebih lanjut tentang keluarga Clara
"Dimana rumah mu?" Tanya sapto
"Di jln kenanga" ucap Darrel cuek
"Itukan perumahan orang kaya, kamu anak orang kaya ya?" Tanya Sapto
Darrel tak menjawab pertanyaan Sapto, dia hanya duduk tenang sembari menatap keluar jendela mobil yang dia tumpangi saat ini
*****
Saat sudah sampai rumah, Darrel memasuki rumahnya dengan santai, hingga
"Darrel? Kesini kamu" teriak Ayah menatap Darrel terlihat marah
Darrel yang mendengar itu menghampiri sang ayah, lalu
"Plakkk"
Ayah menampar pipi Darrel dengan begitu keras
"Kenapa Yah? Apa yang aku perbuat hingga membuat Ayah marah pada ku?" Tanya Darrel menahan amarahnya
"Kamu mencuri uang Ayah kan?" Tanya Ayah marah
"Uang apa? Bahkan aku gak pernah tau Ayah menyimpan uang Ayah" ucap Darrel jujur
"Banyak alasan saja kamu Darrel, siapa yang mengajari kamu mencuri hah? Anak tak tau di untung. Sini kamu" ucap Ayah lalu menyeret tubuh Darrel menuju kamarnya
"Yah? aku tidak pernah mencuri. Bisa kah Ayah percaya padaku untuk saat ini saja" ucap Darrel memohon
"Dugghhh"
Ayah mendorong tubuh Darrel hingga dadanya terbentur cukup keras pada tepian tempat tidur yang berada di kamarnya tersebut
"Haaa... Argghhh..." desis Darrel merasakan sakit di dadanya
"Dimana uangnya Darrel?" Bentak Ayah
Darrel tak mendengarkan perkataan sang ayah, dia hanya terus berusaha menahan rasa sakit di dadanya sembari meremas seprai tempat tidurnya terus menahan sakit
Ayah yang melihat itu menghampiri Darrel lalu menjambak rambutnya kuat hingga Darrel mendongakan kepalanya menatap wajah sang Ayah
"A... yah... Haaa... Argghhh..." Ucap Darrel menangis menatap wajah sang Ayah sembari terus meremas dadanya sendiri
"Jangan sakiti Bunda Yah, aku ingin Bunda tetap hidup di tubuhku" ucap Darrel menangis meremas dadanya kuat
Ayah yang melihat Darrel menangis pun melepaskan tangannya yang menjambak rambut Darrel tadi
"Arghhhh... sa... kit.. Yahhhh..." desis Darrel terus meremas dadanya kuat
"Darrel? Ka... kamu kenapa?" Tanya Ayah mulai merasa takut
"Sa... kit... Bundaaa...? Haaa... Arghhh... " Teriak Darrel mengguling gulingkan tubuhnya menahan sakit
"Darrel...? Darrel...? kamu kenapa nak...?" Tanya Ayah lalu memangku tubuh Darrel dan membaringkannya di tempat tidur
"Daniel...? Daniel...? cepat kemari...! " teriak Ayah memanggil anak sulungnya itu
Daniel yang merasa terpanggil pun berlari menghampiri sang Ayah yang berada di kamar Darrel karena memang kamar adiknya itu bersebelahan dengan kamarnya
"Kenapa Yah...? Tanya Daniel
"Ini adik kamu kenapa...? Coba kamu periksa terlebih dahulu" ucap Ayah sedikit khawatir
Daniel langsung menghampiri Darrel yang berada diatas tempat tidurnya yang terus saja mengerang kesakitan
"Rel? Kamu dengar kakak kan Rel? Atur nafasmu perlahan lahan supaya tidak sesak" ucap Daniel menenangkan Adiknya itu
"Sa... kit... Arghhhh... hah... hah..." desis Darrel menatap wajah kakaknya dengan tatapan sendu sembari terus menahan sakit ditubuhnya
"Tenangkan diri kamu Rel, lihat kakak atur nafasmu perlahan lahan supaya tidak sakit" ucap Daniel sembari mengelus elus dada Darrel berharap mengurangi rasa sakit di dalam dadanya itu
Darrel mencoba menuruti perkataan kakaknya itu dan perlahan mulai mengatur nafasnya perlahan lahan
"Bagus...! jangan lawan rasa sakit nya, tenangkan diri kamu Rel" ucap Daniel masih tetap mengelus elus dada Darrel perlahan
Keringat dingin sudah membasahi wajahnya, rasa sakitnya perlahan membaik, Darrel menatap kakak dan Ayah nya yang berada disampingnya terlihat khawatir. Darrel perlahan bangun dan mengambil beberapa butir obat di laci nakas yang berada disamping tempat tidurnya
"Tunggu obat apa yang mau kamu minum?" Tanya Daniel penasaran
"Bukan urusan kakak, kalian keluar saja aku mau tidur" ucap Darrel cuek lalu menelan beberapa obat yang tadi dia ambil tanpa meminum air seperti sudah terbiasa dengan hal itu
"Darrel apa yang sebenarnya terjadi sama kamu?" Tanya Ayah menatap Darrel serius
"Gak apa apa, kenapa Ayah mau tau? Biasanya juga Ayah tidak pernah memperdulikan ku" ucap Darrel cuek lalu berdiri perlahan lahan mengambil baju ganti di lemarinya dan berjalan tertatih menuju kamar mandi yang berada dikamarnya itu
Ayah dan Daniel hanya diam tak membalas perkataan Darrel
"Apa yang terjadi dengan adik kamu Daniel?" Tanya Ayah penasaran
"Sepertinya dia hanya mengalami serangan panik, saran ku Ayah juga jangan terlalu keras padanya Yah" ucap Darrel memperingati
"Ayah hanya menghukumnya karena dia mengambil uang Ayah" ucap Ayah
"Memangnya Ayah yakin Darrel yang ambil? Mungkin saja Ayah lupa menaruhnya saja. Lagipula tuh Anak sekarang jarang di rumah dan selalu pulang malam" ucap Daniel membela Darrel
"Kamu membelanya sekarang Daniel? Ingat, dia sudah membunuh Bunda kamu" ucap Ayah marah lalu pergi dari kamar Daniel
Daniel yang mendengar perkataan sang Ayah hanya diam, lalu dia melihat sekeliling kamar Darrel yang terlihat biasa saja berbeda dengan dulu yang penuh dengan mainan koleksi Darrel tapi kamar itu sekarang terlihat membosankan dan hanya ada satu pigura foto keluarganya yang berada diatas nakas
Daniel tersenyum menatap foto tersebut karena dia melihat foto sang Bunda yang berada disana
"Bun? Daniel rindu sama Bunda. Coba kalau Bunda masih berada disini bersama kita, Aku dan Ayah tidak akan membenci Darrel dan kita pasti akan hidup bahagia" ucap Daniel meneteskan air matanya merasa sedih
"Aku juga rindu sama Bunda, aku rindu Ayah dan kak Daniel yang memeluk ku dengan penuh kasih sayang, tidak seperti sekarang. Aku benar benar kesepian. Bunda? bisakah Bunda membawa ku saja?" Ucap Darrel pelan tapi masih terdengar oleh Daniel yang masih berada dalam kamarnya Darrel
Daniel yang mendengar itu langsung berlari menghampiri Darrel dan membuka paksa kamar mandi tersebut hingga membuat Darrel terkejut
"A... Ampun kak....! aku benar benar tidak mencuri uang Ayah" ucap Darrel menghindar ketakutan dari Daniel
"Dasar anak bodoh, siapa yang akan menyalahkan mu tentang itu. Kesini kamu Darrel" bentak Daniel terlihat marah
"Ampun kak, jangan pukul aku lagi...! Jangan kak" ucap Darrel tetap menghindar ketakutan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments