NovelToon NovelToon

Jeratan Obsesi Tuan Mafia

Part 1 - operasi maut

"Selena, ayo cepat bersiap. operasi kali ini harus berjalan dengan lancar atau kita semua akan terkena masalah besar!"

"Maksudmu apa, Mel. aku berlarian dari ruang laboratorium hanya untuk panggilan darurat darimu. bayangkan saja, kau memberikanku waktu 5 menit untuk bersiap, dan sekarang kau menakuti ku, huhh ada apa ini?"

"Apa kau ingat dengan pasien diruang VVIP yang membutuhkan donor jantung?" bisik Melia.

"Tentu, kenapa memangnya?"

"Ternyata dia itu bukan berasal dari keluarga sembarangan, dia adalah putri kesayangan tuan Matteo Denaro Federico, mantan bos mafia terkenal di negara ini" bisik Melia menggebu-gebu.

"Tentu kau tau bagaimana kejamnya jika mereka beraksi? katanya dua anak laki-lakinya mengikuti jejak ayahnya, oh sungguh mengerikan sekali!"

"Untuk itulah operasi kali ini disebut sebagai operasi pertarungan maut. kalau gagal, salah satu kakaknya meminta satu kepala diantara kita" bisiknya lagi seraya bergidik ngeri.

*****

Di dalam ruang operasi, para dokter sedang sibuk bersiap-siap, tidak terlihat wajah tenang dari raut mereka. kerutan di kening serta helaan nafas yang berat menjadikan suasana di dalam ruang itu menjadi tegang.

Selena meringis takut, tak bisa membayangkan jika operasi yang ia jalankan kali ini gagal. lantas, siapa yang akan bertanggung jawab? jika semua dokter tidak mau mati sia-sia? apakah satu tim? ah sudahlah Selena tidak bisa membayangkannya lagi.

"Ini rumah sakit umum, tapi kenapa orang seperti mereka mempercayakan hal ini kepada kita? aneh sekali bukan? biasanya keluarga mafia selalu punya dokter pribadi yang tentu kemampuannya tidak kaleng-kaleng, atau setidaknya punya rumah sakit kepercayaan".

"Entah, aku pun sedang memikirkan hal yang sama denganmu. kita harus waspada, harus benar-benar teliti dan jangan sampai hanya karena satu kesalahan membuat hidup kita di ancam maut!"

Mereka mengangguk bersamaan. di mulai dari memakai jubah khusus operasi, masker, penutup kepala, kemudian sarung tangan khusus operasi. lengkap 6 orang diantaranya adalah dokter bedah jantung, asisten dan perawat lainnya.

Selena mengambil hak penuh atas kehidupan pasiennya itu, selain sumpah janjinya mempertahankan hak kehidupan manusia, ia juga di kejar tuntutan dari keluarga pasiennya. sebelum mulai melakukan operasi, mereka semua melingkar untuk memanjatkan doa kemudian menyibak gorden hijau tua dan mendapati seorang wanita cantik yang terbaring lemah di ruang operasi.

"Aku harap kalian semua ekstra fokus terhadap tanda-tanda apapun yang akan terjadi nantinya. upayakan berkerja sama dan jangan teledor dalam mengambil penanganan!" ujar Selena bersikap tegas, kedua matanya terlihat serius dan pandangan yang menuntut.

Lampu operasi mulai menyala, satu persatu alat-alat medis mulai digunakan. Selena dengan lihainya menggoreskan scalpel pada bagian dada pasien, diikuti gunting, pinset lalu semburan darah keluar dari selang dan terlihat dari layar monitor.

"Lakukan dengan perlahan, aku selesai mengangkat jantung pasien. proses transplantasi dilanjutkan, hanya butuh 5 jahitan, kalian selalu awasi pergerakan denyut nadinya, aliran darah dan pernafasannya.

"Baik dok" jawab mereka serentak.

"Dokter Selena, anda salah menggunakan gunting dan jarum" peringat salah satu dokter.

"Selena, fokus!" ucap dirinya sendiri.

Selena memejamkan mata lalu mengambil nafas dalam-dalam, pikirannya mulai terguncang akibat perkataan Melia saat sebelum operasi.

"Kita pastikan jantung yang pasien terima mengalir positif, gejala apapun yang muncul, usahakan kalian tetap fokus!" pesannya sekali lagi.

"Pinset..." pintanya.

"Jarum..."

"Aku mulai menjahitnya" ucapnya lagi sambil melakukannya dengan teliti.

Ketegangan melanda mereka semua. gelombang eletrik dari layar monitor belum memunculkan bahwa transplantasi jantungnya mengalir positif. mereka kaku, saling fokus terhadap organ tubuh penting manusia.

Kening Selena dibanjiri keringat dingin, setiap kali diusap oleh sang asisten, detik itu juga berkeringat deras. dan hal itu dialami oleh semua orang disana.

"Negatif!" Selena melotot. gerak grafik dilayar elektrokardiograf muncul garis lurus tanpa gelombang.

"Berikan suntikan inotropik pada selang!"

"Kerjasama, fokus!"

"Selena, lakukan dengan perlahan, kita hampir selesai" ujar Melia dengan perasaan campur aduk.

Meskipun beberapa detik jantungnya dinyatakan tidak berfungsi, para dokter bekerjasama sesuai perannya masing-masing. saat jemari Selena mengikat jarum dan benang diakhir proses operasi, kelegaan terdengar dari nafas mereka semua.

"23.30 GMT, operasi selesai dan berhasil!" Selena meneguk saliva, turun ke kerongkongan dan seakan berhenti disana. dia terduduk lemah menetralkan detak jantungnya.

"Ayo bangun, kita harus menemui pihak keluarga pasien" kata Melia berucap lirih.

"Kau tau? jantungku seakan ikut berhenti. kalau saja kita gagal, aku tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya" Selena bergidik ngeri.

"Sudahlah, operasi sudah berhasil kita lalui, cepat lakukan sterilisasi lalu setelah itu kita lakukan tahap berikutnya".

Memandang sekali lagi pada tubuh pasiennya, Selena benar-benar bisa bernafas dengan lega. wanita cantik itu berjalan menuju ruang sterilisasi, melepas semua seragam operasi dan berganti menggunakan jas dokter berwarna putih.

Mereka mendorong brankar pasiennya keluar ruang operasi, setelah 2 jam lamanya mereka bertempur. pintu ruangan terbuka lebar, terlihat wajah menyeramkan dari pihak keluarga pasien. lima di antara orang-orang itu, hanya satu orang yang memasang wajah sendu, yaitu Natalia Avila Beltran, sang ibunda.

"Bagaimana dengan keadaan putriku? apakah operasinya berjalan lancar?" tanya wanita itu.

"Saya dokter Melia, semua proses transplantasi jantung telah kami lakukan, untuk kelanjutan penyembuhannya akan dijelaskan oleh dokter Selena, selaku dokter bedah dirumah sakit ini".

"Apa putriku baik-baik saja?" tanya wanita itu lagi.

"Untuk saat ini nona Sania berhasil melewati masa kritisnya. selanjutnya, kami akan memberikan penanganan khusus diruang VVIP".

"Anda bisa membicarakan tentang penyembuhannya pada dokter Selena, sebentar lagi beliau keluar ruangan" Melia tersenyum hangat, jantungnya seakan ingin lompat saat mendapati dua laki-laki tampan berdiri di depannya.

"Tolong temani adikmu diruang rawatnya, mommy dan daddy akan menemui dokter Selena".

"Lihat saja, jika sampai terjadi sesuatu pada Sania, kalian akan binasa di tanganku!" ancam salah satu laki-laki itu.

"Ethan, jangan berbicara seperti itu, kasihan adikmu yang sudah berjuang sejauh ini!" peringatan sang daddy, Matteo Denaro Federico.

"Sudah, kalian berdua cepat temani Sania di ruangannya. mommy tidak mau mendengar keributan yang kalian ciptakan!" ucap Natalia, membalikkan ancaman sang anak.

"Mommy tenang saja, untuk Ethan biar aku yang urus" Darren memeluk Natalia dari samping, memenangkan hati wanita hebat dalam hidupnya.

"Mommy percayakan kepadamu Darren, adikmu terlalu sensitif jika menyangkut tentang Sania"

"Aku paham mom, dad. berikan informasi terkait kelanjutan penanganan Sania, jika perlu kita pindahkan ke rumah sakit yang jauh lebih berkualitas.

Matteo mendekati putranya, menepuk pundak Darren kemudian menganggukkan kepalanya. "Lakukanlah perintah mommy mu!".

*****

"BRENGSEK! BAWA DOKTER YANG MENANGANI SANIA SEKARANG JUGA, DAN BAWA KEPALANYA KE HADAPANKU SEKARANG JUGA!"

Teriakan Ethan menggema di seluruh rumah sakit. pria itu lepas kendali setelah mendapati sang adik dinyatakan koma dalam kurun waktu yang cukup lama. Diego Ethan Federico, atau biasa disebut Ethan itu membabi buta di lorong koridor.

Amarah mengguncang jiwa dan raganya. pria itu tidak berhenti melepaskan amarah lewat tinjuan, pukulan serta merusak barang-barang disana. Darren, sebagai sang kakak pun tidak bisa menghentikan aksi adiknya hingga meminta bantuan bodyguard dan para satpam rumah sakit.

Apa berhasil? tentu tidak. kemurkaan Ethan membuat semua orang takut padanya.

"Kau, katakan padaku, dimana ruang kerja dokter bodoh yang menangani adikku? hah!" tanyanya seraya menarik jas dokter itu.

"Dokter Selena sedang tidak di ruangannya, beliau masih melakukan medical check up ke satu persatu pasiennya, tuan" ucap Melia seraya tertunduk takut.

"10 menit, aku beri waktu kau 10 menit untuk membawa dia ke hadapanku, atau kau siap menukar nyawanya dengan nyawa mu!" ucap Ethan seraya menggertakkan giginya.

"TUNGGU APA LAGI? CEPAT!" teriak Ethan.

"Putraku, hentikan! kamu tidak bisa menghakimi orang lain dengan sikap kejam mu itu. para dokter banyak membantu disini, dan kamu tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja!" Natalia turun tangan, mencoba menasehati putranya, meksipun ia tau tidak akan mendapat respon yang baik.

"Hukum anakmu Matteo, dia sudah keterlaluan!"

"Dad, bawa mommy pulang. mommy membutuhkan istirahat karena sudah berjaga sepanjang malam. dan untuk sisa masalah ini, serahkan semuanya kepadaku" Darren menyergah cepat.

"Daddy bisa mengandalkanmu, nasehati adikmu, kalau dia melampaui batas, jangan sungkan memberinya pelajaran!"

Darren mengangguk patuh. setelah kepergian kedua orangtuanya, dia mencari keberadaan Ethan yang sudah menggeledah seluruh rumah sakit. dibantu bodyguard kepercayaan, mereka menyebar ke setiap sudut rumah sakit.

Sedangkan ditempat yang berbeda. "Tuan Ethan, anda bisa menunggu dokter Selena diruangannya. rumah sakit ini memiliki 30 lantai, sedikit sulit untuk kami mencarinya dalam waktu 10 menit"

"Jangan mengeluarkan kata yang lain selain keberadaan wanita itu!" bentaknya dengan raut wajah marah.

"Tuan, kami sudah berulangkali menelponnya, namun tak kunjung menjawabnya, mungkin dokter Selena tidak membawa handphonenya"

DOR

Satu tembakan Ethan lepaskan ke udara hingga menebus atap. bisa dibayangkan, seberapa mematikannya senjata api yang tuan mafia itu miliki.

"APA KALIAN SEMUA MAU MATI DITANGAN KU? HAH?"

"Ini ada apa, mengapa orang sepertimu berteriak di dalam rumah sakit? semua orang terganggu dengan apa yang kamu lakukan!"

"Dokter Selena"

DEG

Mereka semua semakin ketakutan setelah orang yang dicari mafia itu muncul. padahal dokter disana berharap Selena tidak dapat ditemukan oleh Ethan.

Tidak ada rasa takut yang hinggap, Selena mendekati Ethan dengan rasa tidak terima. sinar netra Ethan yang semula tajam mematikan, kini berubah seperti netra yang menemukan benda berharga.

Pria itu tidak berkedip setelah tahu sosok wanita bernama Selena Almaheera. dokter bedah terbaik dirumah sakit itu. dia segera datang, beradu netra, mengunci tatapan yang cukup lama.

"Tuan Ethan, maaf sepertinya anda harus segera keluar dari rumah sakit ini. selain mengganggu pasien, anda juga sudah mengganggu para dokter yang sedang menjalani tugas pentingnya" ucap Selena tanpa rasa takut.

"Berani sekali kau berkata demikian kepadaku setelah operasi yang kau lakukan dan kini membuat adikku koma? hah?"

"Untuk masalah itu, saya bertanggung jawab penuh atas kesembuhan nona Sania. tidak perlu khawatir, anda bisa percayakan padaku"

"Sepertinya, kau lupa dengan siapa berhadapan, dokter Selena!" Ethan tersenyum smirk.

"Tentu aku tidak lupa, karena keluargamu terkenal, dan maaf kalo bicara nonformal karena ini terjadi kamulah yang memulainya"

Pria itu membasahi bibirnya, ukiran senyuman tipis yang di bibirnya menandakan bahaya akan datang. "The game will be amazing for you"

"Game?"

"Nice to see you again, little doctor"

Selena menyipitkan matanya, kerutan di dahinya menandakan bahwa ia tidak paham.

"Ah sepertinya kau tidak mengingatku, sayang sekali. finally after one year. i found you, baby!"

"Jaga bicaramu tuan, anda tidak bisa berkata sembarangan, mengingat kita tidak mengenal satu sama lain" suara Selena terdengar bergetar.

Ethan berdeham. merasa ada hal baru yang bisa ia mainkan. "Tanggung jawab apa yang akan kau lakukan?"

Tawanya terdengar sumbang, wanita itu tidak habis pikir dengan jalan pikiran Ethan. awalnya merasa takut karena ancaman, justru kini ia terlihat kesal dan tertantang.

"Anda ini lucu sekali, jelas anda tahu saya ini seorang dokter, tentu saja tanggung jawab saya membantu menyembuhkannya" Selena sedikit menyindir.

"Bicaramu sangat berani dokter kecil, kau harus tau bagaimana tanggung jawab itu berjalan!"

Pria itu menyeringai sambil memasukkan senjatanya ke dalam saku jasnya. ekspresi wajah Ethan membuat Selena memundurkan langkahnya. wanita itu tahu jika dirinya sedang diincar oleh pria itu.

"Bawa dia ke mobil, jangan biarkan dia lolos begitu saja karena ada tanggung jawab yang akan aku minta!" ucap Ethan tersenyum penuh kemenangan.

"HEY LEPASKAN AKU, KALIAN TIDAK BISA MEMAKSAKU!"

"AKU AKAN BAWA MASALAH INI KE RANAH HUKUM, LIHAT SAJA NANTI!"

"Do it, baby, at least you lost one of your kidneys!" sahutnya semakin menyeringai.

"Kurang ajar, aku dan dokter disini berjuang untuk kehidupan adikmu, namun ini yang aku dapatkan?"

"Jika tau begini, aku akan membiarkan adikmu kehilangan nyawanya!"

PLAK

Selena tahu ucapannya tidak layak diucapkan, namun ia terlanjur emosi.

"IKAT DIA MENGGUNAKAN RANTAI, DAN BAWA LANGSUNG KE MANSION PRIBADIKU!" bentak Ethan.

"Tidak, jangan bawa dokter Selena tuan, ia tidak bersalah sendirian, kita berenam pun bersalah!" Melia berlari mengejar sahabatnya.

"Kami akan bertanggung jawab, jadi kami ikut bersamanya, kami siap menjalani hukuman anda, tuan!"

"Ethan...."

Darren menghadangnya dari arah depan. tatapan tak bersahabat ia pancarkan kepada adiknya.

"Apa yang kamu lakukan? berhenti bersikap bodoh, mau kamu apakan dia?"

"Bukan urusanmu, jangan ikut campur!"

"Cepat, bawa dia ke dalam mobilku!"

"Jangan membuatku mengambil tindakan, Sania sedang sakit, seharusnya kita jaga dan rawat, bukan malah seperti ini!"

"Stop bullshit, im not asking to fight with you, brother!"

"Think with brain, dia hanya seorang dokter muda, kamu tidak bisa bersikap seenaknya, Ethan!!"

"Yes i think so too, but it's another thing when it comes to my sister"

"Persetan, apa kamu lupa jika Sania juga adikku? jernihkan pikiranmu, Ethan!"

"I said don't interfere! lakukan saja tugasmu dan jangan mencampuri urusanku!"

"Oh ya besok malam kita ada rapat di tempat biasa, see you tomorrow night!"

Selena dipaksa masuk ke dalam mobil Ethan, ia terjerembab di jok belakang dengan posisi tangan terikat di belakang tubuhnya. memberontak pun hanya angin lalu yang ia terima. kekuatan anak buah Ethan sungguh luar biasa kuat bagi Selena yang lemah. dia baru pertama kali merasakan perilaku keji dari orang asing.

"Welcome to the Federico family, my little doctor!" bisiknya seraya menggigit kecil daun telinga Selena.

Part 2 - call me Diego

"Bos sedang melakukan penjagaan yang ketat disekitar sini, aku juga melihatnya pulang bersama seorang wanita dalam keadaan kacau tadi malam" Maxime berujar pelan, dia adalah satu pemegang kendali keamanan di kediaman mafia itu.

"Iya, semua orang membicarakan kepulangan tuan Ethan. bahkan Darius disuruh membawakan sarapan ke kamar pojok itu, apakah wanita itu disekap di dalam sana?" Marvel menyahut, selain bawahan Ethan mereka berdua juga kakak beradik. ya, Ethan mempunyai banyak sekali anak buah di kediamannya, dan semua itu laki-laki tidak ada wanita satupun.

"Entahlah mar, tidak seperti biasanya bos membawa pulang wanita asing, pasti ada yang tidak beres" jawab Maxime seraya menggeleng heran.

"Kabarnya nona Sania koma dirumah sakit, apa mungkin bos menyewa seorang pelacur untuk mengobati kesedihannya?" sahut Marvel menerka-nerka.

"Heh, jangan berbicara sembarangan. tuan Ethan tidak suka bermain dengan seorang pelacur, bos kita itu masih perjaka dari lahir, tidak seperti kau yang mencumbu wanita ini dan itu seperti vampir haus darah"

"Ohh, c'mon man.. hidup tanpa wanita itu seperti masakan tanpa penyedap rasa, hambar. cobalah kau ikuti jejakku, sekali duakali kau akan ketagihan"

"Fuck! kau memang gila!"

Perbincangan mereka berakhir tatkala melihat sang bos berjalan mendekati mereka. Ethan, pria itu lengkap mengenakan pakaian berupa jeans dan kaos hitam, melalui pakaian yang digunakannya itu memperlihatkan tubuh kekarnya. memancarkan sirat tatapan tajam serta langkah kaki yang penuh perhitungan.

"Buka pintunya!" perintah pria itu, ada satu gelas bir ditangannya.

Tanpa berkata, mereka patuh menuruti bos nya. pintu dibuka lebar, memperlihatkan ruangan luas serta berbagai interior yang mewah, terlihat disana gelap dan sunyi. Ethan masuk semakin dalam dan mendapati Selena tertidur diatas ranjang dan masih mengenakan seragam dokter.

Seulas senyum smirk muncul begitu saja, pria itu berdiri didekat kaki ranjang dengan satu tangannya meneguk bir. netra abu-abunya menyorot tajam pada kesunyian kamar. selesai meneguk bir, ia memberikan gelas itu kepada Maxime, lalu menghidupkan pemantik dan membakar sebatang cerutu. aroma tembakaunya menguar bersamaan dengan sinar matahari yang menembus jendela kamar Selena.

"Dia tidak menyentuh makanan yang aku berikan" gumam Ethan sembari mengepulkan asap ke udara.

"Siapa wanita itu bos? kenapa anda membawanya kesini?" tanya Marvel penasaran.

"Nobody, only a little girl needs my forgiveness....aku hanya perlu sedikit bermain dengannya, memberikannya pelajaran dan hukuman manis"

"Hukuman? apa dia melakukan kesalahan yang fatal? dan ya, apa dia seorang dokter?" sahut Maxim menduga-duga.

"Hei Marvel, apa kau punya pikiran yang sama denganku?" celetuk Maxime sambil menyenggol lengan Marvel.

"Of course, bos ku sedang jatuh cinta"

"Bukan itu bodoh! maksudku, wanita ini gagal menangani nona Sania, kalau bukan karena hal itu mana mungkin bos membawanya pulang kan? apalagi mengizinkannya tinggal diwilayahnya" jelas Maxime panjang lebar, dua kakak beradik itu sedang beradu pemikiran.

Ethan tak habis pikir, seharusnya wanita itu sudah sadarkan diri setelah tidur pulas semalaman. dia ingat betul betapa kerasnya Selena berteriak hingga berusaha melawannya. wanita keras kepala seperti Selena tentu tidak akan menyerah dan berhenti melakukan pemberontakan setelah obat bius berhenti bekerja.

Ethan sudah tidak bisa menunggu, dia tidak punya stok kesabaran yang banyak. lantas, dirinya mendekat, menyibak selimut lalu menariknya secara kasar.

"Inilah bosku, yang kejam dan berhati dingin" bisik Marvel pada Maxime. keduanya sama-sama diam tatkala sang bos mulai menjalankan aksinya.

"Nyenyak, tuan putri?" tanya Ethan seraya berjongkok menatap wajah cantik Selena.

DEG

Selena membelalakkan mata, netranya dengan cepat menelisik setiap sudut ruangan itu. "Dimana aku? mengapa aku disini?" tanyanya syok.

"Pelankan suaramu, cantik. jika tidak, kau akan membangunkan hewan peliharaanku"

"Jangan bergurau, kau membawaku kemana?" tanyanya lagi dengan tatapan menuntut.

"Ini penculikan, bebaskan aku sekarang juga, atau kalau tidak, aku akan melaporkanmu ke polisi!" Selena mengancam. Selena mundur setelah pria itu semakin mendekati dirinya, jantungnya seakan berhenti, saat pria itu menodongkan senjata api ke kepalanya.

"Menurutmu, butuh berapa detik untuk peluru ini melubangi kepalamu, hm?"

Selena menelan ludah susah payah, ia seakan terjerat dalam jeratan pria kejam bernama Diego Ethan Federico.

"Sekelas dokter muda sepertimu sangat mudah aku lenyapkan. jadi, jangan pernah menyalakan api, atau kau akan tahu betapa panasnya neraka buatanku!"

"Seharusnya anda tidak bisa menyamakan masalah pekerjaan dengan pribadi. aku sangat siap bertanggung jawab, namun tidak dengan cara seperti ini!"

"Nyawa adikmu selamat berkat tim medis yang bekerja sama diruang operasi, tranplantasi jantung bukan suatu hal yang mudah dilakukan, ada resiko dan gejala yang tidak terduga, dan pihak rumah sakit pun sudah memberitahu sejak awal!!"

"South your mouth, baby. aku tidak membutuhkan penjelasanmu, hukuman dari seorang Diego Ethan adalah nyawa seseorang!" pria itu tersenyum tipis serta alis tebalnya menyatu, dan itu tampak mengerikan di mata Selena.

Deep voice Ethan menusuk rongga-rongga di dalam tubuhnya, Selena nyaris mati setelah ujung senjata itu meraba dahi hingga pipinya, lalu beralih ke kepalanya.

"Lusa kita akan menikah, jadi persiapkan dirimu sebaik mungkin!"

"APA? MENIKAH? ARE YOU KIDDING?" teriak Selena terkejut bukan main. bahkan bukan hanya Selena, kedua penjaga kakak beradik yang ada disana pun sama terkejutnya. Maxime sampai menjatuhkan gelas yang ia pegang, dan Marvel membelalak tak percaya.

"Hei, siapa yang mau menikah denganmu? aku sudah punya tunangan, dan sebentar lagi kita akan menggelar resepsi pernikahan, tolong jangan bermimpi, tuan Ethan!" ucap Selena.

"Suatu hari, ucapanmu itu akan kau tarik sendiri, my little doctor!"

Tawa renyahnya terdengar sumbang, gadis itu tertawa setelah mendengar perkataan pria itu.

"Aku tidak habis pikir, kenapa kebanyakan mafia selalu punya rasa percaya diri yang teramat tinggi? tolong lihat dirimu sendiri, apa pria sepertimu pantas bersanding denganku? aku bahkan mampu menolakmu dengan satu tawaran tanpa berpikir panjang" emosi Selena naik turun, tangannya mendadak gatal ingin menampar pria itu.

Entah apa yang membuat ia menjadi berani, mengangkat kedua tangannya ke pinggang dan menatap pria itu dengan rasa tidak takut.

"Ini keputusanmu?" tanya pria itu.

"Tentu saja, meskipun aku tidak sepadan dengan wanita berkelas diluar sana, tapi aku punya harga diri yang harus ku bela. apalagi menyangkut tentang masa depanku. jelas bukan kamu pilihaku, paham?!"

Ethan mengangguk-angguk, lidahnya bermain didalam rongga mulut dan menyeringai mengerikan. dalam sekali tarikan, ia berhasil menghimpit tubuh Selena ke dinding. dia bisa melihat jelas ekspresi wanita itu saat berada di dekatnya.

"Tidak ada opsi pilihan, dan kau pun tidak perlu memilih. keputusan apapun yang keluar dari bibirku, tak seorang pun bisa menyangkalnya!" ucapnya penuh penekanan.

"Bersedia ataupun tidak, pernikahan itu akan tetap dilaksanakan!"

"Jangan mimpi!!!" sahut Selena.

"Apa kau mau melihat rekan kerjamu binasa tanpa kepala? ehm atau, tunanganmu?"

"BAJINGAN, DASAR PSIKOPAT, PRIA GILA!"

"Yes, im Diego Ethan Federico, call me Diego not Ethan. karena sebentar lagi kau akan menjadi bagian dari keluarga Federico"

"Cuihh..."

AKHHH!

Pria itu mencengkram erat rambut wanita itu setelah air liurnya mengenai pakaiannya, dia menariknya hingga mendongak ke atap lalu melepaskan tembakan ke atas atap. lucutan peluru itu mampu menghentikan detak jantung Selena untuk beberapa saat, gadis itu menutup mata dan terdiam kaku.

"Kenapa? takut? padahal ini hanya peringatan kecil untukmu"

"Kamu baru melihat 1% sisi kejamku, sayang. kau tidak perlu ketakutan seperti ini. its okay....aku memberikan waktu tiga hari"

"Putuskan tunanganmu, berikan surat resign dari tempatmu bekerja, setelah itu kita gelar acara pernikahan semewah mungkin, aku akan membuatmu seperti ratu dan membuat para wanita diluar sana iri padamu!"

Selena menahan amarah, wajahnya merah padam. dadanya bergemuruh seakan ingin menyumpah serapahi pria itu dengan sumpah yang paling kejam.

Ia ingin lepas dari kukungan pria itu, tetapi pria itu semakin mengunci pergerakannya. kakinya dengan sengaja menghimpit kaki wanita itu. satu tangannya memegang senjata dan satu lagi mulai menjelajahi lekuk tubuh Selena.

Mendadak suasana menjadi panas, pria itu tersenyum kecil melihat ekspresi wajah wanita didepannya, yang seolah tidak pernah disentuh pria lain.

"You like it? baby girl?" bisik pria itu.

"Apa tunanganmu tidak pernah menyentuhmu seperti apa yang ku lakukan sekarang ini?" tanya nya semakin liar.

"Apa jangan-jangan kau masih virgin, sayang? ah ya aku suka sekali wanita yang masih virgin, tidak sia-sia aku menjaga milikku selama ini"

"Tidak kusangka kita dipertemukan kembali dengan keadaan yang seperti ini, lihat aku baik-baik, apa kau tidak mengingatku, sayang?"

Ia berhasil memasukkan jemarinya ke dalam celana wanita itu, dapat ia rasakan benda kenyal dibawah sana, rasanya sudah tak sabar. tak sabar merasakan bagaimana rasanya berhubungan intim dengan wanita perawan. gairahnya terbakar ingin cepat-cepat merasakannya.

Selama 27 tahun hidup didunia, ia tak pernah menggagahi wanita manapun. meskipun Ethan diterpa ribuan wanita, tetap ia dengan pendiriannya yang tak akan goyah.

Hanya saja ketika nafsunya menguasai dirinya, dia selalu menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar mandi. kadang juga menyewa pelacur hanya untuk oral seks saja.

Alasan terkuat dirinya sampai detik ini adalah sang mommy, Natalia Avila Beltran. banyak pesan berharga dan pesan-pesan kebaikan yang mommy nya katakan, hingga membuat Ethan tunduk dan patuh. tapi lain hal jika sudah menyangkut pekerjaan, Natalia jungkir balik menasehati pun Ethan tidak akan peduli, dan Ethan akan sangat kejam jika sudah menyangkut dunia mafianya.

"Persetan, tidak akan ada pernikahan, camkan itu! tidak akan pernah ada!" bentak Selena dengan penuh penekanan.

"Tidak masalah jika diriku harus kehilangan nyawa ditangan mu, asalkan aku bisa terbebas dari jeratan pria gila sepertimu!" lanjut Selena seraya menghentak kasar tangan pria itu.

"Apapun yang aku inginkan, bisa ku ambil dengan paksaan ataupun suka rela. semua orang tau bagaimana aku bertindak, dan itu bisa lebih gila dari yang kau lihat hari ini, Selena!" Ethan mendorong wanita itu hingga ia ambruk diatas ranjang dengan posisi terlentang.

"Kalian, jaga pintu dan perketat pengawasan, jangan biarkan dia keluar tanpa seizinku!"

"Selama aku tidak berada dirumah, jangan biarkan siapapun masuk, termasuk kakakku, ruangan ini hanya akulah yang berkah memasukinya!"

Pria itu mengetatkan rahang, kilatan netranya menusuk netra Selena. "Jangan beri dia makan, orang yang tidak menghargaiku tidak akan ku beri begitu saja!" ucapnya penuh peringatan. Ethan meninggalkan ruangan itu dan berlari cepat mengejar waktu karena harus ke rumah sakit.

Menggunakan jaket kulit berwarna hitam, Ethan melewatkan sarapan paginya dan memilih mengendarai mobil mewahnya sendiri tanpa supir. satu-satunya orang kepercayaan sedang tidak ada, dia memerintahkan Gio di rumah sakit. Gio adalah kaki tangan Ethan.

"HEI KALIAN, BEBASKAN AKU!"

"HEI JANGAN TINGGALKAN AKU SEORANG DIRI!"

"JANGAN DIKUNCI, HEIII!!"

Part 3 - memancing kemarahan bos mafia

"Cepat cari alamat dimana Ethan menyembunyikan calon istriku! kenapa tidak ada yang bertindak disaat dia dibawa paksa, hah?"

"Ini tidak bisa dibiarkan, ini namanya penculikan dan aku akan membawa masalah ini ke ranah hukum!"

Didalam ruangan berbau obat-obatan dan alat medis dimana-mana, ada seorang pria sedang mengeluarkan amarahnya, dia adalah Robby Patria Darwis, tunangan Selena sekaligus anak pemilik rumah sakit tempat Selena bekerja. dua jam tidak bertemu karena halangan tugas pekerjaan, namun naas saat Robby akan menemui Selena, justru kabar buruk lah yang ia terima.

Diego atau kebanyakan orang yang mengenalnya dengan Ethan Federico, bos mafia dikota Berlin. tidak ada satupun orang yang tau kemana dan dimana Ethan membawa Selena, alamat rumahnya tertutup rapat dan tidak sembarang orang bisa menemukannya. sebagian orang hanya mengetahui Ethan sebagai anak dari mantan bos mafia, Matteo Denaro Federico, yang memiliki banyak sekali anak buah serta pengendali dunia gelap.

Robby tampak berpikir keras, alasan apa yang membuat Ethan membawa Selena begitu saja, rekan kerja Selena memberi penjelasan bahwa Selena gagal menangani pasien yang notabenenya adalah adik kandung Ethan, yang semalam melakukan operasi tranplantasi jantung.

Semua orang tahu bagaimana jejak pria itu, memiliki reputasi yang buruk dan melakukan berbagai kejahatan hampir di sudut dunia. apapun itu yang menyangkut tentang barang ilegal, pengiriman senjata maupun penyelundupan miras, itu semua dilakukan oleh Ethan. dan entah bagaimana nasib Selena yang terjerat dalam jeratan pria bajingan itu, tidak ada yang tau apa saja yang akan diterimanya.

"Percuma saja berurusan dengan polisi, mereka pun kesulitan untuk menangkap bajingan itu. kau jelas tahu bagaimana cara dia bermain dibalik namanya yang terkenal kan? Ethan bukan lawan yang setara dengan kita" Melia menyahut. batinnya sangat geram karena tidak bisa menghubungi Selena. parahnya, handphone Selena tertinggal diruang kerjanya.

"Dia itu pengecut, membawa calon istri orang hanya karena adiknya mengalami koma"

"Adiknya koma bukan salah Selena, justru operasi berhasil karena usaha dia. memang bajingan, pria itu sudah menantangku!" Robby terlihat sangat marah dan membuat teman kerjanya menunduk takut.

"Aku pikir, mafia seperti dia tidak mungkin bertindak tanpa motif, bisa jadi ada alasan kuat dibalik penculikannya terhadap Selena"

"Kesalahan dalam operasi jelas satu tim yang salah, tapi kenapa hanya Selena yang dibawa? kenapa kita tidak?" Melia menerka-nerka, yang mana membuat Robby kebingungan.

"Apa mungkin Ethan menyukai Selena? aku sempat melihat pria itu menatapnya, dan seperti ada kerinduan didalam pupil matanya, kalian juga melihatnya kan?"

"Amarah Ethan pun seketika reda saat mereka bertatapan, amarah yang tadinya meledak-ledak mendadak lunak dan bicara rendah kepada Selena. meski begitu, itu tidak mengurangi aura kejam pria itu"

"Oh ya, kau tenang saja Robby, adik pria itu sedang disini, dan ia terbaring koma" Melia tersenyum miring.

Robby menoleh, tatapan matanya tak bersahabat. "Otakmu buruk sekali, jangan berani mengotori sumpah kalian sebagai dokter, urusan pasien adalah hal penting bagi kita!"

"Kau ini bagaimana, katanya marah tapi tidak mau balas dendam. kita harus cepat-cepat menemui Selena, rumah sakit bisa kacau kalau tidak ada dia"

"What kind of man is Ethan Federico, dia pasti kembali kesini, aku akan menunggunya!" gumam Robby seraya bertopang dagu. senyumannya begitu tipis seperti ada rencana yang tersusun dalam otaknya.

"Rencanamu apa? dan apa yang akan kita katakan kepada dokter Charly jika Selena hilang?" tanya Melia tidak bisa berhenti khawatir.

"Banyak pasien yang menunggu, siapa diantara kita yang akan menggantikan dia? aku belum mendapat lisensi mengoperasi pasien secara langsung" Melia terduduk sambil menelungkup lutut.

BRAK!

Tepat sudah, belum semenit rasa khawatir dihati Melia hilang, kini pintu ruangan itu dibuka kasar oleh seseorang dari luar. di depan sana, berdiri sosok laki-laki yang tak lain adalah dokter Charly sekaligus pemilik rumah sakit itu. berita hilangnya Selena sudah menyebar luas ke telinga para dokter.

Melia langsung bangun, terutama Robby. pria itu menyambut kedatangan papanya yang terlihat marah di depan sana.

"TEMUKAN SELENA SEGERA ATAU AKAN BANYAK NYAWA MELAYANG KARENA GAGAL DI OPERASI!"

"APAPUN CARANYA, SELENA HARUS SEGERA KEMBALI KE RUMAH SAKIT INI, KALIAN PAHAM?!"

"Dan kamu Robby, tunanganmu hilang kamu malah santai disini, apa sumpahmu itu sudah hilang didalam benakmu, hah?"

"Papa ini bicara apa? justru aku akan melaporkan masalah ini ke polisi, tapi sepertinya tidak akan berjalan dengan lancar"

"Jelas papa tau kan? Ethan adalah mafia kejam dan sangat berpengaruh dikota ini, jalan satu-satunya adalah menunggu pria itu datang kemari!"

"Menunggu?" tanya dokter Charly. "Kau pikir semua pasien disini memiliki nyawa lebih dari satu? satu detik bagi mereka seperti satu nyawa didunia!"

"Saya tidak mau tahu, segera temukan dan bawa Selena kembali, atau lisensi kalian akan saya cabut!" ucapnya lagi penuh penekanan.

Para dokter melongo, perasannya campur aduk karena terkena dampaknya. membawa Selena kembali? hah, yang benar saja. melawan Ethan saja tidak sanggup, apalagi membawa Selena kembali.

"Gawat, ruangan wanita itu kosong!"

Semua orang berdiri, menunggu kelanjutannya.

"Maksudmu siapa, dokter Shanaz?"

"Nona Sania, dia tidak ada di ruangannya. pasti tuan mafia itu yang membawanya karena masalah penculikan Selena"

"Damn it" umpat Robby.

"Tunggu apalagi? ayo kita laporkan masalah ini ke polisi, kita punya dua masalah yang bisa membuat pria itu terjerat banyak pasal" amuknya dengan dada bergemuruh tidak santai.

*****

"Tidak, aku tidak setuju, untuk apa kau menikahi wanita itu?"

"Setelah membawa Sania kabur dari rumah sakit, sekarang kau mau mengumumkan pernikahanmu? hey, how old are you, kid?" Darren menuntut, menatap adiknya dengan tatapan tidak percaya.

"Aku tidak butuh persetujuan, keputusanku sudah bulat. aku tetap akan menikahi Selena!"

"Wah... terlihat ada pancaran obsesi dimata adik kecilku ini, apakah kau jatuh cinta dengannya?"

"Jelas kau tidak lupa bahwa wanita itulah yang menyelamatkan nyawamu satu tahun lalu kan? apa itu alasanmu, hm?"

Darren bersidekap dada, dia berdiri dan menghadap ke arah kedua orangtuanya. "Lihatlah mom, dad, anak ini sangat kurang ajar, bisa-bisanya menikahi anak orang karena ada dendam dihatinya"

"Mommy tidak habis pikir denganmu, Diego. kamu mau menikah karena cinta atau balas dendam?" tuduh Natalia.

"Sifatmu itu turunan dari daddy mu, mommy paham betul bagaimana cara kalian berpikir. mommy juga tidak setuju kamu menikah dengan wanita itu, bebaskan saja dia, toh Sania juga sekarang berada dirumah sakit yang tepat!"

"Kau mau keras kepala? tidak akan ada restu untukmu!" Darren berucap tegas.

"Dad...." selorohnya menghela nafas panjang.

"Dengarkan mommy dan kakakmu, son. kau bebas melakukan apa saja asalkan jangan sakiti wanita itu. jangan ikuti jejak daddy waktu muda dulu!" jawab Matteo. ia menjawab seperti itu karena mendapat pelotototan dari mata sang istri.

"Kalau Sania tau dia pasti akan kecewa denganmu, Diego. terserah mau kau apakan seluruh dunia ini, silakan kau kuasai semua dunia kejahatan, asalkan tidak menyakiti hati wanita!"

"Kita sama-sama bajingan, tapi menyangkut wanita, lebih baik jangan menyakitinya, paham?!"

"You fucking shit! di malam itu aku membawanya ke mansion pribadiku, itu artinya she is mine berlaku dari malam itu sampai aku puas bermain-main dengannya!"

"Obsesimu berlebihan, tidak ada secercah cinta yang kulihat, maafkan wanita itu dan cari wanita pelacur yang bisa kau jadikan budak seks"

"Heiii....mommy tidak setuju! apa-apaan, Diego kamu sudah berjanji tidak akan bermain pelacur, itu sama saja dengan merendahkan harga diri mommy, apa kamu paham, Diego?"

"Yes mom, I understand" jawabnya sedikit malas. bagi orang luar, semua orang mengenal Diego sebagai mafia kejam, tapi ketika didalam rumah, pria itu berubah menjadi pria yang manja kepada keluarganya, dan itu adalah rahasia besar yang tidak patut diketahui dunia.

"Ikuti aku Ethan, kita bicarakan ini empat mata!" putus sang kakak melangkah lebih dulu dari ruang rawat Sania.

Memang Ethan lah yang membawa kabur Sania dan memindahkannya ke rumah sakit milik dokter Erwin, sahabat dekat sang papa.

Dilorong rumah sakit, mereka menghadap ke jendela. kakak beradik itu selalu beradu argumentasi ketika kesepakatan tidak tercapai. sebenarnya Ethan tidak perlu meminta restu, dia bebas melakukan apa saja karena hidupnya hanya dia sendiri yang menentukan. dia juga termasuk pria berhati dingin yang sulit ditembus oleh lawan jenisnya, karena sikapnya yang arogan.

Sedangkan sang kakak, Darren. pria itu memiliki sifat tegas dan selalu menggunakan otak ketika akan bertindak. Darren tidak sepenuhnya mengikuti jejak sang papa, dia lebih terkenal dengan CEO perusahaan dengan cabangnya yang dimana-mana.

"Jawab dengan jujur, dimana kau menyembunyikan wanita itu?"

"Aku punya hak untuk tidak menjawab pertanyaanmu!" jawab Ethan dengan santai.

"Aku mengirim orang untuk menggeledah mansion mu, namun mereka tidak menemukan Selena, lalu dimana kau menyembunyikannya?"

"Bukan urusanmu!" jawabnya sambil menyugar rambut ke belakang.

"Jangan santai soal penculikan, kau bisa berurusan dengan polisi, dan aku tidak mau terlibat apalagi membantu pelakunya!"

"Its okay...aku tidak membutuhkan bantuan dari siapapun, biarkan semua orang tau bagaimana cara duniaku bekerja. melaporkan kepada polisi sama saja ia menyerahkan nyawanya padaku!"

"Apa kau kehabisan hati nurani? mommy tidak suka jika kau mempermainkan hati wanita, itu sama saja kau mempermainkan hati mommy!"

"Tidak, mommy adalah wanita pertama yang aku cintai, sedangkan Selena adalah wanita yang sudah ku tunggu selama satu tahun. kau jelas bisa membedakannya kan, bung?"

"So, its all because you really love that girl?"

"Of course"

"Bohong sekali, kau itu obsesi bukan cinta!"

"Terserah, aku ingin cepat-cepat menikahinya. sekarang aku punya tugas, bunuh pria difoto ini, segera aku akan mengirimkan identitas lengkapnya"

"Siapa dia?" tanya Darren setelah ia menerima selembar foto yang ternyata adalah foto Robby.

"Lakukan saja, kalau kau tidak mau, aku akan menyuruh anak buahku!"

"Jangan bodoh, aku harus punya alasan yang kuat. ada apa denganmu belakangan ini? kenapa jalan pikiranmu sangat sulit ditebak? sekarang kau lebih ke seorang psikopat, bukan lagi seorang mafia!"

"Ya, dua hal itu ada pada diriku!" Ethan menyeringai.

"Bodoh! gunakan akal sehatmu, jangan cuma mengandalkan anak buahmu!"

Ethan tidak merespon. cukup didengar, karena menurutnya nasehat itu tidak penting.

"Tuan, ada kabar buruk dirumah" Gio datang dengan tersengal-sengal karena berlarian menghampiri bos nya.

Pria itu mengode lewat jarinya, dan kemudian ia menepi bersama Gio. tentu saja karena ia tidak mau sang kakak mendengar pembicaraannya, apalagi jika menyangkut tentang Selena.

"Katakan!" Ethan berucap santai.

"Wanita itu melukai Maxime, ia terluka dibagian perut karena ditusuk menggunakan pisau bedah"

"Darimana Selena mendapatkan pisau itu?" tanya Ethan menggeram marah.

"Saat Maxime dan Marvel masuk kedalam kamar, gadis itu sudah menodongkan pisau, tuan. kemungkinan dari peralatan rumah sakit yang tidak sengaja ia bawa" jelas Gio sesuai dengan apa yang dikatakan Marvel lewat telepon.

"Kurang ajar, wanita itu sudah memancing kemarahanku! cepat siapkan mobil, kita pulang sekarang juga!"

"Aku akan memberinya hukuman manis"

"Baik, dilaksanakan tuan!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!