Rombongan itu berjalan masuk dan mengikuti Emira, mereka seperti para bodyguard yang menjaga Emira.
Aku kembali melihat kearah mangkuk baso punyaku, bagaimana mereka bisa ada disini? Pikiran itu hinggap seketika melihat mereka yang memasuki Kantin.
"omg para pangeran datang" Zahra berucap heboh, responnya pun sama seperti para murid-murid tadi.
Aku masih tetap melihat kearah mangkuk, aku mulai memakan bakso dengan kepala yang tetap terfokus ke mangkuk. Mencoba abai akan sekitar.
"Lila, ana. Lihat gua, gimana gua udah cantikan?" aku melirik sekilas kearah Zahra, Zahra sedang memoleskan lipstik di bibirnya.
"lu kalo ketauan OSIS, abis lu. Ngapain coba pake bawa lipstik segala" ana yang gemas terhadap Zahra, menoyor kepala Zahra pelan.
Zahra duduk di tengah, sedangkan aku di pojok kanan dan ana bagian kiri.
"ngga akan ketahuan, kalo lu pada nggak ngadu. ck fokus ih. Gimana penampilan gua? udah cantikan?" aku tak menatap kearah mereka lagi, tapi aku bergumam mengiyakan pertanyaan Zahra.
"tau gelap" aku mendengar ana menjawab dengan suara malas.
"dih" Zahra seperti kesal akan jawaban yang di berikan ana, terdengar dari nada suaranya yang terdengar kesal.
Bakso ku sudah habis, aku minum es teh ku hingga sisa setengah gelas.
"Lila kenapa nunduk terus? sakit kepala?" Zahra menepuk bahuku pelan. Aku menatap kearahnya lalu menggelengkan kepala.
"terus kenapa? Ada masalah?" aku kembali menggelengkan kepala.
"ngga ra, aku cuma lagi nikmati rasa baksonya aja" aku membalas ucapannya seraya tersenyum.
"kirain kenapa" sesudah berbicara seperti itu, Zahra langsung menatap meja rombongan para tokoh novel itu.
Jarak dari mejaku dan meja para tokoh novel itu hanya 1 meja, dan hal itu memungkinkan mereka untuk bisa melihat kepadaku. apalagi derrrien benar-benar menghadap kearah mejaku.
"kalian udah selesai belum?" aku menatap kearah ana dan Zahra yang malah asik mengobrol dengan bakso yang masih tersisa setengah.
mereka menggelengkan kepala "kenapa?" Zahra.
"aku mau ke toilet dulu ya" aku bangkit dari dudukku.
"mau dianter nggak? takut lu nyasar lagi" ana hendak berdiri namun, aku melarangnya.
"ngga usah, aku bisa sendiri dan aku jamin nggak akan nyasar" ana dan Zahra mengangguk mengerti, aku berjalan santai kearah pintu kantin.
Aku tak mau tergesa-gesa karena hal itu akan terlihat aneh, setelah keluar dari kantin aku berjalan cepat kearah lantai dua, aku ingin buang air kecil.
Ketika sudah sampai, aku langsung masuk ke dalam dan membuang air, setelahnya aku keluar dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan.
aku keluar dari toilet, namun tiba-tiba tangan seseorang menarikku, dia berjalan sambil menggenggam tanganku. Aku mencoba melepaskan genggaman itu tapi tak bisa.
"maaf, ini ada apa ya? Bisa tolong lepasin tangan aku" aku berujar sesopan mungkin.
Dia tetap diam, aku yang hanya bisa melihat punggung tegaknya mencoba menebak-nebak dia siapa.
Aku yang kesal menarik tangannya dan membawanya kedekat mulut lalu mengigit tangan itu dengan kencang. Berhasil. Genggaman itu terlepas, aku membalikkan badan dan berlari kearah kelasku berada.
Ketika hampir sampai di kelasku, tanganku di tarik dengan kencang yang mengakibatkan aku jatuh ke pelukan orang itu, tanpa membiarkan aku berpikir orang itu mengangkat tubuhku seperti karung beras.
Aku merasa pusing seketika, apa orang ini gila? Aku memukul-mukul punggung dengan keras, aku berteriak minta tolong dengan kencang. Berharap ada yang mau menolong ku.
Namun apa-apaan ini, bukannya menolong ku. Mereka keluar hanya untuk melihat ku di perlakukan seperti ini. Aku memandang kesal kearah mereka semua.
Orang itu membawa ku menaiki lift, tunggu bukan semua murid disini tidak ada yang boleh menaiki lift? lift ini di khususkan untuk para guru. Kenapa orang ini sangat berani? Apakah dia anak pemilik sekolah?
Aku memejamkan mata ku karena pusing yang semakin mendera, lift berhenti dan aku tetap memejamkan mata. Aku merasaka tubuh di duduk di sebuah sopa.
Aku memegang kepalaku dan memijitnya pelan "kamu gi---" aku membuka mataku perlahan, ketika aku berbicara. Aku langsung berhenti karena terkejut, karena orang yang membawa ku ternya derrrien.
"k-kamu ngapain bawa aku kesini" aku menghindari tatapannya, derrrien berdiri tepat di depanku.
Dia tak menjawab, dia malah berjalan dan duduk di sampingku. Aku menggeserkan tubuh ku, ketika di mendekat aku akan langsung bergeser lagi. Sampai aku terpojok di pegangan sopa, aku hendak berdiri tapi tanganku di tarik oleh derrrien, hal itu mengakibatkan aku jatuh ke pangkuan derrrien.
"lepasin, kamu apa-apaan sih derrrien" aku memberontak dengan kencang saat dia memeluk perutku dari belakang. Ini sungguh nggak nyaman.
"rien" aku menghentikan berontakku ketika dia akhirnya berbicara dengan suara beratnya "panggil aku rien, seperti dulu" lanjutnya.
Aku mendengus sinis, menolehkan kepalaku menatap sinis kearah wajah datarnya, dia pikir dia siapa bisa memerintah ku seenaknya? Jika ini Lila dalam novel mungkin akan senang, tapi aku tidak sama sekali.
"ngga mau, ngapain kamu nyuruh-nyuruh aku. Sekarang lepasin derrrien" aku memandang tajam kearahnya.
"aku lepasin, dengan syarat kamu harus panggil aku rien" dia menatap ku dengan smirk di wajahnya.
"cih, aku nggak mau. Dan tolong lepasin sekarang" aku mengeluarkan seluruh tenaga ku, aku menggerakkan seluruh anggota tubuhku yang bisa bergerak.
aku mendengar geraman dari bibir derrrien "diam, atau aku akan menghukum kamu" ku lihat wajahnya memerah seperti sedang menahan sesuatu. apakah dia marah? Bodoamat lagian juga ini salahnya.
Aku sangat merasa tidak nyaman duduk di pangkuannya "lepasin makannya" balasku menatap tajam kearah wajahnya.
"kenapa sekarang kamu tidak mau menuruti perintahku? Kenapa kamu sekarang menjadi kucing yang nakal? Dan kemana kucing kecil ku yang penurut?" dia bertanya dengan suara beratnya.
Ya jelas karena ini aku, bukan Lila asli.
"panggil aku rien dan aku akan melepaskan mu" dia menggosok-gosokkan kepalanya pada punggung ku.
"geli bodoh" aku berujar sepontan tanpa pikir panjang. lagian dia ini gila ya, kenapa juga dia menggosok-gosokkan kepalanya pada punggungku.
Aku dengar dia menggeram marah, dia kalo terlalu sering menggeram, aku yakin dia akan menjadi serigala.
"jangan berbicara kasar saat denganku ila" perintah nya, dia semakin menatapku dengan tajam.
"kamu ngapain sih? nggak jelas amat jadi orang, jangan perintah-perintah aku" aku menatap sebal kearahnya.
Dia diam, dia malah melihat kearah ku dengan pandangan yang tak ku mengerti. dia mendekatkan mukanya kepadaku yang membuat ku reflek memundurkan kepala.
Namun gerakan ku mungkin terlalu lambat, dia dengan cepat mengecup pipi kananku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
YuWie
modal apa sih masuk ke dunia novel. Kelebihannya apa dibanding lila yg asli
2024-09-16
2