PERTAMA KALI CIUMAN

Aku sangat geram melihat sikap Alya yang terlalu yakin dan percaya diri.

Langkah kakiku berjalan cepat menghentikan langkah kakinya yang telah lebih dulu pergi meninggalkanku.

"Jangan harap kamu akan mendapatkan apa yang kamu ingin kan dariku." Aku menggertak Alya.

Gadis itu berhenti. Sejenak terdiam menatapku dengan ekspresi dingin, tajam menghujam jantungku.

"Aku pasti mendapatkannya!" ujar Alya penuh keyakinan.

"Apa kamu psikopat?" tanyaku dengan nafas memburu.

Dadaku mulai terbakar emosi yang sedari tadi telah ku coba tahan sekuat tenaga.

Alya tak bergeming. Tak ada rona takut di wajahnya melihat kemarahan yang kini terpampang jelas di wajahku.

Ia hanya menarik nafas berat. Tatapan matanya yang dingin dan tajam perlahan memudar.

"Terserah! kamu mau menilai ku seperti apa. Aku tak'kan merubah pendirianku. Aku hanya akan menikah dengan pria yang ku cintai!" jawabnya pelan namun terdengar tegas.

Aku menggertakkan rahangku kuat. Baru kali ini, aku menemukan perempuan yang sangat egois seperti dia. Aku jadi penasaran, sekuat apa dia mampu bertahan dengan pendiriannya. Apa dia mampu membina rumah tangga dengan orang yang membencinya?.

"Aku akan tunjukan padamu, bagaimana caranya agar kamu jatuh cinta padaku." Ucapnya tiba-tiba mengejutkanku.

Tubuhnya merapat hingga tak ada jarak dengan tubuhku. Wajahnya perlahan terangkat tinggi hingga tatapan mata kami saling bertemu. Aku bisa merasakan hangat tubuhnya dan deru nafasnya yang menghangatkan wajahku.

Apa yang ingin ia lakukan? Apa dia mau menciumku? Dadaku sontak berdegup kencang, bergemuruh hebat.

Rasa aneh mulai menjalar di tubuhku saat wangi aroma parfum yang lembut dari tubuh ya terasa menggelitik hidung. Ku tahan nafas, saat bibirnya yang merah merekah perlahan mendekati bibirku yang seakan menunggu tak mau menghindar.

CUP...!

Ia mengecup bibirku pelan namun terasa singkat. Kecupan itu cukup menggugah hasrat laki-lakiku yang meronta liar butuh pelampiasan lebih. Perempuan itu sangat pintar mencari titik terlemahku.

"Hentikan!" bentakku gugup.

Aku mendorong tubuhnya agar menjauh. Ada aliran listrik yang menyengat saat sentuhan bibirnya meninggalkan kesan di bibirku. Ada rasa janggal yang ingin ku tepiskan jauh-jauh. Apa Alya tahu, ini pertama kalinya aku ciuman. Dan betapa malunya aku, karna yang memulai ciuman itu bukan aku.

Aku yang selama ini menutup diri dan tak tersentuh oleh wanita, adalah pria normal yang juga haus akan belaian dan sentuhan. Sayangnya aku begitu pemilih. Aku merasa terlalu sempurna untuk wanita mana pun. Tak satupun wanita yang membuatku tertarik.

Tapi Alya, kenapa patung hidup itu bisa menggetarkan perasaanku. Aku mulai di hinggapi rasa takut. Entah apa yang ku takutkan. Aku ingin menyangkal perasaan itu. Aku ingin mengingkari detak jantungku yang sedari tadi tak mau diam.

"Lebih baik kita kembali ke dalam. Kita sudah terlalu lama bicara di luar." Ajakku mencari alasan.

Egoku, harga diriku sebagai lelaki nyaris di kalahkan oleh pesona Alya.

Dia wanita yang berbahaya! Begitu aku menilai dirinya.

Tanpa menoleh lagi untuk melihat reaksi dirinya, Aku segera berbalik meninggalkan dirinya yang entah bagaimana keadaannya.

Yang ku tahu, ia muncul di belakangku setelah beberapa menit aku memasuki ruang tamu dan berjalan menghampiri Ayah yang menyambut kehadiran kami dengan senyuman lebar.

