3 hari kemudian.
Rosa dan Galih sudah kembali ke apartemennya saat ini. Setelah menghabiskan waktu selama 3 hari lalu di anyer untuk menenangkan diri.
"Bang, aku masuk siang hari ini." ucap Rosa.
"Oke, Ros. Bawalah mobilku," ucap Galih yang memberikan kunci mobilnya.
"Abang berangkat bagaimana?" Bingung Rosa.
"Ada Dion yang akan menjemputku. Kebetulan ada jadwal kunjungan ke proyek yang berada di pulau seribu. Mungkin akan pulang larut." ucap Galih.
"Oh, pas ya. Aku juga pasti larut, Bang." menganggukkan kepalanya Galih setuju dengan Rosa.
"Ros, jangan lupa selalu hubungi aku jika kamu butuh apapun. Dan dalam keadaan apapun, aku tidak ingin kamu menghadapinya sendiri," pinta Galih.
"Iya, Bang." jawab Rosa.
"Dan ini ambillah, pw nya tanggal lahirmu. Jangan menolak karena itu adalah kewajibanku memberikan nafkah," ucap Galih yang memberikan dua kartu sekaligus.
"Bang, ini kebanyakan," keluh Rosa yang memang jarang belanja.
"Kan sudah ku bilang jangan menolak. Satu kartu tanpa limit untuk dana dadakanmu dan satu nya lagi bisa kamu gunakan buat keperluan apapun." jelas Galih.
"Tapi aku juga masih punya uang, aku takut khilaf Bang," jujur Rosa yang sudah bisa di pastikan dalam pikirannya saat ini jumah uangnya tidaklah sedikit.
"Bebas, jika kurang bisa kamu katakan lagi padaku. Uangku adalah uangmu, semua yang menjadi milikku itupun menjadi milikmu. Sudah jangan bahas itu terus, nanti aku bisa kesiangan. Bantu aku pasangan dasi," pinta Galih saat di dalam kamarnya.
Rosa yang memang bertubuh tinggi dan langsing sekitar 170 cm sedangkan Galih 185cm cukup dengan membungkuk sedikit bisa diraih oleh Rosa.
Hembusan nafas keduanya bisa saling menghirup aroma khas masing masing. Jaraknya semakin terkikis, Rosa sadar jika wajah Galih semakin mendekat.
"Harum," lirih Galih.
Blush!
Wajahnya yang langsung bersemu merah jambu itu, tersenyum tipis Rosa, begitupun dengan Galih.
Cup!
Sekilas bibirnya di kecup. Ini pertama kali Galih melakukannya, karena sebelumnya tidak berani. Karena hati Rosa yang masih sangat sakit dan takut akan menjadi marah.
"Terima kasih," lanjut Galih.
"Aku harap kamu tidak marah, Ros." ucap Galih kembali.
"Hem," di angguki Rosa yang tampak malu malu.
"Boleh setiap pagi sebelum berangkat ke kantor aku memintanya?" Izin Galih.
Rosa lama berfikir yang akhirnya di angguki juga keinginan Galih itu.
"Ini tasnya, Bang. Jangan lupa makan tepat waktu," Rosa mengingatkan.
"Iya, bantu ingatkan dan telp aku jika kamu sempat," pinta Galih.
"Istirahatlah lagi. Biar aku ke bawah saja, Dion pasti sudah akan sampai," lanjut Galih.
"Iya Bang" jawab Rosa.
Akhirnya Galih sudah meninggalkan apartemen mewahnya, tinggalkan Rosa sendiri dan merapihkan sisa sarapan mereka dan juga bersih bersih sedikit disana.
"Buat apa coba ini banyak banget. Aku yakin tidak sedikit di dalamnya," ucap Rosa sendiri. Lalu memasukkan ke dalam dompetnya yang berada di dalam tas.
Bukan istirahat Rosa yang di bilang Galih, setelah selesai bebenah dia malah termenung saat menonton tv. Dering telp berbunyi.
"Dr. Irna?" lirih Rosa.
"Hallo, Dok," sapa Rosa.
"Ros, kemari! Dirga sakit tapi ga mau di bawa kerumah sakit!!! Kita kuwalahan ga bisa bujuk, bisa Ros. Maaf merepotkanmu, tapi izin dulu pada suamimu," ucap Dt. Irna yang panik.
"Iya, dok," spontan menjawabnya.
Deg!
Deg!
Jantung berdetak kencang sekali saat mendengar berita jika Dirga yang biasanya selalu bersemangat dan juga berpikir positif namun kini semuanya berbeda.
Apakah karena aku? Batin Rosa.
Setelah menutup telpnya lalu Rosa tidak lupa meminta izinnya dulu pasa Galih.
"Bang, sudah sampai?" tanya Rosa di telp.
"Belum, masih dalam perjalanan. Ada apa Ros?" tanya Galih.
"Hem, Bang. Aku ingin izin ke tempat Mas Dirga, karena dia sakit. Apakah boleh Bang?" pelan Rosa mengatakannnya.
"Sakit? Kenapa tidak dibawa kerumah sakit?" bingung Galih.
"Aku tidak tahu, Bang. Dr. Irna tadi telp padaku. Aku tidak tahu pastinya hanya suaranya saja terdengar sangat khawatir." jelas Rosa di telp.
"Tunggu aku, Ros. Setengah jam datang menjemputmu!" Galih mematikan sepihak telpnya yang tidak di mengerti Rosa.
Kenapa Bang Galih balik lagi? Bingung aku. Batin Rosa.
Rosa yang memakai seragam perawat buat sekalian nanti bekerja, pikirnya. Benar saja tidak lama dering telp kembali berbunyi dan itu nama suaminya di sana.
"Iya, Bang," sapa Rosa.
"Aku sudah di lobi, ku tunggu disini," ucap Galih.
"Oke, Bang. Aku kebawah sekarang," ucapnya.
Akhirnya Rosa turun kebawah dan benar suaminya sudah berada di depan pintu mobil.
"Masuklah," pinta Galih.
"Loh, Dion kemana, Bang?" Tanya Rosa.
"Ya dia menggantikanku untuk meninjau dengan mobil kantor yang akan menjemputnya. Tunjukkan arah dimana Dirga tinggal," pinta Galih yang sudah menstarter mobilnya.
"Apartemen Start," ucap Rosa.
"Oke, aku tahu," ucap Galih yang langsung menuju kesana.
Sesampainya di parkiran mobilnya sudah berhenti disana.
"Tunggu, Bang. Aku lupa mananyakan di lantai dan nomor berapa tempatnya itu?" ucap Rosa.
"Hah! Kami tidak tahu, Ros?" Terkejut Galih.
"Tidak, Bang. Kan aku sudah bilang aku ga pernah ketempatnya kecuali rumahnya saja, karena aku tidak mau mencelakai diriku sendiri," jelas Rosa.
Akhirnya telp Dr. Irna kembali, menanyakan dilantai dan nomor berapa apartemen Dirga, setelah menutup telp dan mengetahui itu barulah keduanya keluar dari dalam mobilnya.
"Ayo, Ros," ajak Galih yang menggandeng tangan Rosa.
"Lantai 11 no 11," ucap Rosa.
"Oke," jawab Galih.
Masuk ke dalam lift menuju lantai 11 baru setelah itu mencari nomor kamar 11. Tepat di hadapan mereka nomor 11.
Ting tong!
Suara bel berbunyi, tidak lama Dr. Irna yang membukanya.
"Ayo masuk!" ajak Dr. Irna.
"Lihatlah!" ucap Dt. Irna.
Dirga yang tergeletak lemas di atas tempat tidur dan disampingnya ada Dr. Panji.
"Ga, Rosa datang!" bisik Dr. Panji.
Rosa yang masih terpaku di belakang Galih yang tidak menyangka selama tiga hari tidak melihatnya lelaki didepannya sudah sangat rapuh dan sangat berantakan. Tidak kuat melihat di depannya Rosa mengeratkan genggaman tangannya itu.
Galih sadar jika Rosa terpukul dan sakit yang saat ini. Menarik dalam pelukannya agar bisa tegar dan bersama dirinya yang selalu siap menjadi tempat keluh kesahnya.
"Ros, mendekatlah. Dirga sudah tidak mampu saat ini. Dia ingin bicara denganmu," pinta Dr. Panji.
"Bang," lirih Rosa yang mendongak ke wajah suaminya.
Diangguki oleh Galih dan menuntunnya menuju samping tempat tidur Dirga. Rosa yang masih dalam pelukannya hingga benar benar dekat dengan sang mantan.
"Ros," lirih Dirga yang membuka matanya.
...****************...
Terima kasih semuanya yang selalu menanti up dari mommy.
Like dan komentarnya di tunggu ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
retiijmg retiijmg
jadi sedih lihat dirga. masa sih dirga mau gak ada..
😭😭
2024-08-01
1
dapurAFIK
Dirga: "Ros aku tak bisa hidup tanpamu😥😥"
(mengarang bebas🤭)
2024-08-01
1