Kak Tasya dan David bertemu!
Aku senang pada akhirnya mereka bisa bertemu, tapi… aku tidak menyangka vibes mereka akan tetap Sama. Tidak ada yang berubah dari mereka. Tidak ada satu pun dendam yang terpancar dari wajah mereka. Hanya wajah senang karena bertemu dengan teman lamanya. Seakan menegaskan bahwa aku hanya ‘nyamuk’ di antara mereka. Ternyata… aku memang sejahat ini ya sampai setega ini memisahkan mereka. Ugh,
“Tara,” Fadi memanggil, “kalau kamu terus berdiri di sini… nanti pengunjungnya bakal kesusahan lewat loh, kamu menghalangi sih,”
Aku tersenyum miring, “biarin aja, emang mereka pikir mereka aja yang jadi penghuni bumi?” jawabku bergurau, tapi tetap berusaha menyingkir ketika ada pengunjung yang ingin keluar masuk.
Fadi tergelak, “sudah lah Tar, nggak perlu sedih lagi, kan masih ada aku,” Fadi memang menyebalkan, tapi dia cowok yang cukup peka.
“Apaan sih,” aku merebut kertas panduan yang di pegang Fadi, berucap, “yuk balik kerja, entar kena marah bos loh,”
“Kamu nggak mau ketemu mereka dulu? Tuh kakak mu manggil loh,”
“Hem?” aku berpaling kembali, melihat kak Tasya yang tengah melambai ke arahku dengan David yang ikut memberiku tatapan tajam. “kalau gitu, aku permisi dulu ya,”
Fadi menangkup bahuku, menahan diriku, “kamu beneran nggak apa-apa kan?”
“Hem? Aku nggak apa-apa kok,” aku melengkungkan senyum manis, “memang sudah seharusnya seperti ini kan,”
…
“Jadi gitu deh Tar, karena dokumen itu aku mesti balik lagi ke kota ini. Bagus sih karena bisa jumpa kamu lagi, dan lebih bagusnya setelah mengurus semuanya aku bisa kembali menetap di kota ini, keren kan?”
“Wah, bagus tuh kak, semisal kalau aku bosan, kan kita bisa jalan bareng lagi,”
“Nah itu dia, tapi kayaknya kakak nggak bisa lama di sini deh Tar, kakak mau nyiapin berkas untuk rapat besok,”
“Oh, nggak apa-apa kak, tapi kakak udah makan kan?”
“Sudah, makan di hotel tadi,”
“Loh? Kakak… nggak balik ke rumah?”
“Emh… udah tadi, Cuma mampir bentar. Tapi yah gitu, wajah mama langsung bete, jadi kakak di hotel aja deh biar mama senang lagi,” aku tercenung, menyesal sudah bertanya.
“Kenapa nggak ke tempat Tara aja kak?”
“Kamu ini ngomong apa? Kakak nggak enak lah ganggu kalian. Kalian ini masih termasuk pasutri loh,”
“Kak…” kak Tasya tertawa pelan, dia ini emang dasarnya baik. Apapun yang terjadi ia malah menunjukkan senyumnya, terkadang sifatnya ini membuatku sedikit kesal. “kalau begitu, Tara antar ya kakak ke hotel,”
“Nggak perlu, kamu kan lagi kerja. Kakak kesini Cuma mau lihat kamu dan kakak senang bisa ketemu kamu lagi… hehe, kakak naik taxi aja, nggak apa-apa,”
“Ih, nggak boleh gitu, emh, bareng David aja gimana?”
“Nggak apa-apa Tar… ih,”
“Udah, kak Tasya diem aja. David, David mau kan nganteri kak Tasya?” tanyaku pada David.
David menutup buku yang ia baca lalu menaruhnya kembali ke meja pameran. “boleh,”
Aku tersenyum senang, “tolong ya David, Makasih,” David mengangguk singkat. “dah tuh, Davidnya saja setuju, yuk kak,”
“Iya deh iya, makasih ya Vid!” David berdehem singkat. Aku dan David mengekori kak Tasya yang berjalan lebih dulu keluar dari pameran. Aku merunduk lalu mendongak kembali, merasa canggung dengan adanya David di sampingku.
“Tara,”
“Ya?”
“Udah makan?”
“Hah? Eh, iya udah.”
“Serius? Kamu pergi kerja pagi-pagi sekali tadi,”
“Iya udah kok, aku makan bareng teman tadi, tenang aja, seharusnya aku yang nanya! Kan David yang kalau udah kerja sering lupa makan, kalau aku mah gampang…”
“Aku udah makan.”
“Baguslah,”
David berhenti melangkah, ia menyentuh bahuku pelan. “Tara… jangan terlalu dekat dengan Fadi,”
“Hem? Emang kenapa?”
David melihat ke arah lain, terdiam sesaat, “entah lah, aku hanya tidak suka.”
“Hem?” aku tertawa singkat, “jangan khawatir… Fadi itu orangnya baik banget, dah ya, aku balik kerja dulu, hati-hati kalian berdua. Oh ya David, habis ngantar kak Tasya langsung pulang aja, nggak apa-apa. Kayaknya aku selesai jam 8 malam nanti. Jadi nggak perlu nunggu, oke, dah…”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments