Pagi pagi sekitar jam tujuh an, kediaman tuan Ardian terjadi kegemparan luar biasa. Beberapa petinggi Bumi Karya Engineering berkumpul di rumah tuan Ardian.
"Bagai mana bisa terjadi tuan, kan semua rahasia perusahaan, termasuk acun keuangan perusahaan, cuma tuan yang tahu sandi nya?" tanya pak Broto.
"Saya tahu, tetapi tadi pagi saat saya mengontrol seluruh aset perusahaan, kas perusahaan sudah kosong melompong, bahkan seluruh simpanan ku di beberapa negara juga habis tidak ada sisa nya, setelah ku lacak, aku sendiri yang mentransfer dana dana itu ke berbagai macam rekening, dan celaka nya kini rekening rekening itu tidak bisa di lacak, karena berpindah pindah bank, berpindah pindah negara" ujar tuan Ardian menangis.
Seorang wanita cantik masuk keruangan itu, sambil menenteng handphone nya.
"Ada apa Bu Selvy?, kelihatan nya buru buru?" tanya pak Broto heran melihat sikap wanita cantik sekretaris pribadi tuan Adrian itu.
"Lihat saja sendiri pak Broto!" tukas Bu Selvy menyerahkan handphone nya kepada pak Broto.
Pria paro baya itu terbelalak melihat apa yang tertera di layar handphone Bu Selvy itu.
"Hot Line!, PT Bumi Karya Engineering diduga mengemplang pajak di berbagai bidang usah" begitu bunyi tulisan yang di tampilkan oleh salah satu harian ternama ibu kota itu, lengkap dengan data data nya.
"Perusahaan sudah pailit, kas perusahaan dikuras hacker , bahkan dana simpanan pribadi ku pun di kuras orang, sedangkan utang pada investor asing sudah jatuh tempo bulan ini, BUYUNG!, kemarin kau bilang gampang, tidak apa apa, kau yang menyuruh ku melawan si Tua gila itu, kau tahu dia iblis berbahaya, tetapi tetap saja kau suruh aku melawan nya, kau menjerumuskan aku Buyung!" bentak Ardian murka.
"Aku tidak memaksa mu menuruti usul ku tuan, kau sendiri yang memutuskan nya, bukan aku yang salah, usul itu seharus nya tuan pertimbangkan terlebih dahulu, jangan asal menyetujui nya!" kini malahan Buyung yang menceramahi tuan Adrian, seolah olah dia manusia yang paling benar ada nya.
"Kau memang bangsat Buyung, sekarang apa pikiran mu, bagaimana cara nya kita mengembalikan semua kekayaan ku yang hilang lenyap hanya dalam satu malam" kata tuan Ardian minta pikiran dari pengacara yang di nilai paling cerdas itu.
"Mana aku tahu urusan seperti itu tuan, kalau urusan aturan perundang undangan, aku tahu, lagi pula ini bukan salah ku, tuan bos nya, kenapa harus tunduk pada perkataan ku" ujar Buyung.
"Kau memang keparat Buyung, kau penasehat hukum ku, kau ku gajih besar, namun kini kau mau lepas tangan begitu saja, kau benar benar keparat Buyung!" umpat tuan Ardian murka.
"Sudahlah tuan!, aku mohon diri, berhenti dari tim kuasa hukum mu, aku sudah bosan dengan sikap mu" ucap Buyung tanpa merasa bersalah. Didalam pikiran nya, kini tuan Ardian sudah tidak punya apa apa lagi, seperti se ekor singa yang kehilangan taring serta cakar nya.
Buyung memutar tubuh nya bermaksud meninggalkan tempat itu. Apa lagi yang dia harapkan dari seorang pria yang kini sudah tidak punya apa apa lagi itu.
"Dor!" ....
"Dor!" ....
Baru saja Buyung berjalan satu langkah, terdengar suara tembakan.
Buyung tegak berdiri seperti belum sadar dengan apa yang telah terjadi. Dari belakang kepala nya, menetes darah segar, terkena tembakan dari pistol yang di pegang tuan Ardian.
"Dor!" ...
"Dor!" ....
Belum Hilang keterkejutan orang orang, tiba tiba tuan Ardian roboh setelah dua kali menembak kepala nya sendiri.
Kini rumah kediaman tuan Ardian benar benar terjadi kegemparan luar biasa, Buyung sang pengacara andalan tuan Ardian yang sering memenangkan berbagai kasus yang dihadapi tuan Ardian, kini tewas ditembak tuan Ardian sendiri, sebelum menembak kepala nya sendiri.
Di ruang tahanan kepolisian, pagi pagi sekali kepala polisi datang ke kantornya khusus ke ruang tahanan.
"Cepat lepaskan pemuda itu, tadi malam jendral menelpon ku, beliau sangat marah dengan tindakan kalian yang tanpa penyelidikan terlebih dahulu, cepat buat berita acara bukti dan saksi tidak kuat, lekaslah suruh pemuda itu pulang, kasih uang untuk ongkos dia pulang" kata kepala polisi itu.
Pagi menjelang siang, Ridho pulang ke rumah kontrakan nya dengan naik Go-Jek.
Ridho tidak langsung pulang ke rumah kontrakan nya, tetapi terlebih dahulu mampir di warung kopi Mpok Sari untuk menikmati segelas kopi panas.
Mpok Sari, Rizal dan Majid terkejut bukan main melihat pagi pagi Ridho sudah mampir di warung itu.
"Heh elo kabur dari Do?" tanya Mpok Sari agak takut.
"Ah tidak lah Mpok, mana saya berani kabur segala, tadi pagi kepala kepolisian sektor datang pagi pagi, menyuruh melepaskan saya, karena bukti dan saksi yang tidak kuat kata nya" jawab Ridho.
"Jadi?, elo memang bener kaga lari kan Do?" tanya Mpok Sari lagi.
"Iya lah Mpok, ini surat pelepasan saya yang menyatakan saya tidak bersalah apa apa, perkelahian itu terjadi kan karena saya menolong seorang gadis yang hampir menjadi korban perkosaan mpok!" jawab Ridho seadanya nya.
Setelah membaca surat pelepasan Ridho dari tahanan kepolisian, Mpok Sari dan Rizal serta Majid pun merasa senang sekali, rasa Was Was dihati mereka lenyap begitu saja.
"Syukurlah elu dilepaskan Do, Nyang name Nye orang kaga salah juga, kudu Allah tolongin dah pasti" kata Mpok Sari dengan logat nya yang mendok.
"Iya Do, Syukur Alhamdulillah, kau ini sebenar nya pahlawan, bukan penjahat!" timpal Majid.
"Mpok kenal dengan Mat Sani mpok?" tanya Ridho sambil menyeruput kopi panas nya.
Mat Sani Nyang orang pasar kodok sono?, kenal sih kaga, tapi tau, die nye pale preman pasar kodok, kabar nye sering ngebunuhin orang, emang Nye ada ape ya Do?"tanya Mpok Sari.
"Ido sama dia satu tahanan di kepolisian mpok" jawab Ridho.
"Haaaah?, apakah kau dipukuli nya Do?" tanya Majid khawatir.
"Alhamdulillah, tidak Jid, lihatlah, aku sehat sehat saja kan?" ujar Ridho merentangkan kedua tangan nya.
"Ah syukurlah, syukurlah, kami khawatir terjadi sesuatu dengan mu Do" kata Rizal.
Ridho mengambil nasi bungkus, lantas melahap nya perlahan, "ambilah Jid, Zal, aku traktir" tawar Ridho.
"Terimakasih Do, kebetulan aku lagi lapar, hari ini niat nya ngebon sama Mpok Sari" kata Rizal mengambil sebungkus nasi, begitu juga dengan Majid.
Setelah selesai makan dan minum kopi serta membayar semua nya, Ridho bermaksud kerumah Kiai Rahmad menanyakan kelanjutan pekerjaan nya, karena dia malu dengan sering nya mendatangkan masalah hingga merembet rembet pada Mesjid.
Dirumah Kiai Rahmad, nampak pintu nya ter tutup, mungkin orang nya di kebun belakang rumah nya.
"Assalamualaikum!" Ridho memberi salam.
Sunyi tidak ada jawaban.
"Assalamualaikum!" kali ini disertai dengan ketukan di pintu rumah nya.
Masih sepi tidak ada jawaban apapun juga.
"Assalamualaikum!" untuk yang ketiga kali nya Ridho mengucapkan salam.
"Wa' Alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh" terdengar langkah buru buru dari dalam rumah menuju pintu.
"Ya Allah nak Ridho, nak Ridho tidak lari kan nak?" tanya umi Aisyah di ambang pintu.
"Alhamdulillah tidak ummi, ini surat pelepasan Ridho, Ridho dinyatakan tidak cukup bukti, Kiai ada ummi?" tanya Ridho.
"ada, ada, tunggu lah sebentar, duduk lah dulu nak, ummi panggilkan Abi dulu" kata umi Aisyah mempersilahkan Ridho duduk di kursi teras.
Tidaklah terlalu lama, Kiai Rahmad muncul dengan langkah buru buru.
"Alhamdulillah, akhirnya pertolongan Allah datang juga nak, bagai mana keadaan mu disana, tetap sholat kan?" tanya Kiai Rahmad.
"Alhamdulillah kiai, semoga Allah menguatkan saya agar selalu Istiqomah di jalan nya" sahut Ridho.
"Alhamdulillah nak, beristirahat sajalah dulu nak, barang satu dia hari, tenangkan diri mu" ujar Kiai Rahmad.
"Terimakasih Kiai, maksud saya kemari hanya ingin minta ijin dari Kiai untuk mundur dari pekerjaan saya ini, saya merasa ada yang tidak menghendaki keberadaan saya di lingkungan Mesjid ini Kiai, lagi pula sudah beberapa kali saya membuat masalah di mesjid ini Kiai, saya merasa malu, tak pantas rasa nya saya menjadi marbot di Mesjid ini" ujar Ridho.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
anteng tjaa
tambah seru je ni kayaknye
2025-02-08
0
Imam Sutoto Suro
woow keren
2024-09-29
0