Kedatangan Putri.

Pagi ini, setelah shalat Zuhur, Ridho pulang ke kontrakan nya.

Guntur sedari pagi sudah pergi ke kampus nya.

Namun baru tiba di depan gang tempat kontrakan nya berada, sebuah mobil terlihat terparkir di sana, tanpa ada seorang pun.

Tidak terlalu ambil pusing, Ridho meneruskan langkah nya memasuki gang itu.

Di dalam gang, dia berbelok ke kiri, masuk ke arah kontrakan nya berada.

Namun langkah nya terhenti di ujung kontrakan, karena di teras depan kontrakan itu, terlihat putri sedang duduk di kursi sambil asik bermain handphone.

"Hm!, eh putri?, kau mencari Guntur kah?, Guntur sejak pagi tadi ke Kampus kuliah" sapa Ridho sambil membuka pintu kontrakan nya.

"Tidak!, aku tidak mencari kak Guntur kok, sekedar mampir saja, masa tidak boleh, lagi pula kontrakan ini kan yang bayar pasti kak Guntur juga kan?" tebak Putri dengan nada merendahkan nya yang tidak pernah hilang itu.

"Alhamdulillah, hingga saat ini, tidak se peser pun uang guntur keluar, kecuali untuk makan nya, lagi pula buat apa aku meminta Guntur bayar, bila aku sendiri juga mampu membayar nya kok" sahut Ridho lembut sambil tersenyum di bibir nya.

"Ah sudah lah, terserah kau saja, aku mau ke toko Gramedia, banyak buku yang ingin aku cari, temani aku ke sana, kau kan pandai menyopir mobil?" kata kata putri bukan seperti permintaan, tetapi lebih sebagai perintah.

Ridho termenung beberapa saat lama nya, berpikir apakah dia terima atau dia tolak.

Karena tidak enak dengan Guntur, akhirnya Ridho mau mengantarkan Putri ke toko Gramedia.

"Baiklah, tunggu sebentar, aku mau ganti pakaian dulu" tukas Ridho sambil masuk kedalam rumah nya.

Namun ternyata gadis itu turut masuk kedalam kontrakan itu pula.

"Maaf putri, kita tidak boleh berada di dalam ruangan hanya berduaan, ini tidak baik" ucap Ridho mengingatkan putri.

Tetapi gadis itu bukan nya menurut, malahan mengomel panjang pendek, yang pada akhirnya, seolah olah Ridho lah yang salah.

"Inikan kontrakan kakak ku juga, apa salah nya seorang adik datang ke kontrakan kakak nya, cerewet amat sin kamu, kaya nenek nenek peot aja!" omel putri.

"Tidak salah sih, tetapi kakak mu kan belum datang?, dan kita berdua yang bukan muhrim berada di satu ruangan, itu tidak baik putri, tunggulah di luar, aku cuma sebentar saja kok" bujuk Ridho.

"Cerewet banget kamu, sudah!, sudah lah!, kau tidak usah mengantarkan aku, aku bisa pergi sendiri, lagian buat apa diantar pria bego macam kamu, aku pergi saja" bentak Putri sambil mendorong tubuh Ridho hingga mentok ke tembok.

Ridho termenung sendiri, melihat apa yang dilakukan oleh putri kepada nya itu.

"Put!, tunggulah sebentar dulu put, aku akan mengantarkan kamu, tapi tunggu sebentar, aku ganti pakaian dulu" Ridho berusaha menahan Putri.

"Bodo amat bego!, pria bego!, aku benci kamu, dasar tolol!" bentak Putri marah, berlalu cepat dari tempat itu.

Kini tinggal Ridho sendirian dalam kebingungan, antara mengejar Putri, atau membiarkan nya pergi sendirian.

"Ah sudahlah, aku sudah berusaha berbaik baik dengan nya, dia yang tidak ingin berbaikan dengan ku" gumam Ridho sambil melepaskan gamis nya, lalu memakai celana pendek dan kaos oblong.

Baru saja Ridho mau duduk di teras kontrakan nya, dari arah depan kontrakan, masuk motor milik Guntur, yang diparkirkan di depan kontrakan nya.

"Ada apa Tur?" tanya Ridho heran.

"Sudah tidak ada kuliah, dosen nya sedang dinas di luar daerah, jadi pulang saja lah, oh iya Do, tadi kulihat seperti nya mobil milik Putri ya?" tanya Guntur sambil menghempaskan pantat nya di kursi teras.

"Iya Tur!, tadi dia minta tolong diantarkan ke toko Gramedia, ada buku buku yang dicari kata nya, waktu aku masuk mau ganti pakaian, dia ikut masuk, kubilang tunggu saja di luar, karena kurang baik aku dan dia berduaan didalam kontrakan sementara kau tidak ada, aku takut terjadi fitnah Tur!, maafkan aku, bukan maksudku mengusir adik mu" Ridho berusaha menjelaskan pada Guntur, dia takut terjadi kesalah pahaman diantara mereka.

Guntur menghela nafas panjang, menatap kearah ujung kontrakan yang merupakan gerbang keluar ke gang.

"Lalu dia marah dan mencaci maki kamu kan?" tebak Guntur.

Ridho nyengir, "he he he he, kau sudah tahu kok, untuk apa lagi ku jelas kan" ....

"Maafin putri ya Do, dia terlalu dimanja ayah dan ibu ku, maka nya sifat nya seperti itu" Guntur menatap Ridho penuh permohonan.

"Aku tidak memikirkan itu Tur, tenang saja, aku sudah memaafkan adik mu, terlalu murah persahabatan kita bila harus hancur hanya karena gara gara aku tersinggung dengan sikap adik mu itu" ucap Ridho menepuk pundak Guntur sambil tersenyum.

Guntur menatap kearah Ridho sambil tersenyum, "terimakasih ya Do" ....

"Iya, santai saja" .

Guntur merebahkan tubuh nya diatas kasur, sambil mencoba memejamkan mata nya.

"Kau tidak kemana mana lagi kah?" pertanyaan Ridho membuat Guntur membuka mata nya.

"Tidak Do, mau rebahan saja, tubuh ku cape, tadi di kampus main basket" sahut nya sambil memejamkan mata nya kembali.

"Motor mu ku pinjam dulu ya Tur?" .

"Tuh kunci nya diatas nakas, mau kemana memang nya? Tanya Guntur kembali membuka mata nya lagi, menatap ke arah sahabat nya itu.

"Nyari baju kaos untuk harian Tur, baju ku sudah mulai sobek, ketuaan" jawab Ridho.

"Ooh, ya udah, hati hati ya" .

"Iya, oh iya kau sudah makan Tur?, ntar aku belikan sekalian pulang nya nanti" tawar Ridho.

"Hm boleh deh, tapi pecel aja tidak usah pakai cingur, cabe nya empat" sahut anak muda itu tanpa membuka mata nya.

Ridho segera meninggalkan kontrakan nya, menggunakan motor CBR 250 milik Guntur.

Ridho keluar dari kampung dalam lewat jalan dekat taman lalu berbelok ke sebelah kanan, kearah jalan raya.

Ridho pergi ke pasar Rakyat untuk mencari beberapa lembar baju kaos serta celana pendek harian.

Sesudah itu mampir di warung pecel untuk membeli dua bungkus pecel untuk diri nya dan Guntur.

Sambil menunggu bibi pecel membuatkan pecel untuk nya, Ridho duduk di kursi panjang, warung pecel itu.

Tiba tiba di dekat Motor nya, berhenti sebuah mobil sport nyaris menabrak belakang motor nya.

Dari dalam mobil, keluar seorang gadis cantik berusia kira kira delapan belas tahunan sambil bersungut sungut, menendang ban belakang motor Ridho.

"Hei motor sialan, kalau mau parkir agak sonoan dikit napa!" terdengar suara gadis itu mengomel.

"Kau yang salah nona, kau parkir terlalu dekat dengan motor ku" sahut Ridho acuh.

"Cih!, cowok egois, seharus nya kau ngalah dengan wanita" cecar gadis itu lagi, membuat Ridho tersenyum mendengar kekonyolan gadis itu.

"Iya, iya, saya yang salah, maaf ya nona?" sahut Ridho cepat.

Gadis itu menatap kearah Ridho beberapa saat, rupanya dia masih kesal, entah apa penyebab nya, hingga Ridho yang terkena imbas nya.

"Untung kau tampan dan imut, kalau tidak, ulekan pecel ini yang akan ku pergunakan untuk ngulek wajah mu" omel gadis itu lagi.

Belum sempat Ridho menanggapi omongan gadis itu, dari arah gadis tadi datang, muncul lagi sebuah mobil sport lain nya.

Mobil itu berhenti tepat di belakang mobil gadis itu. Dan dari dalam mobil itu, keluar empat orang remaja pria yang kira kira seusia dengan gadis itu.

Mata gadis itu nampak sangat tidak senang saat melihat kedatangan empat orang itu.

"Vano!, ngapain lagi kalian mengikuti ku heh?, sana pergi, jangan ganggu aku!" bentak gadis itu.

Namun seperti tidak mendengarkan nya, dua orang remaja pria itu segera menghampiri gadis itu, lalu memegang kedua tangan nya, serta menarik nya kearah mobil mereka.