"Ayah, Richie mau ke toilet. Bentar," bisikku berbohong pada Ayah.

Tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun, Ayah mengizinkan aku untuk pergi dengan anggukan kepala.

Aku pun segera berlalu dari ruang tamu dengan menghembuskan nafas lega. Kehadiran Alya dan kedua orang tuanya di sana, cukup membuat dadaku terasa sesak.

KABUR!

Mungkin cuma itu jalan alternatif yang melintas di benakku. Aku bingung harus berbuat apa lagi. Pendirian Alya yang kuat, menggagalkan rencanaku untuk menghentikan perjodohan itu.

Sosok Alya yang angkuh dan berkharisma tinggi bak Ratu pantai selatan itu sangat menakutkan. Aku tak ingin menikah dengannya. Perempuan itu lebih menyeramkan dari pada seorang penyihir.

Paras cantiknya yang tanpa senyuman bisa saja menyihirku dan menguasai semua aspek kehidupanku yang cinta kebebasan. Segitu bencinya Aku melihat dirinya yang terlihat nyaris sempurna tiada cela.

Aku terlalu sulit mencari sisi lemah dirinya yang bermental kuat seperti baja. Walau Aku bersikeras mengatakan tidak. Ia tetap memegang teguh pendiriannya untuk tetap menerima perjodohan mereka.

"Leon, apa yang harus kulakukan?" tanyaku gundah.

Aku menepuk bahu Leon yang ku temukan sedang asyik bermain game di ponselnya di teras belakang rumah. Tepukan dariku yang lumayan keras, serta merta mengejutkan Leon. Ia terperanjat kaget dan terlihat kecewa berat saat ponselnya ku rebut dari tangannya dengan cepat. Ia pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menatapku dengan wajah memelas.

"Ada apa tuan muda? Anda begitu resah." Tanyanya pura-pura peduli padaku.

Padahal aku bisa menebak apa yang ada dalam benaknya saat ini. Ia hanya memikirkan ponsel miliknya yang saat ini ada di tanganku.

"Perempuan itu menyeramkan!" desisku marah.

Antara rasa benci pada Alya dan rasa jengkel melihat Leon yang asyik main game seolah hidup tanpa beban, cukup membuatku dongkol setengah mati.

"Perempuan mana yang anda maksud?" tanya Leon berlagak pilon.

"Siapa lagi kalau bukan nenek sihir itu. Si vampir muka pucat, patung arca yang bicara sedikit tapi menyakitkan." Gerutuku kesal berkepanjangan.

"Nenek? Vampir? Patung? Apa, apa maksudnya tuan muda?" Leon menatapku tak mengerti.

Raut wajah Leon yang menatapku heran seperti orang bodoh, membuatku makin dongkol. Ingin rasanya ku permak hidungnya yang pesek agar panjang seperti Pinokio.

"Alya, perempuan yang di jodoh kan Ayah untukku. Dia itu psikopat!" tuduhku sesuka hati.

Leon membuka mulutnya lebar dengan mata melotot bulat seperti bola. Ia pun bergegas menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.

"Duh, gawat sekali kalau begitu. Apa Tuan besar tidak salah pilih jodoh untuk anda?" tanya Leon dengan nada setengah berbisik.

"Ayah menyukai Alya. Apa yang harus aku lakukan Leon?" keluhku murung.

Aku berharap ada solusi darinya. Leon menatapku bimbang. Tak ada jawaban yang ku dengar keluar dari mulutnya. Hanya keputusan singkat yang sempat terpikirkan tadi olehku kembali melintas di benakku.

"Aku harus kabur !" gumamku sedih.

Tak ada pilihan lain. Aku harus berani menentang keinginan Ayahku. Satu-satunya cara untuk menghindari perdebatan, hanya KABUR!.

.

.

.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Erliza Rosyanda

Erliza Rosyanda

eleh sok nanti klepek juga ujungnya

2024-12-09

1

Selviana

Selviana

Terima saja berjodohan itu, mungkin ayah kamu menganggap Alya yang terbaik untuk mu.

2024-11-16

1

Selviana

Selviana

berarti kamu beruntung bisa mendapatkan ciuman dari Alya

2024-11-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!