Jam sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam, ketika seluruh penghuni keluarga Diva tengah terlelap dalam mimpi nya.
Tok Tok Tok Tok
"Assalamu'alaikum Pak Hasan".
Terdengar suara ketukan pintu depan terus menerus dengan ucapan salam bernada ketakutan.
Tok Tok Tok Tok
"Assalamu'alaikum Pak Hasan, Bu Tantri, Diva!"
Ketukan di pintu depan itu semakin kencang terketuk dan suara pemanggil itu semakin terdengar panik.
"Sepertinya itu suaranya Dika ya, Bu?" Bu Tantri dan Pak Hasan yang terbangun pun segera beranjak dari pembaringan. Ayah Hasan pun segera berlari keluar kamar menuju pintu rumah, karena mendengar ketukan semakin kencang.
Ceklek
"Waalaikumsalam. Astagfirullah. Cinta kenapa, Dik?".
Pak Hasan segera menyuruh Dika masuk kedalam rumah nya, saat melihat Dika yang panik menggendong tubuh Cinta yang melemah.
"Taruh di sofa, jangan Kamu gendong". Ayah Hasan pun segera menarik sofa menjadi sofa bed, Bu Tantri membantu Dika meletakkan Cinta di sofa bed.
"Kamu tenang ya, Ka. Jangan panik. InsyaAllah Cinta ndak kenapa kenapa" Bu Tantri menepuk punggung Dika yang di angguki Dika dengan masih menampakkan wajah panik seraya mengenggam erat jemari kanan Cinta yang lemas di atas sofa bed.
"Saya panggilkan Diva dulu". Ayah Hasan bergegas menuju kamar Diva yang berada di lantai dua.
Tak lama kemudian terdengar suara derap langkah berlari dari anak tangga.
"Diva, jangan lari-larian. Nanti Kamu jatuh!". Reflek Dika berucap karena melihat Diva yang berlari panik dari lantai dua.
Tak mengindahkan ucapan Dika, Diva bergegas memeriksa Cinta yang masih enggan membuka kedua kelopak mata nya.
"Bu" Bu Tantri yang sudah paham maksud Diva pun segera memberikan sebuah obat oral yang selalu di pakai Diva untuk membantu meredakan kejang pada anak, setelah sebelum nya Diva memeriksa Cinta.
"Kenapa Cinta bisa sampai kejang begitu, Mas?".
Diva bertanya kepada Dika sambil memasukkan obat oral kepada Cinta, Dika yang melihat apa yang di lakukan Diva kepada Cinta membuat Dika meringis.
"Mas nggak tau. Tadi sebelum tidur Cinta tidak ada keluhan apa pun, karena itu Mas tinggal. Cuma sejak jam sepuluh perasaan Mas ndak tenang, ingin melihat Cinta. Karena itu Mas ke kamar Cinta. Ternyata Cinta demam. Sudah Mas kasih obat, tapi tadi Cinta kejang. Mas panik, Mas telpon Kamu ndak di angkat. Maka nya Mas langsung kemari membawa Cinta, karena Mas ndak bisa ninggalin Cinta, buat manggil Kamu ke rumah, Mas" Terang Dika menjelaskan dengan nada masih gugup karena khawatir.
"Tenang aja itu, obat anti kejang. Diva sengaja memberikan obat oral itu agar Cinta tidak kejang lagi" Dika mengangguk pelan seraya melihat Cinta yang masih saja terlelap.
"Cinta sedang tidur, kita pantau demam nya setengah jam kedepan, kalau demam Cinta belum turun juga, terpaksa kita bawa ke RS ya, Mas."
"Kamu atur bagaimana baik nya saja, Diva. Mas ikut gimana Kamu saja. Karena Kamu yang lebih paham" Dika menjawab ucapan Diva dengan lirih. Tangan pria itu masih setia mengenggam jemari mungil Cinta, yang tampak terlelap dalam tidur nya.
"Bunda" Rintih Cinta di sela tidur nya.
Kedua kelopak mata nya masih terpejam, namun gadis kecil itu kembali merintih pelan dalam lelap nya.
"Bundiv". Ucapan lirih Cinta, membuat Diva pun mengambil duduk di dekat kepala Cinta, mengusap lembut pucuk kepala gadis kecil itu dengan penuh sayang seraya berucap "Bundiv di sini sayang. Lekas sembuh ya cantik nya Bunda". Tanpa sungkan Diva mengecup kening Cinta, membuat senyuman kecil Cinta tampak di bibir mungil Cinta.
Tanpa Diva sadari gadis cantik yang tengah mengenakan pidana daraemon itu tampak menetes kan air mata nya. Dia sedih melihat gadis kecil yang tadi sore masih tersenyum kecil kearah nya itu kini tengah terlelap dalam tidur nya setelah kejang beberapa menit yang lalu.
"Maafkan Bunda ya, Cinta" Diva meletakkan kening nya kepada kening Cinta, kembali mengecup kening Cinta dengan penuh kasih sayang, hingga membuat Dika pun tanpa sadar meneteskan air mata nya, namun buru-buru di hapus nya dengan menggunakan punggung tangan kanan nya.
"Ibu rasa, Cinta demam karena menahan rindu kepada Diva. Kasian Cinta, Yah" Bisikan Bu Tantri kepada Pak Hasan hanya di balas helaan pelan.
"Biarkan takdir Ilahi yang bekerja, Yah. Kita jalani ketentuan yang sudah di gariskan oleh-Nya, untuk masa depan Diva. Ibu yakin, apapun takdir yang di berikan-Nya untuk Diva itu adalah yang terbaik bagi Diva" Kembali Pak Hasan menjawab ucapan Bu Tantri dengan helaan nafas, seraya menatap tiga orang beda usia yang tengah bersama dalam satu sofa bed, dalam jarak yang berdekatan.
"Alhamdulillah, demam nya sudah turun. Masih tetap mau di bawa ke RS atau, tunggu selepas Shubuh, Diva hubungi Dokter Ratna?" Tanya Diva setelah memeriksa suhu tubuh Cinta.
"Menurut Kamu bagaimana?. Mas serahkan semua nya sama Kamu. Mas nggak ngerti". Diva menghela nafas pelan.
"Ya sudah tunggu Dokter Ratna saja ya. InsyaAllah Cinta sudah tidak apa-apa, Mas"
Dika menarik nafas lega setelah mendengar ucapan Diva.
"Maafkan Mas, jadi ngerepotin Kamu"
Diva tertawa kecil seraya berucap "Ndak apa-apa Mas, ini sudah menjadi tugas dan tanggung jawab Diva. Cuma lain kali kalau Cinta demam cukup tinggi, Mas bisa panggil Diva, supaya nanti Cinta ndak kejang lagi". Dika hanya mengangguk kecil menanggapi ucapan Diva.
"Kamu istirahat saja, biar Mas yang jaga Cinta" Ucap Dika saat melihat Diva menguap kecil dengan menutup mulut nya. Kedua orang tua nya sudah kembali ke kamar untuk melanjutkan istirahat mereka.
"Ndak apa-apa Mas, masih belum ngantuk kok, lagi pula besok Saya ndak ada jadwal kuliah" Tutur Diva membalas ucapan Dika.
"Mas saja yang istirahat, kaya nya Mas ngantuk. Besok kerja kan?"
Dika menggelengkan kepala nya menjawab pertanyaan Diva.
"Mas libur dulu, sampai Cinta sembuh".
Tak lama kemudian Diva tertawa kecil, kala melihat Dika yang tadi bilang tidak mengantuk itu sudah tertidur sambil duduk di sisi kiri Cinta.
"Bilangnya nda ngantuk, eh malah tidur juga" Bisik Diva pelan, bertepatan dengan Cinta yang membuka kedua bola mata nya.
"Bunda" Rengek Cinta saat mata nya menatap Diva yang tengah melihat kearah Dika yang tengah tertidur.
"Hei, anak cantik nya Bunda sudah bangun, apa yang Cinta rasakan sekarang?". Cinta terdiam namun menatap Diva penuh kerinduan.
"Kepala pusing?" Cinta menggelengkan kepala nya.
"Cinta kangen Bunda. Cinta pengen kaya dulu, setiap hari boleh ketemu juga main sama Bunda. Cinta kangen sama masakan Bunda, Cinta kangen sama tawa juga omelan Bunda, Cinta kangen banget sama Bunda, sampai ini_".
Cinta menurut kearah dada nya
"Sakit banget saat Cinta cuma bisa liat Bunda dari jauh".
Diva pun akhir nya merebahkan tubuh nya di samping Cinta, memeluk tubuh Cinta yang masih terasa hangat.
"Maafkan Bunda sayang. Bunda salah". Bisik Diva menangis pelan sambil memeluk Cinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Heryta Herman
kerinduan anak pada sosok bunda yg dia inginkan...kasihan sekali cinta..
2024-12-09
1
Sarah Yuniani
sedih sekali thor bacanya .... 🥺
2024-10-21
2
Sarah Yuniani
cintaaa 🥺
2024-10-21
1