Neng Umi Habibah.

Siang Jum'at itu terjadi kehebohan di lingkungan Mesjid Nurul iman. Beberapa anggota Ta'mir mesjid bergosip tentang anak baru kesayangan Kiai Rahmad yang diajak makan siang oleh sang kiai.

Belum pernah ada sejarah nya, seorang Marbot mesjid diundang oleh Kiai untuk makan siang bersama.

Seperti melempar bola panas, gosip pun bergulir begitu saja, dari mulut ke mulut yang mengatakan jika Kiai Rahmad menjodohkan putri nya Umi Habibah dengan Ridho anak marbot baru.

Tetapi yang nama nya Kiai Rahmad, beliau tidak ambil pusing dengan gosip yang beredar luas itu, bagi nya, terserah Allah yang menentukan jodoh putri nya. Kalaupun benar, Alhamdulillah, kalaupun tidak, tidak mengapa.

Marbot mesjid ini berjumlah empat orang dengan Ridho, yaitu Majid, Azis, Rizal dan Ridho sendiri.

Karena Azis sedang cuti pulang kampung, kini tinggal Ridho pengganti Azis yang setiap masuk waktu sholat disuruh azan.

Begitu juga pada hari Jumat, Ridho lah yang mengisi kekosongan jadwal Mu'ajin selama di tinggal oleh Azis.

Disela sela waktu kosong setelah membersihkan mesjid, Ridho sering nongkrong di taman, di ujung jalan sekitar dua kilometer dari mesjid.

Di taman yang agak sunyi di tepi kali itulah yang menjadi tempat favorit Ridho untuk menyendiri.

Diantara rekan kerja nya, Majid dan Rizal sangat mendukung Ridho dengan neng Umi Habibah putri Kiai Rahmad.

Namun Ridho cukup tahu diri dia yang cuma lulusan SMK di kampung, tidak berani berangan angan terlalu tinggi, bersanding dengan putri sang kiai yang lulusan universitas Al Azhar Mesir itu.

"Kalau memang jodoh, pasti Allah dekat kan, jika tidak jodoh, meskipun sudah berjanji setia, akan gagal juga" itulah yang selalu di ucapkan oleh nya.

Setelah dua Minggu, Azis datang dari kampung, kembali bertugas sebagai mana biasa nya, namun kini tugas azan lebih banyak di limpahkan oleh Kiai kepada Ridho.

Dengan jarang nya mendapat jatah jadi mu'ajin di hari Jum'at, spontan penghasilan mingguan Azis juga berkurang drastis.

Rasa tidak suka Azis kepada Ridho yang tumbuh sedari awal, kini berkembang menjadi kebencian nya.

Apalagi dengan desas desus yang berhembus di kalangan Ta'mir mesjid, jika Kiai Rahmad memilih Ridho sebagai calon menantu, Azis yang menaruh hati pada Neng Umi Habibah, menjadi semakin membenci Ridho.

Semula Azis tidak ingin mempercayai perkataan orang orang, namun melihat begitu sering nya Kiai Rahmad mengundang Ridho makan siang, membuat Azis mau tidak mau, percaya juga dengan isu yang berkembang itu pada akhirnya.

Ridho tidak ingin terlalu banyak menanggapi omongan orang orang, selama Kiai Rahmad tidak terganggu, dia lebih memilih diam saja. Walau dia ingin membantah, tetapi takut kalau kalau Kiai tersinggung dengan ucapan nya.

Pagi itu, setelah selesai sholat subuh, Kiai memanggil Ridho.

"Do!, kamu bisa nyopir kan?" tanya Kiai Rahmad menatap Ridho sambil tersenyum ramah.

"Bisa Kiai" jawab Ridho singkat.

"Nanti tolong antarkan Bibah ke luar Kota, tidak terlalu jauh kok, kata nya ada pengajian yang harus dia isi, tolong ya Do" pinta Kiai Rahmad sambil menepuk pundak Ridho.

"Iya Kiai, siap!" sahut Ridho sambil menganggukkan kepala nya, "jam berapa kira kira?" ....

"Nanti Bibah akan telpon kamu, nomor handphone kamu sudah saya kasih sama Bibah, tunggu saja Do, saya kurang jelas jam berapa, Abi tidak bisa ngantar, soal nya ada undangan Tausiah di mesjid Al Ikhlas, kata nya acara sama anak yatim-piatu" kata Kiai Rahmad sambil berlalu kembali ke rumah nya.

"Plak!" ....

"Calon mantu pak Kiai, sudah di beri lampu hijau, masuk langsung Do!" Rizal menepuk pundak Ridho.

"Ah mana mungkin mas, itu cuma khayalan mas saja, tidak mungkin seorang Kiai sekelas beliau mencari menantu pemuda yatim-piatu seperti saya ini" sahut Ridho merendah.

"Eleh, kau ini terlalu banyak lagu, Bibah juga terlihat jelas menyukai kamu, tembak langsung saja Do, nanti keduluan mas Azis, dia sudah lama ngincar putri kiai yang cantik dan Solehah itu, bahkan semenjak pulang dari Mesir dulu lagi!" timpal Majid ikut bicara.

"Enggak ah mas Majid, takut salah ngomong saya nya, biarlah Allah yang atur deh, bila memang jodoh, pasti akan terjadi, bila memang bukan jodoh, dikejar kaya apa juga akan lepas, saya sudah mengalami nya mas" sahut Ridho menatap kearah luar Mesjid.

Terlihat Azis berjalan mendekati mereka. Azis adalah marbot senior di Mesjid itu, dan usia nya paling tua Dian Tara mereka berempat, sedangkan Ridho paling muda.

"Ada apaan sih?" tanya Azis penasaran.

"Ah mau tahu aja" sahut Majid langsung.

"Seperti penting saja, pakai rahasia rahasiakan segala" tukas Azis lagi, nampak dia mulai tidak suka.

"Ini mas, tadi Kiai Rahmad minta Ridho mengantarkan neng Bibah keluar kota, ada acara pengajian kata nya" Rizal menjelaskan.

Mendengar itu, nampak sekali wajah Azis semakin tidak suka.

"Kenapa harus Ridho sih?, apa apa Ridho!, semua nya Ridho!, sampai sampai ngantar putri nya pun Ridho!, kiai pilih kasih!" seru Azis gusar.

"Lha iya lah mas!, kalau nyuruh mas Azis yang ngantar neng Bibah, bukan nya sampai, yang ada nyungsep ke kali, mas Azis kan sama saja kaya kita kita ini, kagak bisa nyupirin mobil!" sanggah Majid sambil tertawa terbahak bahak melihat kekonyolan rekan senior nya itu.

Tiba tiba handphone Ridho berbunyi, panggilan wa dengan nomor masuk baru.

"Halo assalamualaikum ini siapa ya?" tanya Ridho.

"Wa' Alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, ini Bibah Do, maaf Bibah dapat nomor Ridho dari Abi, Abi sudah bilang kan tadi Do?" tanya neng Umi Habibah dari seberang sambungan telpon.

"Ooh Nang Bibah?, sudah neng, jam berapa berangkat nya?" tanya Ridho.

"Jam delapan lah, soal nya mau mampir ke mall dulu, ada yang di cari mas, udah ya, jangan lupa lho" kata Umi Habibah mengakhiri percakapan mereka.

Ridho segera menyimpan nomor neng Umi Habibah di handphone nya.

"Cie cie, yang udah telponan nih ye, bahagia banget" goda Majid sambil memanas manasi Azis.

Sedari awal bekerja, sebenar nya Majid tidak menyukai Azis, karena sikap nya yang agak sombong karena bisa azan dan sering disuruh suruh pak Kiai Rahmad.

Namun semenjak kedatangan Ridho, nampak nya kedudukan Azis mulai tergeser kan, karena ibarat kualitas, Azis sekedar modal pandai ngaji saja, sedangkan Ridho selain pandai ngaji, plus suara nya merdu dan mengena di jiwa, serta pembawaan nya rendah hati, itulah yang membuat semua orang menyukai nya.

Namun sebagai mana kebiasaan orang sombong, Azis bukan nya introspeksi diri dan berusaha memperbaiki kekurangan nya, dia justru sibuk menyalahkan orang lain, bagi nya, gara gara kedatangan Ridho lah maka kedudukan nya tergeser, dan yang lebih utama, terlihat jelas jika neng Umi Habibah lebih respect pada Ridho ketimbang kepada diri nya.

"Saya pulang dulu ya mas mas semua nya, mau siap siap dulu" Ridho mengucapkan salam, lalu berbalik keluar dari Mesjid.

Guntur yang lebih dahulu pulang sesudah sholat subuh berjamaah tadi, terlihat sudah duduk di teras kontrakan sambil menikmati kopi panas nya.

"Air nya masih panas tuh Do, bikin kopi dulu" tawar Guntur pada Ridho.

Ridho segera mengganti pakaian nya dengan celana jins dan baju kemeja lengan pendek nya, lalu ke dapur membuat kopi panas.

"Wiiih!, mau kemana nih, kok sudah rapi?" tanya Guntur menatap kearah Ridho yang sudah siap dengan pakaian rapi nya.

"Kiai Rahmad meminta ku untuk mengantarkan neng Umi Habibah ke luar kota, mengisi pengajian kata nya"jawab Ridho.

"Wiiih!, mantap tuh, Pepet terus deh pokok nya, aku dukung kamu!" kata Guntur bertepuk tangan.

"Apaan sih Tur!, orang kita tidak punya hubungan spesial apapun, ini perintah dari Kiai kok, kebetulan kiai ada acara ngisi tausiah di tempat lain, gitu" Ridho menjelaskan alasan nya.

"Terserah kau lah Do, tetapi aku melihat Kiai lebih condong kepada mu ketimbang mas Azis yang ngebet banget sama neng Bibah"ujar Guntur.

Ridho meneguk kopi panas nya tanpa menengok kearah guntur lagi.

"Jam berapa berangkat nya Do?" tanya Guntur.

"Tadi neng Bibah bilang jam delapan, mau mampir ke mall dulu kata nya, ada yang di cari" jawab Ridho.

"Waaoooo nampak nya gadis itu memang ada titik titik pada mu" kata Guntur lagi sambil bertepuk tangan.

"Titik titik apa?, titik titik noda?" sela Ridho.

"Ha ha ha ha, kau yang membuat noda itu ha ha ha ha" sambung Guntur tertawa geli.

"Enak saja kau, jelek jelek begini, aku tidak pernah menodai anak orang!" sanggah Ridho .

Mereka berdua pun pecah dalam tawa nya.

...****************...

Terpopuler

Comments

DPras

DPras

mamtap

2024-10-10

0

Imam Sutoto Suro

Imam Sutoto Suro

mantuul gan lanjut

2024-09-27

0

Honay Ar

Honay Ar

maaaantaaaaapz

2024-09-09

1

lihat semua
Episodes
1 Ayah!.
2 Gamang.
3 Berbenah Diri Kembali.
4 Kenyataan Terpilu.
5 Jadi Marbot Mesjid.
6 Kiai Rahmad.
7 Neng Umi Habibah.
8 Kencan Gagal Karena Putri.
9 Pria Tua di Taman.
10 Menolong Pria Tua.
11 Nikmat nya Secangkir Kopi.
12 Kedatangan Putri.
13 Menolong Rita.
14 Insiden di Dealer Motor.
15 Rencana Masa Depan.
16 Tragedi di Jalanan.
17 Begal Sial.
18 Kemurkaan Kakek Syarkawi.
19 Di Ruang Sel.
20 Hancur.
21 Sarah Minggat.
22 Dokter Anastasya.
23 Di Tampar Bibir.
24 Ditangkap Orang Kampung.
25 Parfum Cap Ompol.
26 Harapan Kakek Syarkawi.
27 Suci nya Cinta Dalam Diam.
28 Doa Malam yang Bikin Resah.
29 Mencari Peluang Usaha.
30 Tersulut Bara, yang Terbakar Hati.
31 Berdamai dengan Hati.
32 Pacaran Setelah Menikah.
33 Kencan Pertama.
34 Bertemu Rita.
35 Misteri Photo Kenangan.
36 Darah Langka.
37 Perjalanan Menuju Keabadian.
38 Bantuan Keluarga Alam.
39 Kesedihan Anastasya.
40 Rangsangan Ayat Suci Alquran.
41 Melewati Masa Kritis.
42 Ridho Bangun.
43 Dari Hati ke Hati.
44 Gelang Besi Putih Berbentuk Naga.
45 Mulai Tumbuh Bertunas.
46 Keputusan Asaan Rita.
47 Bimbang.
48 Bengkel Tua.
49 Membeli Bengkel Tua.
50 Bengkel Dua Sekawan.
51 Berita Mengejutkan.
52 Pisah Rumah.
53 Pilu.
54 Pulang Kampung.
55 Penyesalan Intan.
56 Belah Duren.
57 Setelah Belah Duren.
58 Anastasya Bucin.
59 Air Mata Seorang Ibu.
60 Rencana Hidup Sederhana.
61 Anastaria.
62 Mendung di Atas Pusara.
63 Demi Harga Diri.
64 Keputusan Anastasya.
65 Air Mata Haru Anastasya.
66 Arianto Lamaran.
67 Pengorbanan Seorang Ibu.
68 Tamu Terhormat.
69 Panti Asuhan Al Yatim.
70 Awal Kehancuran Klan Mangandara.
71 Serangan Para Preman.
72 Masalah Mulai Bermunculan.
73 Memulai Kehancuran.
74 Anastasya semakin posesif.
75 Hamil.
76 Guntur dan Rita Jadian.
77 Ngidam Lontong Sayur.
78 Kemesraan.
79 Emilia pinjam Uang.
80 Ulah Geng Motor.
81 Penyerahan Kepemilikan Rumah Sakit.
82 Yogi.
83 Riak Dalam Perkawinan
84 Pelakor.
85 Ancaman Bu Meiske.
86 Mbah Kijang.
87 Bu Meiske Menebar Petaka.
88 Saling Menguatkan.
89 Teka teki Yogi.
90 Di Rumah Kakek Aril.
91 Pertentangan dalam Keluarga.
92 Keluarga pengganggu.
93 Tragedi di Mall.
94 Geger Negeri.
95 Tengku Ahmad Malindo.
96 Di Istana Syah Jaya.
97 Bu Meiske Mulai Terhimpit Masalah.
98 Kemesraan Ridho dan Anastasya.
99 Pengganti yang Hilang.
100 Pesta Rita dan Guntur.
101 Kepiluan hati Puan Rusinah.
102 Intan Menebar Duri.
103 Roda Roda Kehidupan.
104 Bu Meiske Terpuruk.
105 Kesadaran Bu Meiske.
106 Kecemasan Ridho.
107 Kedatangan Rudi.
108 Rudi Berulah.
109 Abang Badil Murka.
110 Kenekatan Bu Meiske.
111 Perasaan Anastasya.
112 Geger di Desa Paku.
113 Melawan Penjahat.
114 Penutup.
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Ayah!.
2
Gamang.
3
Berbenah Diri Kembali.
4
Kenyataan Terpilu.
5
Jadi Marbot Mesjid.
6
Kiai Rahmad.
7
Neng Umi Habibah.
8
Kencan Gagal Karena Putri.
9
Pria Tua di Taman.
10
Menolong Pria Tua.
11
Nikmat nya Secangkir Kopi.
12
Kedatangan Putri.
13
Menolong Rita.
14
Insiden di Dealer Motor.
15
Rencana Masa Depan.
16
Tragedi di Jalanan.
17
Begal Sial.
18
Kemurkaan Kakek Syarkawi.
19
Di Ruang Sel.
20
Hancur.
21
Sarah Minggat.
22
Dokter Anastasya.
23
Di Tampar Bibir.
24
Ditangkap Orang Kampung.
25
Parfum Cap Ompol.
26
Harapan Kakek Syarkawi.
27
Suci nya Cinta Dalam Diam.
28
Doa Malam yang Bikin Resah.
29
Mencari Peluang Usaha.
30
Tersulut Bara, yang Terbakar Hati.
31
Berdamai dengan Hati.
32
Pacaran Setelah Menikah.
33
Kencan Pertama.
34
Bertemu Rita.
35
Misteri Photo Kenangan.
36
Darah Langka.
37
Perjalanan Menuju Keabadian.
38
Bantuan Keluarga Alam.
39
Kesedihan Anastasya.
40
Rangsangan Ayat Suci Alquran.
41
Melewati Masa Kritis.
42
Ridho Bangun.
43
Dari Hati ke Hati.
44
Gelang Besi Putih Berbentuk Naga.
45
Mulai Tumbuh Bertunas.
46
Keputusan Asaan Rita.
47
Bimbang.
48
Bengkel Tua.
49
Membeli Bengkel Tua.
50
Bengkel Dua Sekawan.
51
Berita Mengejutkan.
52
Pisah Rumah.
53
Pilu.
54
Pulang Kampung.
55
Penyesalan Intan.
56
Belah Duren.
57
Setelah Belah Duren.
58
Anastasya Bucin.
59
Air Mata Seorang Ibu.
60
Rencana Hidup Sederhana.
61
Anastaria.
62
Mendung di Atas Pusara.
63
Demi Harga Diri.
64
Keputusan Anastasya.
65
Air Mata Haru Anastasya.
66
Arianto Lamaran.
67
Pengorbanan Seorang Ibu.
68
Tamu Terhormat.
69
Panti Asuhan Al Yatim.
70
Awal Kehancuran Klan Mangandara.
71
Serangan Para Preman.
72
Masalah Mulai Bermunculan.
73
Memulai Kehancuran.
74
Anastasya semakin posesif.
75
Hamil.
76
Guntur dan Rita Jadian.
77
Ngidam Lontong Sayur.
78
Kemesraan.
79
Emilia pinjam Uang.
80
Ulah Geng Motor.
81
Penyerahan Kepemilikan Rumah Sakit.
82
Yogi.
83
Riak Dalam Perkawinan
84
Pelakor.
85
Ancaman Bu Meiske.
86
Mbah Kijang.
87
Bu Meiske Menebar Petaka.
88
Saling Menguatkan.
89
Teka teki Yogi.
90
Di Rumah Kakek Aril.
91
Pertentangan dalam Keluarga.
92
Keluarga pengganggu.
93
Tragedi di Mall.
94
Geger Negeri.
95
Tengku Ahmad Malindo.
96
Di Istana Syah Jaya.
97
Bu Meiske Mulai Terhimpit Masalah.
98
Kemesraan Ridho dan Anastasya.
99
Pengganti yang Hilang.
100
Pesta Rita dan Guntur.
101
Kepiluan hati Puan Rusinah.
102
Intan Menebar Duri.
103
Roda Roda Kehidupan.
104
Bu Meiske Terpuruk.
105
Kesadaran Bu Meiske.
106
Kecemasan Ridho.
107
Kedatangan Rudi.
108
Rudi Berulah.
109
Abang Badil Murka.
110
Kenekatan Bu Meiske.
111
Perasaan Anastasya.
112
Geger di Desa Paku.
113
Melawan Penjahat.
114
Penutup.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!