Bab 9

Kemewahannya itu tuh tidak bisa terikuti! Haaaa…

“Nomormu masih yang lama kan?”

“Ah iya,” ini pasti karena kami udah lama tidak mengirim pesan.

“Nanti pulang jam berapa?”

“Emh, kurang tahu sih, soalnya ada acara hari ini.”

“Kabari aja kalau udah selesai,”

“Okei,” emang untuk apa? Aku mengerjap keluar jendela, menatap supermarket yang barusan terlewat. Bergumam, “kurasa emang harus di isi,”

“Apanya?” eh, dia dengar ya?

“Itu, kulkas kita isinya kosong, lebih bagus kan kalau diisi, ah belanja bulanan, ya...” astaga! Aku kelepasan… “ah, maksudku, aku berencana mau belanja, nanti kalau David mau apa-apa bilang aja ya,"

David tersenyum samar, aku mengerjap lugu. Apa dia emang suka tersenyum begini ya? Hem… aku tidak pernah ingat ia pernah begini dulu.

Tak lama kami sampai di tempat kerjaku. Aku keluar dari mobil lalu mengucapkan terima kasih ke David. Kalau diingat-ingat, ini juga pertama kalinya David mengantarku kerja. Karena kecelakaan itu… semua jadi serba pertama kali ya. “Tara,”

“Ya,”

“Rotinya agak gosong,”

Ah… kenapa mendadak begini? Kenapa... baru sekarang ia mengatakannya?! Apa sepanjang perjalanan ia memikirkan itu?! “haha, terima kasih atas kritiknya, aku terbuka dengan kritik dan saran kok. Oke deh, dah,” kataku lalu berjalan masuk ke dalam gedung yang hanya terdiri dari 3 lantai dengan lapangan parkir yang cukup luas. Di depan pintu, Fadi menatapku lalu bertanya dengan siapa aku berangkat. Dia tidak akan percaya! Selama ini dia hanya tahu aku dan David tidak pernah dekat, itu asumsinya karena emang di tempat kerja aku tidak pernah menceritakan tentang pernikahanku. Bahkan mereka saja tidak tahu dengan siapa aku menikah, malah ada yang tidak percaya kalau aku sudah menikah.

Fadi ini… salah satu teman dekatku. Meski sikapnya sok cool, tapi dia sangat baik kepadaku. Baik untuk di goda, hahaha.

Di sisi lain, di dalam mobil, David masih belum beranjak pergi. Dengan wajah kesalnya, ia penasaran dengan siapa aku berbincang.

“Oh Tara? Dia tidak ada di kantor, kebetulan dia ada urusan kerja di luar kantor. Dia pergi siang tadi bareng teman kerjanya juga. Biasanya kalau udah jam segini, dia langsung pulang ke rumah sih.”

David melihat jam tangannya sekilas. Sudah sesore ini, kenapa dia belum pulang juga? Bibi rumah yang bilang kalau Tara belum pulang. Padahal aku sengaja agak telat menjemput dia karena tadi Tara bilang bakal pulang telat. Urusan kerja apa yang sedari siang hingga sampai magrib begini belum selesai-selesai juga? Gumam David setengah menggerutu. Masalahnya… ia juga tidak mau menghubungi Tara terlebih dahulu. Dia ingin Tara yang mengirim pesan lebih dulu kepadanya. Kalau begini ya… sampai kapan pun nggak akan ada percakapan di antara kami berdua.

David kembali menatap wanita berambut pendek di depannya. “teman kerjanya? Siapa?”

“Emh sebelumnya, kamu siapanya Tara ya?” David terpegun. Alisnya bertaut, pandangan David semakin intens, membuat si wanita tersenyum kikuk. David menyerah, wanita ini benar-benar tidak mengenalnya. Hah... yang benar saja. Kenapa pria sekece dia tidak diceritakan Tara pada teman-temannya?! Walaupun semisalnya Tara tidak mau bilang kalau dia adalah suaminya, yah tidak masalah. Masalahnya kenapa dia sanggup tidak bercerita kalau dia punya kenalan dengan orang sekece dia?! Hah, bahkan media saja selalu mengantri untuk meliputnya. Tara itu… emang bukan tipe pencerita sih atau jangan-jangan... dia memang sengaja untuk menyembunyikannya? Kenapa? Apa Tara takut dia bakalan di rebut? Hem…

....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!