Aku menghela napas panjang, mau bagaimana lagi. Lagi pula ini kesalahanku karena tak mendengarkan larangan dari papa dan papi. Semoga aku bisa kembali ke dunia asliku. Dan semoga waktu berhenti disana, aku tak mau membuat mereka menangisi ku.
Hitung-hitung belajar mandiri, selama ini aku terlalu manja, karena kasih sayang mereka. Aku bersyukur amat sangat, aku akan menanggap ini adalah tantangan.
Toh aku tak termasuk tokoh penting,aku hanya menjadi mantan pacar pemeran utama kedua laki-laki sewaktu smp. Dan itupun tidak lama hanya sekitar 1 bulan. Itu juga gara-gara Kalila yang menyatakan cintanya kepada derrrien. Derrrien menerimanya mungkin karena kasihan terhadap Kalila. Kalila dan derrrien putus karena Kalila memutuskan untuk pindah ke kota sebelah, Kalila meminta putus kepada derrrien yang tentu langsung diiyakan menurut ingatan yang di berikan Kalila kepadaku.
Oke, sekarang panggil aku Lila jangan panggil aku kali ya. Awas saja huh. Lanjut, sekarang aku tengah menatap wajah Lila di cermin, wajah Lila sangat mirip denganku. Cantik, sangat cantik. Hehe.
Dan juga Lila seperti nya menyukai warna soft pink, terlihat kamarnya berwarna soft pink. Aku memakai bando berwarna putih. Lalu aku keluar dari kamar Lila. Rumah ini hanya satu lantai, sungguh orang tua yang kejam bagaimana bisa mereka memperlakukan Lila seperti ini, mereka enak hidup di mansion sedangkan Lila. Ah sudahlah.
Sebenarnya Lila baru pindah ke kota ini, dia baru seminggu dan rumah ini merupakan rumah yang di bangun khusus Lila oleh orang tuanya, mereka hanya mengirimkan uang tanpa menanyakan kabar Lila. Huh orang tua durhaka.
Aku berjalan menuju ruang meja makan, terlihat bi meta sedang sibuk memasak disana. "Ibuuu" Lila memanggil bi meta dengan panggilan ibu, karena dia sudah menganggap bi meta sebagai ibu kandungnya.
Aku memeluk ibu dari belakang, dia sepertinya terkejut karena kurasakan badannya menegang walaupun hanya sebentar.
"Kamu ngagetin ibu aja lili" membalikkan badan kearahku dan balas memelukku.
"Laper" aku memajukan bibirku dan memasang muka memelas.
"Bentar lagi lagi Mateng, duduk dulu disana oke" mengusap rambutku dengan sayang, aku menatap ibu seraya tersenyum.
Aku mengangguk kepala dan berlalu kearah meja makan, duduk seraya menatap punggung ibu. Aku jadi kangen mama huhu.
Tapi tenang, pasti aku bisa kembali kedunia ku. Aku mencoba mengalihkan pemikiranku.
Ibu datang menaruh wafel dan susu vanila menaruh didepan ku. Lalu berbalik untuk membawa wafel untuknya sendiri.
"Ayok makan, katanya laper" kata ibu seraya menatap ku.
Aku menganggukkan kepala, aku memakan wafel ini. Dan rasanya persis seperti buatan mamaku, bagaimana ini air mataku seperti akan turun. Aku menundukkan kepala menyembunyikan air mataku dari ibu.
Menghapus pelan air mata berharap ibu tidak melihat, ketika wafel ku sudah habis aku langsung mengangkat kepalaku lalu meminum susu vanila hingga habis.
Aku menatap ibu, dia sedang menatap ku dengan pandangan yang tak dapat ku artikan "ibu kenapa" ujar ku membalas tatapan matanya.
Ibu menghela napas berat, wafel di piringnya belum habis masih tersisa setengah. "Lila kangen mama dan papa?" Tanya ibu menatap dalam kearahku.
Aku menggelengkan kepala dengan cepat, memang aku memikirkan mama dan papa ku yang asli bukan yang di sini.
