Lily berjalan memasuki ruangan dengan anggun, dia berjalan ke arah Agam, begitupun dengan Sera yang cepat mendekati Agam karena takut kejahatannya terbongkar.
"Kakak, bagaimana bisa kau datang secepat ini," ucap Bagas menyapa Agam.
Wajah Sera mulai panik, karena dia sudah mengurung Lily di toilet tapi mengapa dia masih bisa lolos dari jebakannya.
"Nona Sera, mengapa wajahmu terlihat tidak tenang, apakah kau sudah membuat kesalahan?" ucap Lily sinis.
Agam mendengar itu kemudian melirik Sera dan sudah paham situasinya.
"Tidak. Bukan seperti itu, aku hanya kaget melihat kalian datang bersama," ucap Sera yang berusaha mengalihkan.
"Yang penting kau baik-baik saja," ucap Agam menatap Lily.
Bagas kemudian mengatakan jika acara sudah dimulai, alunan suara dansa sudah terdengar mengalun indah. Beberapa rekan yang hadir bersama dengan pasangannya berjalan ke tengah lantai dansa dan berdansa bersama.
Bagas tersenyum, dia mengulurkan tangannya dan menawarkan Lily untuk berdansa dengannya.
"Baiklah," ucap Lily dengan tersenyum manis.
Mereka berdua akhirnya berdansa dan terlihat sangat dekat. Pada kesempatan itu pun Lily mengucapkan terimah kasih untuk pertolongan yang tidak disengaja oleh Bagas di toilet tadi.
"Lily, mungkin saja kita berdua sudah ditakdirkan bersama," ucap Bagas.
Lily hanya tersenyum sinis.
"Takdir? Setauku, kau tidak pernah menyukaiku sama sekali, mengapa saat ini kau berbicara tentang takdir?"
"Sekarang aku sudah suka," ucap Bagas berbisik.
Aktifitas mereka berdua tidak lepas dari mata elang Agam yang sedari tadi melihat kedekatan mereka berdua. Agam merasa kesal dan geram. Dia melihat Bagas begitu dekat hingga mereka terlihat sedang berciuman dari kejauhan.
Sera yang duduk di sebelah Agam berusaha meminta Agam untuk ikut berdansa dengannya tapi Agam diam saja. Tiba-tiba Agam meraih gelas yang berada di hadapannya.
Agam meneguknya hingga habis.
Sera tersenyum bahagia, rencananya berhasil. Agam terlihat gusar, dia menarik dasinya dan melonggarkan lehernya.
"Sial, ada yang menaruh obat di dalam gelas minumanku!" batin Agam.
Sera melihat itu pura-pura polos, "Agam ada apa? Apa yang terjadi? Kau sakit? Wajahmu memerah," ucap Sera yang memegang wajah Agam.
"Lepaskan, jangan menyentuhku, cepat menjauh. Aku harus pergi dulu," ucap Agam berlalu dengan langkah yang gontai.
"Agam, kau milikku," batin Sera kemudian berlari kecil mengikuti langkah Agam.
Lily yang melihat itu merasa curiga.
"Ada apa? Kau cemburu? Mereka akan menghabiskan waktu berdua, lebih baik jangan mengganggunya," ucap Bagas mengedipkan matanya.
"Aku tidak bermaksud seperti itu, aku haus."
Lily meninggalkan Bagas dan berjalan ke sebuah meja yang sudah disediakan untuknya, dia meraih gelas tersebut, tapi tiba-tiba ponselnya berdering. Terlihat di display layar, ada nama Agam di sana.
"Kamar 303, lantai 10. Naiklah."
"Agam bukan pria bajingan, dia juga tidak mungkin berbuat mesum di tengah-tengah acara perjamuan perusahaannya, ada yang tidak beres," batin Lily.
Dia kemudian berjalan dengan cepat, ke ruangan yang Agam berikan. Di dalam lift Agam berusaha mengendalikan dirinya, dia ingin menuju kamar VVIP tempat biasa dia beristirahat di hotel tersebut.
"Tidak. Aku tidak boleh ke kamar itu saat ini, jika pelaku ingin berniat menjebakku dia sudah pasti tahu tempat yang sering aku gunakan untuk beristirahat di hotel ini," gumam Agam.
Dia segera menekan tombol 10 pada lift dan meraih ponselnya.
Agam memasuki ruangan tersebut dengan langkah gontai. Kini dia membuka jas dan melempar sembarang dasi yang bertengger sedari tadi di sana dengan sangat rapi.
Kemeja putih pun sudah terlepas.
"Arrrghm, sialan. Obat ini sangat kuat!"
Bel pintu berbunyi, Agam segera membukanya dan menarik tangan Lily untuk masuk.
"Ada apa?" ucap Lily.
Agam tiba-tiba spontan memeluk Lily dan melumat bibir mungilnya. Lily mendorong tubuh Agam tapi kekuatan Agam jauh lebih besar.
"Mmmhhhh, mmhhhh, Agam lepaskan!"
Agam kemudian mengecup leher jenjang Lily dan memeluk tubuhnya dengan erat, sedangkan Lily berusaha untuk melepaskan dirinya.
"Agam, aaahhkkkhh~~~ jangan lakukan itu," ucap Lily.
Agam menghentikan ciumannya dan berusaha menahan dirinya, Lily melihat itu dengan cepat menggunakan lututnya memukul keras pusaka Agam hingga membuatnya merintih.
"Arrghh. Lily, Kauu!!"
Lily memukul leher Agam hingga membuatnya pingsan.
"Ah dasar, menyusahkan!" gumam Lily.
Lily menarik tubuh Agam agar dia berbaring dengan benar diatas ranjang. Sedangkan Lily merebahkan tubuhnya kelelahan di sebuah sofa, dia mengusap bibir dan lehernya, mengingat ciuman Agam barusan, membuat jantung Lily berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Ah hentikan! Pikiran ku sudah mulai kotor."
Tiga jam berlalu, Agam akhirnya sadar dari tidurnya. Matanya belum begitu jelas menangkap wajah wanita yang berada di sampingnya duduk menatap ke arahnya.
Agam bangun dan menyenderkan tubuhnya. Dan memegang kepalanya.
"Hmm, tuan Agam yang terhormat, kau ceroboh sekali. Bagaimana bisa kau minum obat perangsang saat perjamuan perusahaan!" ucap Lily.
Lily ingin beranjak dari tempatnya tiba-tiba tangan Lily di raih oleh Agam.
"Kenapa kau datang bersama Bagas, dan kenapa kau tidak mengenakan gaun yang aku pilih?"
"Semua ini karena kekasihmu yang aneh itu," batin Lily sinis.
Lily kemudian duduk tepat di sebelah Agam dengan sangat dekat, dia menyilangkan kakinya hingga paha putih mulusnya terlihat. Ujung jarinya meraba pundak Agam kemudian kelehernya.
"Tuan Agam, aku belum menerima untuk menjadi pendampingmu dalam acara malam ini, jadi aku datang bersama siapa itu adalah urusanku," ucap Lily dengan suara yang sensasional.
Ujung telunjuk Lily berhenti tepat di dagu Agam hingga kalimatnya terhenti. Agam kemudian memegang tangan Lily dan menjelaskan jika sejak kecil Bagas selalu menganggapnya sebagai saingan, karena itu ayah mereka, Eko Barata memberikan masing-masing untuk mereka di tempat yang berbeda, agar tidak ada lagi persaingan yang sengit diantara keduanya.
"Aku hanya tidak ingin dia mendekatimu hanya untuk memanfaatkanmu, dia tidak tulus menyukaimu," ucap Agam dengan menatap Lily dengan penuh makna.
"Jadi maksud Tuan muda Agam, Bagas menyukaiku karena dia tahu, anda menyukai wanita yang berada di hadapan anda ini?" ucap Lily sinis kemudian tersenyum, dia berusaha ingin menjahili Agam lagi.
Agam menatap Lily dan melepaskan pegangan tangannya. Dia merebahkan diri dan memunggungi Lily.
"Kau pulang saja, aku sudah meminta Pak Edi menjemputmu di depan dan para bodyguardku akan mengawalmu di lift," ucap Agam.
Lily tersenyum kemudian berlalu sedangkan Agam berusaha memejamkan matanya tapi matanya seakan tidak berada dipihaknya lagi.
...----------------...
Esok hari di kediaman Barata.
Semuanya berada di meja makan untuk makan malam, Daren menjelaskan jika tidak akan lama lagi dia akan mengeluarkan sebuah album terbaru. Eko mendengar itu mengangguk senang. Dia mendukung penuh dengan hobi Daren, setidaknya dia lebih mandiri karena hal tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments