Alia tadi sudah memarahi Gabriel yang di balas wajah pasrah, Gabriel tidak akan pernah bisa berdebat dengan sepupu kesayangannya ini.
Sekarang saja harus merelakan ponselnya, Alia meminjam ponselnya. Alia sekarang sedang menonton si kembar botak dengan tenang. Ponsel milik Alia berada di tas selempangnya.
Alia sengaja tak memakai ponselnya karena dia ingin mengerjai Gabriel. Dia sesekali tertawa pelan melihat si kembar.
Sedangkan Asher yang berada di sopa sebelahnya hanya terkekeh geli melihat raut pasrah kaka sepupunya. Dia sudah terbiasa akan tingkah Alia.
" Khem, bang. Lu udah pernah masuk ke kamar itu?" Asher bertanya dengan raut keinginan Tahuan yang terpancar jelas, Asher dan Gabriel sepakat untuk berbicara non formal ketika tidak ada keluarga besar Alvarendra.
Mereka sekarang hanya bertiga dengan Alia yang berada di sopa sebelah kanan, Gabriel di tengah dan Asher di sopa tunggal sebelah kanan Gabriel.
"Belum, kenapa?" Menatap Asher.
"Tadi gue denger dari para pelayan, katanya ada cahaya yang keluar dari celah pintu itu" ujar Asher lagi.
"Alah palingan itu cahaya dari lampu. Jangan dengerin ucapan para pelayan, dan jangan bahas hal ini karena kalo sampe papa dan papi tau kita bakal di marahin abis-abisan" Gabriel mencoba memberikan peringatan kepada Asher.
"Katanya itu terang bang dan cahaya itu cuma muncul di jam 6 sore, papi sama papa lagi di kebun belakan nggak akan tau soal ini bang" ujar Asher lagi.
"Udah jangan bahas itu lagi, jangan coba-coba kamu masuk ke kamar kakek Asher" Gabriel menatap tajam kearah Asher.
Gabriel ingin segera memberhentikan obrolan tentang kamar mendiang kakek, neneknya itu. Dia merasa sangat tidak nyaman ketika membahas itu, selama dia tinggal di mansion utama ini. Dia tidak pernah sekalipun lewat di depan kamar itu. Selain karena kamar itu di lantai 4, dia juga terlalu takut setelah mendengar perintah dari papinya untuk menjauh dari kamar itu.
Asher terdiam sejenak dan kemudian mengalihkan pembicaraan kearah game, dia rasa cukup sampai sini. Membicarakan hal itu membuat dia merinding tapi dia penasaran, tapi tidak berani.
Sedangkan Alia yang sedari tadi asik menonton, teralihkan perhatiannya karena ucapan kedua abangnya, dia menjadi penasaran.
Aku harus ke kamar kakek nanti sore ujarnya dalam hati.
Alia tipe orang yang kalo sudah penasaran maka rasa penasaran itu harus dituntaskan.
"Nih bang, Lia mau ke mama sama papa dulu" menyerahkan ponsel Gabriel lalu berlalu tanpa menunggu jawaban, Alia melangkah ringan menuju taman belakang.
Disana terlihat keluarganya tengah mengobrol ringan di temani snack dan minuman, dia dengan cepat menghampiri dan bergabung dalam obrolan.
Alia pov
Sekarang sudah jam jam 17.50, aku sekarang berada di kamarku yang berada di mansion utama, aku bergegas menuju lift untuk ke lantai 4. Aku ingin menuju kamar mendiang kakek dan nenekku.
Sebenarnya aku tahu, ini tak boleh namun apa boleh buat rasa penasaran terus menggerogotiku dari tahun-tahun kemarin. Ditambah tadi obrolan bang Asher dan ka iel, membuat ku semakin penasaran.
Sekarang aku sudah berada di depan kamar mendiang kakek dan nenek, menekan knop pintu pelan. Dan ternyata tidak terkunci. Mungkin karena tidak ada yang berani masuk kesini.
Jadi papi tidak mengunci pintu ini, toh mansion ini memiliki keamanan yang tinggi. Aku masuk lalu menutup pelan pintu.
Memandang ke seluruh kamar, tidak ada apapun. Dan lagi kenapa harus dilarang, tidak ada apapun disini hanya kamar yang sudah berdebu.
Aku melangkah mendekati meja rias milik nenek. Melihat-lihat koleksi makeup milik nenek wah ternyata nenek juga suka makeup.
Pandangan mataku kembali menelusuri kamar ini berjalan pelan, ssrt. Aku tidak sengaja menendang sesuatu. Ketika ku ambil benda itu ternyata sebuah buka yang sudah berdebu.
Aku membersihkan debu dari sampul buku itu, wah ternyata ini novel. Bagaimana bisa nenek dan kakek mempunyai novel ini? setahu ku nenek dan kakek hanya menyukai bacaan tentang penelitian.
Mengabaikan segala pemikiran ku. Aku membuka novel itu, lalu tiba-tiba cahaya terang keluar dengan sangat terang dari halaman pertama novel ini.
Aku memejamkan mata karena merasa perih akibat cahaya dari novel, ketika aku merasa cahaya itu sudah mulai redup aku membuka mata ku perlahan.
Ini dimana? Pikirku pertama kali ketika membuka mata. Memandang bingung kearah ruangan asing ini, ini seperti sebuah kamar. tapi milik siapa kamar ini? Dan bagaimana bisa aku berada disini?
Dan tiba-tiba kilatan memori yang bukan milikku terlintas, aku memegang kepalaku dengan erat seraya memejamkan mataku.
Membuka mata dengan napas terengah-engah, memandang novel itu dengan kosong. Ternyata aku masuk ke dunia novel usang ini.
Novel ini berjudul SUNSHINE GIRL, berkisah tentang seorang gadis SMA bernama Emira Farah Dravinda. Gadis yang cerita hidupnya hampir sama denganku dari segi sikap dan perilaku hanya namanya saja yang berbeda. Emira bertemu dengan Ghani Parvaiz sang pemeran utama di sebuah pesta perusahaan milik keluarga Ghani, saat itu Emira tidak sengaja melihat Ghani sedang terduduk dengan raut wajah kesakitan.
Emira menghampiri dan menanyakan keadaan Ghani, Emira mengobati luka di wajah Ghani, dan hal itu memicu rasa ingin memiliki dari Ghani. Terdengar klasik memang, tapi mau bagaimana lagi. Sedari kecil Ghani sangat kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, bahkan luka yang didapatkan adalah luka dari sang papa. Sang papa memukul nya karena rasa kesal terhadap rekan bisnisnya, dia melampiaskan rasa kesal tersebut kepada Ghani. Ghani hanya pasrah menerima hal itu karena dia sudah terbiasa sedangkan mamanya hanya selalu acuh melihat kelakuan suaminya terhadap anaknya. Mama Ghani hanya terlalu sibuk mengejar cita-citanya sebagai model papan atas.
Karena sikap kedua orang tuanya itu Ghani menjadi pribadi yang arogan, sombong. Obsesi Ghani terhadap Emira semakin besar kala tau bahwa Emira adalah murid baru disekolahnya. Dia selalu mengerahkan seluruh cara dari hal baik maupun jahat untuk menarik perhatian Emira, namun kegigihan Ghani belum menuaikan hasil karena adanya Derrrien Edgardo, sang pemeran utama kedua laki-laki. Derrrien merupakan sahabat masa kecil dari Emira. Emira dan derrrien sempat terpisah selama masa SMP. Mereka di pertemukan kembali saat Emira menjadi murid baru di sekolah derrrien.
Derrrien selalu mencoba menggagalkan usaha Ghani untuk mendekati Emira, derrrien selalu ada disamping Emira. Dia tak pernah membiarkan Emira sendirian. Cerita mereka tidak lengkap tanpa sang antagonis wanita dan pria. Sang antagonis wanita bernama Elvira Fawwaz, dia sebenarnya tidak terlalu menyukai Ghani. Dia hanya mencoba berada di dekat Ghani karena ingin menjadi pusat perhatian, dia selalu mengejar Ghani bahkan di selalu membully Emira.
Sedangkan antagonis pria bernama Felix Fortino, dia hanya ingin menghancurkan hidup Ghani. Dia dendam kepada Ghani karena dia selalu kalah saat bertarung dan balapan, dia ingin merebut apa pun yang Ghani punya.
Sedangkan aku berperan sebagai figuran yang namanya hanya satu kali di sebut. Kalila Caeli Zaryan, mantan pacar dari pemeran utama kedua laki-laki yaitu derrrien. Hidupku dan Kalila sangat jauh berbeda, aku selalu di lingkupi kasih sayang sedangkan Kalila jauh dari kasih sayang. Dia hanya tinggal bersama bi meta, bi meta merupakan orang yang mengurusnya sedari kecil. Kedua orang tua Kalila seperti mengasingkan Kalila. Mereka tinggal di mansion bersama kaka Kalila yaitu wafda Zaryan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nurul Ain
udah beca author tapi ulang dari awal sualnya seru
2024-11-03
0
Marlina
baru mamir di cerita author
2024-07-29
1