Ibu menarik napas berat lagi "nggak papa kalo kangen wajar kok, nggak perlu bohong sama ibu. Dari pada sedih lebih baik kita jalan-jalan di taman yang ada di dekat sini. Mau?" Aku menatap ibu lalu langsung menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Habisin dulu wafelnya ibu, kalo belum habis aku nggak akan mau pergi" ancamku ketika melihat ibu hendak bangkit membawa piring yang berisi setengah wafel.
Ibu tersenyum dan mulai memakan hingga habis wafel itu. Kemudian aku bangkit membantu ibu membawakan piring dan gelas kotor.
"Kamu siap-siap aja sana, biar ibu yang cuci piringnya" aku menganggukkan kepala sebagai jawaban lalu aku mengecup pipi ibu dan berlalu menuju kamarku untuk mengambil rasa dan ponselku.
Setelah di rasa cukup aku langsung keluar dan mengunci pintu kamarku, terlihat di depan pintu ibu sudah menunggu. Aku berlari seraya tersenyum lebar kearahnya, aku tak mau membuat ibu khawatir gara-gara melihat wajah sedihku.
"Ayok ibu, let's go" aku mengandeng tangan ibu, ibu hanya tertawa melihat tingkah ku. Ibu mengunci pintu rumah setelah nya kita berjalan kaki menuju taman, toh kata ibu dekat.
"Ibu nanti, sebelum pulang kita beli es krim dulu ya" aku menunjukkan puppy eyes ku kepadanya.
"Iya, nanti kita mampir ke minimarket" aku bersorak senang seraya melompat.
Selama di perjalanan aku selalu bercerita hal random yang di tanggapi sama randomnya oleh ibu, untuk menuju ke taman membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Dan itu lumayan cape.
Begitu tiba di taman aku langsung menarik ibu ke kursi yang ada di taman, aku merasa lelah. Seperti badan Lila kurang olahraga, besok aku harus olahraga.
"Cape ya" ibu mengusap keringatku dengan sapu tangannya. Aku menganggukkan kepala lalu menyandarkan kepalaku di bahu ibu.
"Lusa kamu mulai bisa sekolah di SMA CRISTALES, ibu urusan pendaftarannya kemarin" aku menegakan kepalaku ketika mendengar nama SMAnya.
Gawat, itu adalah tempat belajar para tokoh. Seharusnya aku tidak bersekolah di CRISTALES. Aturan Lila bersekolah di sekolah antagonis pria. Apa aku menghancurkan alur ceritanya? Seperti iya, aku menggigit kuku. Kebiasaan burukku terbawa ke dunia novel ini. Aku slalu mengigit kuku ku ketika aku khawatir dan takut berlebihan.
"Kamu kenapa? Muka kamu pucet, ada yang sakit?" Aku mengalihkan tatapan kearah ibu, terlihat dari raut wajahnya. Dia terlihat khawatir kearahku.
"Aku nggak papa bu, mungkin efek berjalan jauh. Dan ibu bisakah aku pindah sekolah?" Aku menatap serius kepadanya.
"Ibu kira kamu sakit, kamu harus banyak olahraga biar badannya ngga gampang lemes. Kenapa pengen pindah? hmm" ibu mengusap kening ku yang berkeringat dingin.
" Aku cuma ngga mau satu sekolah sama kaka" aku menundukkan kepalaku, maaf ibu aku berbohong. Aku tidak ada alasan lagi selain menggunakan alasan itu. Dan untung saja Kaka Lila bersekolah disitu.
Ibu menghela napas pelan, mengelus rambutku "Lila tenang aja, ibu yakin Lila akan jarang bertemu dengan kaka. Karena Kaka kan sudah kelas dua belas, sedangkan Lila kelas sebelas" aku menghela napas gusar, bagaimana ini alasan apa lagi yang ku berikan kepada ibu. Aku tak mungkin mengatakan kalo aku sebenarnya takut karena harus satu sekolah dengan pemeran novel.
Dan Kaka Lila seangkatan dengan derrrien dan Ghani bahkan Kaka Lila adalah sahabat dekat Ghani.
Aku menghela napas pasrah, yang terjadi biarlah terjadi "iya Bu" ujarku pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
༄ᴵᵏᵏQuenzyᥫ᭡
tinggal pindah apa susah nya lo
2024-12-22
1