Bab 8

Eko Barata menjelaskan jika ketiga puteranya tidak ada yang becus menjaganya.

"Terutama kau!" ucap Eko Barata dengan menatap Daren sengit.

Eko menyalahkan Daren karena masalah yang menimpa Lily ulah penggemarnya yang tidak memiliki sopan santun hingga mereka berencana ingin mencelakai Lily.

"Cepat berlutut dan minta maaf," ucap Eko Barata geram kepada Daren.

"Hah? Apa? Berlutut, Pa?"

"Cepat!!"

Daren mendengar itu segera berlutut di hadapan LIly dan meminta maaf dengan wajah yang kesal. Lily melihat itu hanya tersenyum sinis, dia tidak menyangka jika seorang artis papan atas bisa berlutut di hadapannya.

"Ah, senangnya..." batin Lily.

"Dasar wanita sialan, berhubungan dengannya membuat aku sangat sial!" batin Daren menatap Lily.

Agam kemudian angkat biacara bahwa masalah ini bukan sepenuhnya kesalahan Daren karena dia sedang sibuk mengikuti kelas dancenya. Lily pun mengangguk, dia menjelaskan kepada Eko bahwa dia yang salah karena berjalan jauh dari jangkauan Daren, karena itu masalahnya sudah terjadi.

EKo Barata kemudian memegang tangan Lily dengan lembut.

"LIly kau jangan khawatir, Paman janji, siapapun anak Paman yang kau pilih aku akan serahkan seluruh saham Barata kepadanya, supaya mereka tidak menindasmu lagi!"

Bagas yang berada di luar ruangan dan mendengar semua ucapan Eko Barata dia benar-benar tidak menyangka jika ancaman ayahnya itu serius, bukan karena perjodohan semata tapi harta kekayaan Barata sebagai bahan taruhannya.

"Lily, bagaimana dengan kantor? Bagaimana kalau Paman memberimu jabatan di kantor agar kau bisa..."

"Pa, dia belum mengetahui tentang kantor dan juga..." ucap Agam terpotong.

"Pa, kami ini anakmu, tapi kenapa Papa lebih sayang kepada gadis kampung ini," ucap Daren sinis.

"Apa salahnya dengan orang kampung?! Memangnya kenapa kalau dia dari kampung?!" ucap Eko geram.

Eko Barata menjelaskan jika saat dulu ayah Lily tidak menolongnya, mereka semua tidak akan menikmati hidup sebagai tuan muda saat ini.

"Baiklah. Biarkan Lily menjadi karyawan magang di kantor, aku akan mengurus bagian untuknya," jelas Agam.

TIba-tiba Bagas masuk ke dalam ruangan tersebut dan berpura-pura tidak mengetahui apapun. Dia menyapa semuanya, kemudian memeriksa kesehatan Lily dengan lembut.

Bagas memegang kening Lily dan mengusap pundaknya.

"Hmm, kau ini, lain kali harus lebih berhati-hati," ucap Bagas dengan mengusap pucuk kepala Lily dan mengedipkan matanya.

Lily bingung mendapatkan perlakuan tersebut dari Bagas, karena tidak seperti biasanya.

"Pa, Daren, apakah kalian sudah lama? Maaf, tadi aku sangat sibuk, karena itu tidak sempat datang ke ruangan Lily lagi setelah aku memeriksanya," jelas Bagas.

Eko Barata mengangguk dan tersenyum senang, dia meminta kedua anaknya, Agam dan Daren memperlakukan Lily dengan baik, seperti Bagas memperlakukan Lily.

Agam mendengar itu pun sedikit kesal.

"Tawaran untuk kerja di kantor bagaimana?" tanya Agam.

"Mungkin lebih baik kita mendengar keputusan Lily saja, bukan karena perintah Papa saja," ucap Bagas menatap Agam sinis.

Dia yakin, LIly akan menolaknya karena Agam begitu datar dan dingin kepadanya. Sedangkan Lily mendengar itu sejenak terdiam dan melirik Bagas. Ada percikan api di sana dan dia menyukai perdebatan.

"Bagaimana LIly, apakah kau ingin bekerja di perusahaan?" tanya Eko.

"Iya Paman, aku mau."

Bagas sangat kesal, tapi dia berusaha tersenyum seolah menghargai apa yang Lily inginkan, tapi Lily sudah paham situasinya, dalam hal ini Bagas begitu munafik.

Perusahaan Barata Corp.

