"Kenapa kau tertawa?"
"Lepaskan tali ini terlebih dulu agar kalian bisa leluasa mencicipi tubuhku," ucap Lily dengan sensasional.
Lily menjelaskan bahwa dia akan senang hati melayani mereka semua.
"Benar kah?" tanya mereka dengan sumringah.
Lily mengangguk manis, "Apakah kalian juga sudah tahu kenapa pertunanganku hingga saat ini belum dilaksanakan? Apakah Sera juga mengatakan alasannya?"
Para preman tersebut saling melirik, membuat Lily tertawa. Dia sekali lagi menawarkan tubuhnya untuk dicicipi, tapi dengan syarat, jika apapun yang terjadi setelahnya bukanlah sepenuhnya kesalahan Lily, karena mereka saling menikmati.
"Keluarga Barata mengundur pertunanganku karena sibuk mencari obat penawar dari penyakitku."
"Penyakit?!"
"Benar. Aku mengidap HIV/AIDS, kau bisa memeriksanya atau mencobanya? Dengan senang hati, aku juga sudah sangat lama tidak merasakan tubuh seorang pria, apa lagi dirimu," ucap Lily dengan menatap pria yang berbadan kekar itu.
Mereka semua mundur selangkah dan saling melirik, mereka akhirnya meninggalkan ruangan tersebut dan bingung akan melakukan apa, mereka akan berdiskusi terlebih dulu.
Lily segera menekan cincin yang memiliki alat deteksi lokasi yang terhubung ke ponsel Ferdi.
...----------------...
Di tempat lain, Agam sudah mendapat laporan dari supir yang mengantar Lily jika dia tidak melihat Lily keluar dari toko tersebut bahkan setelah menunggunya beberapa jam.
Saat berada di toko, supir tersebut masuk memeriksa dan dia tidak menemukan Lily di sana.
"Lily kau dimana..." ucap Agam resah.
Agam kemudian meminta asisten kepercayaannya mencari nomor ponsel Ferdi, tidak lama asisten tersebut mengirim nomor Ferdi.
Ringing...
"Halo?"
"Ferdi, di mana Lily?"
"Agam?"
"Di mana Lily, dia belum pulang dan..."
"Lily dalam bahaya, dia mengirim lokasinya dan..."
"Kirim titik lokasinya kepadaku, SEKARANG!" ucap Agam.
"Baiklah."
DDDrrrrtttt
Agam segera berlari dan menginjak pedal gas mobilnya penuh, wajahnya kusam dan dia benar-benar khawatir. Tidak berselang lama Agam tiba lebih dulu dan berlari memeriksa lokasi tersebut. Tempat itu terlihat sebuah bangunan tua yang terletak di pinggiran kota.
Dia berjalan dengan pelan dan melihat beberapa pria dengan badan kekar di sana terlihat sedang berdiskusi.
"Pasti mereka yang menculik Lily," batin Agam.
Agam melempar sebuah batu untuk mengecoh perhatian mereka.
Craash
"Siapa di sana?!"
"Ada orang!"
"Ayo kita periksa!"
Mereka berempat segera berlari untuk memeriksanya, sedangkan Agam mengambil kesempatan untuk berlari masuk ke dalam ruangan mencari Lily, di mana dia berada.
Agam membuka pintu ruangan satu persatu dan akhirnya, ruangan yang terletak paling ujung, dengan pencahayaan redup, Agam membuka paksa pintu tersebut dengan sekali tendangan, Agam akhirnya menemukan Lily dengan tangan dan kaki terikat.
"Lily!!"
"Agam."
Agam berlari dan cepat membuka ikatan tali yang melilit tubuh Lily.
"Ayo kita pergi dari tempat ini," ucap Agam.
Tiba-tiba para preman itu masuk dan ingin memukul Agam, tiba-tiba Lily yang melihat itu dengan cepat memegang pundak Agam dan melayangkan sebuah tendangan yang cukup keras, membuat tubuh preman itu terhempas.
Sepersekian detik Agam merasa kagum dengan tehnik yang Lily gunakan, dia tidak menyangka wanita di hadapannya ini selain cerdas, ternyata dia juga pandai berkelahi.
Serangannya tepat dengan tehnik gerakan yang pas. Identitas yang baru Agam ketahui lagi.
"Agam, awas!" ucap Lily.
Agam kemudian berbalik dan melawan para preman tersebut.
BUUGHHH
BUUUGHHH
Preman itu terhempas. Mereka kembali menyerang menggunakan belati membuat Lily terlihat sedikit panik.
"Lily, mundur. Serahkan semuanya padaku!"
"AGAMMM!!"
Belati yang terarah ke Lily dipegang oleh Agam, membuat tangan Agam kini berdarah. Tetesa darah segar mengalir deras keluar dari telapak tangannya. Ferdi yang datang bersama dengan beberapa bodyguard menaklukkan mereka berempat.
"Ka-- Eh, Lily..." ucap Ferdi yang terlihat panik dan hampir saja membongkar identitas Lily yang sebenarnya.
"Bawa mereka dan lempar ke dalam kolam buaya kita," perintah Ferdi dengan tajam.
Preman itu memberontak mendengar ucapan Ferdi, tapi dia telah di lumpuhkan dengan para bodyguard Ferdi yang sudah berpengalaman.
Ferdi berlari memeriksa Lily dengan memutar tubuhnya.
"Kak Lily, kau baik-baik saja, kan?"
"Kakak?" batin Agam.
Ferdi yang sadar ada Agam di sana kembali ke setelan teman.
"Lily, kau baik-baik saja, kan?" tanya Ferdi kembali.