"Hei lepaskan aka!, kalian mau apa heh?" teriak gadis itu marah.

"He he he he, kau berani menolak jovano nona cantik, bagai mana pun juga, kalau tuan muda jovano menginginkan nya, maka harus dia dapat" ujar remaja bernama Jovano itu lagi dengan congkak nya.

Mata gadis cantik itu melotot marah menatap kearah remaja bernama Jovano itu, " kau gila rupa nya Vano, aku sama sekali tidak menyukai mu, pergi dari tempat ini!" bentak nya.

Remaja bernama Jovano itu bukan nya pergi, malah nyengir kuda didepan gadis itu, sehingga bibir nya yang tebal terlihat semakin bertambah menyebalkan.

...****************...

Terpopuler

Comments

Imam Sutoto Suro

Imam Sutoto Suro

mantuul gan lanjut

2024-09-29

0

lihat semua
Episodes
1 Ayah!.
2 Gamang.
3 Berbenah Diri Kembali.
4 Kenyataan Terpilu.
5 Jadi Marbot Mesjid.
6 Kiai Rahmad.
7 Neng Umi Habibah.
8 Kencan Gagal Karena Putri.
9 Pria Tua di Taman.
10 Menolong Pria Tua.
11 Nikmat nya Secangkir Kopi.
12 Kedatangan Putri.
13 Menolong Rita.
14 Insiden di Dealer Motor.
15 Rencana Masa Depan.
16 Tragedi di Jalanan.
17 Begal Sial.
18 Kemurkaan Kakek Syarkawi.
19 Di Ruang Sel.
20 Hancur.
21 Sarah Minggat.
22 Dokter Anastasya.
23 Di Tampar Bibir.
24 Ditangkap Orang Kampung.
25 Parfum Cap Ompol.
26 Harapan Kakek Syarkawi.
27 Suci nya Cinta Dalam Diam.
28 Doa Malam yang Bikin Resah.
29 Mencari Peluang Usaha.
30 Tersulut Bara, yang Terbakar Hati.
31 Berdamai dengan Hati.
32 Pacaran Setelah Menikah.
33 Kencan Pertama.
34 Bertemu Rita.
35 Misteri Photo Kenangan.
36 Darah Langka.
37 Perjalanan Menuju Keabadian.
38 Bantuan Keluarga Alam.
39 Kesedihan Anastasya.
40 Rangsangan Ayat Suci Alquran.
41 Melewati Masa Kritis.
42 Ridho Bangun.
43 Dari Hati ke Hati.
44 Gelang Besi Putih Berbentuk Naga.
45 Mulai Tumbuh Bertunas.
46 Keputusan Asaan Rita.
47 Bimbang.
48 Bengkel Tua.
49 Membeli Bengkel Tua.
50 Bengkel Dua Sekawan.
51 Berita Mengejutkan.
52 Pisah Rumah.
53 Pilu.
54 Pulang Kampung.
55 Penyesalan Intan.
56 Belah Duren.
57 Setelah Belah Duren.
58 Anastasya Bucin.
59 Air Mata Seorang Ibu.
60 Rencana Hidup Sederhana.
61 Anastaria.
62 Mendung di Atas Pusara.
63 Demi Harga Diri.
64 Keputusan Anastasya.
65 Air Mata Haru Anastasya.
66 Arianto Lamaran.
67 Pengorbanan Seorang Ibu.
68 Tamu Terhormat.
69 Panti Asuhan Al Yatim.
70 Awal Kehancuran Klan Mangandara.
71 Serangan Para Preman.
72 Masalah Mulai Bermunculan.
73 Memulai Kehancuran.
74 Anastasya semakin posesif.
75 Hamil.
76 Guntur dan Rita Jadian.
77 Ngidam Lontong Sayur.
78 Kemesraan.
79 Emilia pinjam Uang.
80 Ulah Geng Motor.
81 Penyerahan Kepemilikan Rumah Sakit.
82 Yogi.
83 Riak Dalam Perkawinan
84 Pelakor.
85 Ancaman Bu Meiske.
86 Mbah Kijang.
87 Bu Meiske Menebar Petaka.
88 Saling Menguatkan.
89 Teka teki Yogi.
90 Di Rumah Kakek Aril.
91 Pertentangan dalam Keluarga.
92 Keluarga pengganggu.
93 Tragedi di Mall.
94 Geger Negeri.
95 Tengku Ahmad Malindo.
96 Di Istana Syah Jaya.
97 Bu Meiske Mulai Terhimpit Masalah.
98 Kemesraan Ridho dan Anastasya.
99 Pengganti yang Hilang.
100 Pesta Rita dan Guntur.
101 Kepiluan hati Puan Rusinah.
102 Intan Menebar Duri.
103 Roda Roda Kehidupan.
104 Bu Meiske Terpuruk.
105 Kesadaran Bu Meiske.
106 Kecemasan Ridho.
107 Kedatangan Rudi.
108 Rudi Berulah.
109 Abang Badil Murka.
110 Kenekatan Bu Meiske.
111 Perasaan Anastasya.
112 Geger di Desa Paku.
113 Melawan Penjahat.
114 Penutup.
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Ayah!.
2
Gamang.
3
Berbenah Diri Kembali.
4
Kenyataan Terpilu.
5
Jadi Marbot Mesjid.
6
Kiai Rahmad.
7
Neng Umi Habibah.
8
Kencan Gagal Karena Putri.
9
Pria Tua di Taman.
10
Menolong Pria Tua.
11
Nikmat nya Secangkir Kopi.
12
Kedatangan Putri.
13
Menolong Rita.
14
Insiden di Dealer Motor.
15
Rencana Masa Depan.
16
Tragedi di Jalanan.
17
Begal Sial.
18
Kemurkaan Kakek Syarkawi.
19
Di Ruang Sel.
20
Hancur.
21
Sarah Minggat.
22
Dokter Anastasya.
23
Di Tampar Bibir.
24
Ditangkap Orang Kampung.
25
Parfum Cap Ompol.
26
Harapan Kakek Syarkawi.
27
Suci nya Cinta Dalam Diam.
28
Doa Malam yang Bikin Resah.
29
Mencari Peluang Usaha.
30
Tersulut Bara, yang Terbakar Hati.
31
Berdamai dengan Hati.
32
Pacaran Setelah Menikah.
33
Kencan Pertama.
34
Bertemu Rita.
35
Misteri Photo Kenangan.
36
Darah Langka.
37
Perjalanan Menuju Keabadian.
38
Bantuan Keluarga Alam.
39
Kesedihan Anastasya.
40
Rangsangan Ayat Suci Alquran.
41
Melewati Masa Kritis.
42
Ridho Bangun.
43
Dari Hati ke Hati.
44
Gelang Besi Putih Berbentuk Naga.
45
Mulai Tumbuh Bertunas.
46
Keputusan Asaan Rita.
47
Bimbang.
48
Bengkel Tua.
49
Membeli Bengkel Tua.
50
Bengkel Dua Sekawan.
51
Berita Mengejutkan.
52
Pisah Rumah.
53
Pilu.
54
Pulang Kampung.
55
Penyesalan Intan.
56
Belah Duren.
57
Setelah Belah Duren.
58
Anastasya Bucin.
59
Air Mata Seorang Ibu.
60
Rencana Hidup Sederhana.
61
Anastaria.
62
Mendung di Atas Pusara.
63
Demi Harga Diri.
64
Keputusan Anastasya.
65
Air Mata Haru Anastasya.
66
Arianto Lamaran.
67
Pengorbanan Seorang Ibu.
68
Tamu Terhormat.
69
Panti Asuhan Al Yatim.
70
Awal Kehancuran Klan Mangandara.
71
Serangan Para Preman.
72
Masalah Mulai Bermunculan.
73
Memulai Kehancuran.
74
Anastasya semakin posesif.
75
Hamil.
76
Guntur dan Rita Jadian.
77
Ngidam Lontong Sayur.
78
Kemesraan.
79
Emilia pinjam Uang.
80
Ulah Geng Motor.
81
Penyerahan Kepemilikan Rumah Sakit.
82
Yogi.
83
Riak Dalam Perkawinan
84
Pelakor.
85
Ancaman Bu Meiske.
86
Mbah Kijang.
87
Bu Meiske Menebar Petaka.
88
Saling Menguatkan.
89
Teka teki Yogi.
90
Di Rumah Kakek Aril.
91
Pertentangan dalam Keluarga.
92
Keluarga pengganggu.
93
Tragedi di Mall.
94
Geger Negeri.
95
Tengku Ahmad Malindo.
96
Di Istana Syah Jaya.
97
Bu Meiske Mulai Terhimpit Masalah.
98
Kemesraan Ridho dan Anastasya.
99
Pengganti yang Hilang.
100
Pesta Rita dan Guntur.
101
Kepiluan hati Puan Rusinah.
102
Intan Menebar Duri.
103
Roda Roda Kehidupan.
104
Bu Meiske Terpuruk.
105
Kesadaran Bu Meiske.
106
Kecemasan Ridho.
107
Kedatangan Rudi.
108
Rudi Berulah.
109
Abang Badil Murka.
110
Kenekatan Bu Meiske.
111
Perasaan Anastasya.
112
Geger di Desa Paku.
113
Melawan Penjahat.
114
Penutup.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!