Agam meminta sekretarisnya memperkenalkan Lily kepada beberapa bagian sebagai karyawan magang. Agam juga meminta sekretarisnya membawa Lily ke ruangannya, setelah itu dia memberikan sebuah laporan dasar agar lIly mengerjakannya di hari pertama.

Lily mengangguk dan meninggalkan ruangan, tiba-tiba pintu ruangan kembali terbuka, di sana ada Sera yang memasuki ruangan seperti biasa. Dia berjalan dengan anggun menggunakan heelsnya. Lekukan tubuh dan kaki jenjangnya telrihat jelas.

"agam selamat pagi, aku membawa sarapan untukmu, ini buatanku," ucap Sera kemudian menyimpan box tersebut di atas meja.

Sera mendekat dan memegang tangan Agam, tiba-tiba Lily masuk membawa laporan tersebut dan melihat ada Sera di sana. Lily tidak ingin mengganggu, dia kemudian mengangguk dan berbalik untuk meninggalkan ruangan tapi Agam dengan langkah yang panjang segera menarik tangan Lily.

Tarikan Agam sedikit menggunakan tenaga, hingga Lily terhuyung dan terjatuh di dada Agam. Dia terlihat seolah memeluk Agam. Tatapan mata mereka bertemu, Lily yang melihat wajah Agam dan bola mata hitam yang pekat, sedikit terkesima.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?" ucap Agam dingin.

Lily tersadar, dia melirik ke arah Sera, "Aku di sini mengganggu kalian dan..."

Agam melepaskan tangan Lily dan membuat posisi Lily berdiri tegak kembali.

"Ikut aku dan diskusikan laporan itu," ucap Agam.

Sera tidak terima, wajahnya memerah penuh dengan amarah, hanya saja dia berusaha untuk menahannya.

"Agam, aku yang pertama kali meminta waktumu, bagaimana bisa kau..."

"Aku selalu mengutamakan urusan kantor dibanding yang lain," timpal Agam datar.

Sera kemudian terdiam sesaat dan kembali membahs tentang perjamuan makan di rumah Agam akan segera dilaksanakan, dia telah diberi tauhu oleh ibunya, Helsi agar Sera bisa mengatur perjamuan tersebut.

Agam mendengar itu hanya mengangguk dan matanya fokus kelayar laptop di hadapannya.

"Baiklah, aku pergi dulu, jangan lupa makanan di box itu, aku baut dengan tanganku sendiri," ucap Sera kemudian berlalu.

Matanya melirik Lily seakan LIly adalah mangsa yang saat itu bisa dihabisinya tanpa berpikir panjang, tapi Sera berusaha untuk seanggun dan seelegan mungkin meninggalkan ruangan Agam.

Lily tersenyum sinis, dia menyimpan laporan tersebut kemudian duduk di hadapan Agam.

"Apa kau tidak kasihan sudah menyakiti kekasihmu?" ucap Lily.

"Matanya mulai berkaca-kaca dan..."

"Fokus kerja, dan selesaikan laporannya," timpal Agam dingin.

Lily hanya menghembuskan nafasnya pelan, dia mengingat ucapan Bagas bahwa Agam adalah pria penggila kerja dan tidak tahu cara memperlakukan seorang wanita.

"Cepat jelaskan laporan yang kau bawa itu," ucap Agam.

Lily kemudian menjelaskan seadanya. Kesibukan kantor berjam-jam dan makan siang sudah berlalu, semua karyawan seakan memiliki kebiasan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, hingga di jam pulang terlihat begitu ramai, atau mungkin saja perusahaan Barata tidak memberlakukan sistem lembur.

"Waktunya pulang, aku ingin pulang lebih dulu bersama Pak Edi," ucap Lily.

"Tunggu. Ikut denganku untuk memberi sebuah gaun," ucap Agam dan berlalu.

"Apa? Gaun? Tapi...."

Lily ingin menimpali ucapan Agam, tapi dia sudah berlalu. Terpaksa Lily mengikutinya.

Butik Shine.

Sebuah butik yang terkenal di negara tersebut, Agam meminta Lily memilih sesuai seleranya. Lily berjalan dan melihat satu persatu gaun yang bertengger di dalam ruangan tersebut.

Lily memilih gaun yang terlihat begitu mencolok dengan banyak lapisan corak yang bisa membuat Agam menggelengkan kepalanya, membayangkan hal itu membuat Lily tertawa. Dia berusaha meyakinkan Agam, bahwa seleranya tetap lah gadis kampung.

Terpopuler

Comments

Abigail😘

Abigail😘

lili kereennnnnnn

2024-07-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!