Agam mulai curiga kembali, dia menangkap hal yang aneh dengan hubungan Lily dan Ferdi. Sikap Ferdi kepadanya, itu terlihat jelas mereka memiliki hubungan lebih dari sekedar teman biasa saja.
"Sudah lah, aku baik-baik saja, kita segera membawa Agam memeriksa lukanya, ayo cepat," ucap Lily.
Ferdi mendengar itu segera mengangguk dan mengantar mereka meninggalkan gudang tua itu.
"Siapa dia sebenarnya? Mengapa Ferdi terlihat begitu hormat dengannya," batin Agam.
...----------------...
Rumah sakit Barata.
Lily menelpon Bagas dan memintanya merawat luka Agam. Awalnya Bagas menolak tapi ucapan Lily cukup terdengar kesal membuat Bagas terpaksa membantunya.
"Cepat obati dia," ucap Lily.
Bagas terlihat malas, dia mulai menggunakan sarung tangan dan meraih alkohol untuk membersihkan darahnya. Wajah Agam terlihat menahan, karena Bagas seolah melakukannya dengan sengaja.
Bagas membalut luka Bagas dengan sedikit kasar.
"Bisakah kau melakukannya dengan lembut sedikit?" ucap Lily kembali yang paham ekspresi Agam.
"Tenanglah, dia tidak akan mati. Aku membuatkan resep obat terlebih dulu, permisi," ucap Bagas sinis.
Agam tidak peduli itu, dia kemudian berdiri spontan dan menekan pundak Lily, hingga membuat tubuh Lily terduduk di atas pembaringan.
"Cepat katakan siapa yang menculikmu?!"
"menurutmu?"
"Sera?"
"Kekasihmu sangat jahat, dia menyewa preman itu untuk memperkosaku, untung saja aku berhasil mengelabuhi mereka," timpal Lily sinis.
Agam terdiam sesaat dengan wajah kesal, dia berjanji akan memberikan hukuman kepada Sera untuk hal itu.
"Baguslah, untung saja cuma tangan mu yang terluka bukan otakmu," timpal Lily sinis jika dia mengingat Sera kembali.
Ada amarah dan rasa cemburu yang begitu besar di dalam hatinya.
Lily ingin beranjak meninggalkan ruangan tersebut tapi Agam menarik tangannya, dia ingin bertanya serius kepada Lily.
"Lily, tunggu...."
"Apakah kau CEO dari perusahaan QWERTY?"
Lily terdiam, dan berpikir, apakah dia seharusnya membuka identitasnya lagi atau lebih baik untuk sementara waktu dia menyembunyikannya terlebih dulu, karena belum saatnya dia harus muncul.
"Pikiran kamu hebat sekali, bagaimana bisa seorang CEO perusahaan besar seperti QWERTY ingin menjadi karyawan magang di perusahaan lain?" timpal Lily.
"Lalu kenapa kau begitu terlihat akrab dengan Ferdi?"
Lily tersenyum sinis, dia menjelaskan bahwa hubungannya dengan Ferdi hanya sebatas teman, tidak lebih. Jika pun itu lebih tidak akan mungkin dalam status romansa, mungkin saja dalam status keluarga atau persahabatan.
Agam mendengar itu pun kesal. Dia menjelaskan kepada Lily jika saat ini statusnya adalah calon menantu dari keluarga Barata, dia tidak boleh dekat dengan pria mana pun.
Lily tersenyum jail dan melangkah mendekati Agam, menatap tajam mata Agam, "Apakah kau cemburu? Apakah kau sangat ingin menikah denganku?"
Agam kemudian menghembuskan kasar nafasnya, dia berlalu begitu saja meninggalkan Lily dalam ruangan.
"Agam, tunggu aku, ha ha ha.."
...----------------...
Esok hari.
Agam meminta Lily ikut dengannya untuk mendatangani kontrak kerja sama dengan perusahaan besar lainnya. Lily mengangguk begitu patuh karena untuk pertama kalinya dia ikut dalam hal penting perusahaan, dia ingin melihat cara Agam melakukan kerja sama dengan perusahaan lain.
Di dalam sebuah ruangan private, pria paruh bayah telah duduk menunggu. Untuk pertemuan pertama mereka saling berjabat tangan, setelahnya mereka di persilahkan untuk duduk. Lily tidak ingin duduk, karena itu bukan tempatnya, dia hanya pegawai magang.
"Baiklah nona cantik, bagaimana kalau kau menuangkan aku minum saja?" ucap CEO Perusahaan Radar, tuan Vito.
"Tuan Vito, silahkan dimulai, dia adalah karyawanku, hanya aku yang berhak memberinya perintah," timpal Agam dingin.
Vito dengan wajah yang masam memeriksa proposal yang diberikan oleh Agam padanya, dia memeriksanya dengan cepat dan juga menolaknya dengan cepat.
"Aku menyukai konsepnya, hanya saja aku ingin beberapa hal untuk diubah, bagaimana kita lakukan lain waktu saja dan aku ingin nona muda itu yang membawanya padaku, bagaimana?"
"Tuan Vito, dia adalah tunanganku, bersikap sopan lah sedikit," ucap Agam.
"Tunangan?" batin Lily dengan mata yang terbelalak.
Lily menatap tajam ke Agam, tapi Agam pun memberikan isyarat meminta Lily untuk diam saja. Agam kemudian menarik tangan Lily dan setelah itu dia menarik pinggangnya hingga Lily duduk di pangkuan Agam.
Untuk memperlihatkan kepada Vito bahwa mereka memang adalah sepasang kekasih, terlebih lagi tunangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Abigail😘
hahahahha/Sob//Sob//Sob/
2024-07-16
0