Dia mengejek?
“Ehh… tumben. Melihatmu yang mendadak berubah begini… membuatku jadi takut.” Hah? “tapi ini lumayan juga,” katanya seraya mengambil roti dan selai kemudian mulai mengoleskan selainya.
“Kenapa takut? Memangnya aku hantu yang mesti di takuti? Lagian ya… bukannya wajar kalau teman itu harus menolong?”
David memandangku.
“Sudah aku bilang kan, kita bangun hubungan ini lagi di mulai dari berteman. Jadi sebagai teman yang baik, aku menyediakan ini untukmu, hehe, ah jangan lupa aku sudah menyelesaikan syarat darimu. Semalam kan aku sudah datang ke pesta mu. Jadi mulai sekarang kita resmi berteman!”
David berdehem. Ia mengangguk sekali lalu mulai mengunyah rotinya. Selai cokelat yang dia oleskan, ia makan dengan sekali gigitan. Perlahan hatiku yang tegang tadi mulai melunak. Ini hanya David, tidak ada yang perlu di takutkan. Yah…
Pesan tadi di kirim oleh kakakku, kak Tasya yang berencana akan kembali ke kota ini untuk kembali meng-handle perusahaan keluarga kami. Dia itu sering dinas keluar kota, tidak ada yang menjamin ia bakal lama di sini. Tapi yang bisa kupastikan, aku harus mempertemukan dia dengan David. Dari kejadian dulu yang aku ingat, David dan Kak Tasya putus kontak saat aku menikah. Kemudian mereka bertemu lagi ketika aku berencana menceraikan David. Hah, aku tidak tahu ke depannya bagaimana, tapi David harus selamat. Jika memang takdir itu tidak bisa di hindarkan… setidaknya mereka harus bersatu.
Tidak, tidak, David harus selamat, yah!
“Tara!”
Aku mengerjap, aku melihat jemariku yang sudah di pegang David, sontak aku langsung menarik tanganku kembali. “ya?!”
“Kamu… kenapa melamun? Apa kamu baik-baik saja?”
“Hah? Aku melamun ya?”
“Ya, dari 5 menit yang lalu kamu terus menatapku.”
“Haaahhh…” aku langsung berdiri tegap, wajahku memanas. “li, lihat sudah jam berapa ini? Aku belum bersiap! Wah, telat deh aku ini!” teriakku sambil berlari masuk ke dalam kamar. Sip, melarikan diri berhasil, haha…
Gila aja, bisa-bisanya aku menatapnya tanpa sadar begitu. Mana dia pakai acara ngehitung segala lagi. Huhu… aku kan jadi malu…
…
Tidak ada waktu untuk memesan taxi online, taxinya pasti bakal datang 5 atau 10 menit ke depan. Bisa-bisa aku beneran telat. Tidak ada pilihan lain selain harus menyetir hari ini. Padahal lagi malas-malasnya…
“Tara,”
Aku merapikan kembali blazerku lalu melangkah ke teras ketika David memanggilku, “kenapa belum berangkat David? Mobilnya rusak lagi ya?”
“Nunggu kamu.”
“Hah?”
David berjalan ke sisi kanan mobilnya lalu masuk ke dalam mobilnya, “ayo masuk,” katanya menyuruhku masuk ke dalam mobil yang pintu mobilnya sudah ia buka.
“Ah, nggak perlu David, aku bisa pergi sendiri kok. Terima kasih atas tawarannya,”
“Tidak perlu berterima kasih. Masuk, hari ini aku yang antar, kamu emang mau telat?”
“Eh, nggak apa-apa kok, serius, nggak apa-apa,”
“Kita teman kan? Sebagai teman harus saling menolong kan?”
“Eh, iya sih…”
“Makanya ayo masuk. Nanti kita berdua telat,”
Sial… mata David tajam sekali. Aku tidak bisa lagi untuk menolaknya. Bisa-bisa nanti dia juga ikutan telat, lalu mengamuk pula ke aku. Hah… padahal bukan begini rencananya, teman sih teman… ia bahkan memasangkan selt belt untukku. Astaga, woi!! Kenapa dia baik sekali. Kalau begini aku semakin merasa bersalah pada kak Tasya…
Tak lama mobilnya mulai melaju cepat. Kantorku dengan kantor David jelas berbeda. Aku sendiri bekerja di perusahaan percetakan buku kecil yang bekerja sebagai editor di sana. Kadang-kadang kalau sedang rajin aku juga menulis buku anak-anak, meski kurang terkenal sih… haha. Kalau David mah, jangan di tanya. Perusahaannya tuh gede banget dengan banyak pegawai di dalamnya. Jadi nggak heran ya kenapa dari ujung kaki hingga ujung rambutnya, David itu berkelas banget. Itu juga yang bikin aku malas kalau ikut ke pesta bareng dia! Kemewahannya itu tuh tidak bisa terikuti! Haaaa…
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments