Selama di perjalanan menuju club, Isa selalu menjernihkan pikirannya. Isa menanamkan dipikiran bahwa dia tidak akan bertemu dengan pria itu lagi. Namun, bukannya pikirannya menjadi jernih… Isa malahan kembali teringat dengan hal panas yang mereka lakukan tempo hari.
Berbeda dengan Debbie, wanita itu tampaknya sedang dalam mood yang sangat baik. Sesekali Debbie bersiul dan menyanyikan lagu yang diputarnya dari ponselnya yang berada di dash board mobil.
"Jangan putus asa seperti itu! We don't go to prison" ucap Debbie sambil mengernyit binggung menatap Isa yang sedari tadi memegang kepalanya dan menghela napas berulang - ulang.
"Apa aku terlihat seperti orang yang putus asa?" tanya Isa sambil menatap binggung ke arah Debbie.
"Yep!" jawab Debbie dengan cepat
Isa kembali menghela napasnya dengan kasar.
"Tenang saja, kita akan pulang cepat kok" ucap Debbie yang merasa tau hal apa yang sedang membebani pikiran Isa.
"Hem..."
Tak perlu waktu lama, kini Isa dan Debbie sudah berada di area Club.
"There he is!" ucap Debbie gembira sambil mengangkat tangannya untuk menyapa seorang pria yang sedang duduk sendiri di sebuah sofa panjang.
Melihat kegembiraan Debbie yang menggebu - gebu, Isa jadi tidak yakin dengan tujuan kedatangan mereka kesini. Sebenarnya mereka ingin membicarakan kontrak model atau kontrak ******?
"Ayo!" ucap Debbie bersemangat sambil menarik tangan Isa untuk mengikutinya.
Isa yang tangannya sudah ditarik oleh Debbie hanya bisa pasrah dan mengikuti Debbie dari belakang. Isa hanya bisa berharap, semua dapat berjalan dengan lancar dan Isa dapat pulang dengan cepat ke rumahnya.
"Oh... hai Debbie!" ucap lelaki itu dengan ramah sambil memeluk tubuh Debbie dan mencium pipi kanan dan kirinya secara bergantian.
"Hai!" ucap Debbie tak kalah ramahnya sambil membalas pelukan lelaki itu.
"And... you?" tanya lelaki itu sambil menyipitkan matanya saat menatap Isa yang sedari tadi berada di belakang Debbie.
"Oh, ini adalah sahabatku. Namanya Isa, Isabelle Rose" ucap Debbie sambil merangkul Isa.
Isa hanya bisa memaksakan senyumnya. Bagaimanapun, dia tidak boleh memberikan kesan buruk kepada orang yang baru pertama kali ditemuinya.
"A beautiful name, just like the person" ucap lelaki itu sambil tersenyum pepsodent kepada Isa.
"Thank you" ucap Isa dengan terpaksa
"Ugh, aku hampir saja lupa untuk memperkenalkan diriku. Namaku adalah Austin Alatas. Orang - orang biasanya memanggilku dengan nama Aust, terdengar seperti singkatan nama negara Australia, right? Tapi untukmu, aku memperbolehkanmu memanggilku dengan sebutan Austin Honey" jelas Austin dengan panjang lebar.
Isa hanya bisa tertawa garing saat mendengar ucapan pria itu yang terlalu percaya diri sehingga membuat Isa sedikit muak. Tidak ada lelaki yang pernah berbicara seperti itu kepada Isa di pertemuan pertama mereka.
"Jangan terus menggodanya! Dia tidak akan pernah tertarik kepadamu! You have wasted your time and energy" ucap Debbie sambil menjauhkan Isa dari jangkauan Austin.
"Baiklah - baiklah. Mari kita membicarakan kontraknya" ajak Austin sambil kembali duduk.
Mood Isa kembali menaik saat mendengar perkataan Austin. Setidaknya, setelah mereka selesai menandatangani kontrak, Isa dapat kembali ke rumahnya dengan cepat dan menghabiskan waktunya untuk tidur.
Selama beberapa menit berikutnya, Debbie dengan semangat menjelaskan tentang tujuan mereka melaksanakan peragaan Summer Season. Debbie juga menjelaskan tentang profit yang akan didapatnya dan didapat oleh Austin jika mereka melakukan kontrak bersama.
Isa sedikit terkejut dengan keahlian Debbie dalam menarik perhatian Austin untuk menandatangani kontrak dengan Lythe. Karena, selama Isa bersama dengan Debbie, Debbie tidak pernah seantusias itu dalam hal menjelaskan kontrak dan biasanya Debbie akan menyuruh Isa yang menjelaskan sebagian dari isi kontrak.
Apakah karena Austin memiliki wajah yang tampan, sehingga Debbie begitu bersemangatnya menjelaskan tentang kontrak mereka? Semoga saja tidak.
"Terdengar menarik dan menguntungkan. Baiklah, berikan berkasnya kepadaku. Akan kutanda tangani" ucap Austin sambil tersenyum.
Dengan cepat, Isa memberikan sebuah map kepada Austin.
"Apakah kau tidak akan membacanya lagi?" tanya Debbie saat melihat Austin langsung membuka lampiran penandatanganan kontrak.
"Tidak. Aku percaya dengan orang yang telaten sepertimu" goda Austin sambil tersenyum miring.
Isa langsung menatap Debbie yang kini sedang menundukkan kepalanya. Isa yakin 100% kalau saat ini Debbie sedang tersipu malu, namun karena lampu yang temaram, Isa tidak dapat menangkap rona - rona merah di sekitar wajah Debbie.
"Kedatangan tamu, huh?" tanya seorang lelaki yang menginterupsi kegiatan Austin yang hendak menandatangani kontrak.
Tubuh Isa langsung menegak seketika, jantungnya berdetak dengan tidak normal.
*S*t! Apa itu adalah lelaki yang selalu menghiasi kepala Isa selama beberapa hari ini?
"Oy, Luke! Tumben sekali terlambat" ucap Austin sambil menatap lelaki itu yang sedang berdiri.
"Women always bring problems" ucap lelaki itu, Luke, sambil duduk di samping Isa.
Isa yang merasakan bagian sofa disebelahnya diduduki oleh Luke langsung menahan napasnya. Isa merasa sangat gugup dan takut saat ini.
"Miss me?" bisik Luke tepat di telinga Isa.
Isa hanya diam mematung dan tidak menjawab pertanyaan Luke, untung saja Debbie dan Austin tidak melihat perilaku Luke itu kepadanya. Jika mereka melihatnya, Isa yakin bahwa Debbie tidak akan berhenti menggodanya.
"Oh iya... dia adalah Lukas Averanno Serrano" ucap Austin untuk memperkenalkan Luke.
"Lukas Averanno Serrano??? Apa anda adalah anak dari pemilik bank Milleis?" tanya Debbie dengan terkejut saat mengetahui identitas lelaki yang sedang duduk bersama dengan mereka itu.
"Iya... sekarang bahkan dia adalah pemilik bank itu. He is a hot young businessman" jelas Austin yang membuat Debbie semakin mengangakan mulutnya.
Luke tersenyum miring saat melihat Debbie yang begitu terkejut dengan latar belakangnya. Kemudian, Luke mengahlihkan pandangannya ke arah Isa. Wanita itu tidak menunjukkan ekspresi apapun, Isa hanya menatapi lantai club itu sedari tadi.
Apakah lantai club itu lebih menarik dari Luke yang sudah membuatnya merasakan surganya dunia?
Isa yang ditatapi dengan lekat oleh Luke merasa tidak nyaman.
"Debbie, apa kita sudah bisa pulang?" tanya Isa sambil menatap ke arah Debbie.
"Oh a---
"Bagaimana kalau kita bermain ToD dulu!" potong Austin dengan cepat
"Ah! Good idea!" ucap Debbie dengan cepat
Isa langsung membelalakan matanya mendengar ucapan Debbie. Bukannya sedari tadi Debbie sudah berjanji kalau mereka akan langsung pulang setelah menandatangani kontrak?
"Tap---
"Sudahlah! Ikut saja" ucap Luke sambil merangkul bahu Isa.
"Aku tidak meminta pendapatmu" ucap Isa dengan ketus sambil melepaskan tangan Luke yang merangkul Isa.
Luke tersenyum kecil melihat ekspresi wajah Isa. Sungguh, Isa sangat imut saat dia sedang marah, mirip dengan seekor anak anjing.
"Bukannya ToD sudah terlalu biasa? Bagaimana kalau DoD saja!" saran Debbie.
"DoD?"
"Ya. Siapa yang terpilih harus melakukan dare dari kita, namun kalau dia tidak mau melakukannya, dia harus meminum segelas champagne. Are you interested?" jelas Debbie dengan semangat
Mendengar perkataan Debbie, kepala Isa langsung pening seketika.
"Jangan frustasi seperti itu! Seharusnya kau seperti sahabatmu itu! Tau bagaimana caranya bersenang - senang" bisik Luke saat melihat Isa memegang kepalanya.
Isa langsung menatap Luke dengan tajam.
"Baiklah! Let's start!" ucap Austin dengan semangat sambil meletakkan sebuah botol bir di meja yang berada di tengah - tengah mereka.
Austin kemudian memutar botol bir itu dengan kencang - kencang. Austin dan Debbie mewanti - wanti kapan botol bir itu akan berhenti, berbeda dengan Luke yang hanya memperhatikan wajah kesal Isa sedari tadi.
"Yakh! Luke, kau kena!" ucap Austin bersemangat saat botol bir itu berhenti tepat di hadapan Luke.
"Baiklah, apa tantangannya?" tanya Luke dengan santai sambil melipat tangannya.
"Bisakah kau goda wanita yang sedang galau disana? Kau harus berhasil membuatnya menciummu duluan" tantang Austin sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang sedang menundukkan kepalanya di meja bartender.
Luke menatap wanita itu, senyum evilnya langsung muncul. Isa yang menatap senyum Luke tersebut langsung merasa merinding. Lelaki itu benar - benar memiliki aura negatif yang sangat kuat.
"Bagaimana? Apa kau tidak sanggup?" tanya Austin sambil menuangkan champagne ke sebuah gelas dan menyodorkannya kepada Luke.
"Jangan meremehkanku, Austin!" ucap Luke sambil bangkit dari duduknya.
Tak perlu waktu lama, Luke kini sudah berjalan menghampiri wanita yang sedang galau itu.
Isa terus memperhatikan Luke yang sedang berbicara dengan wanita itu. Isa tersenyum senang saat melihat wanita itu hanya memberikan respon acuh kepada Luke. Namun, senyum Isa kemudian luntur saat melihat wanita itu mencium pipi Luke.
Luke yang pipinya dicium oleh wanita itu langsung tersenyum kecil. Sekilas, Luke menatap Isa. Isa yang menerima tatapan dari Luke langsung mengahlihkan pandangannya dari Luke.
Kemudian, nampak Luke sudah menjauhi wanita itu dan berjalan ke arah meja mereka.
"Too easy!" ucap Luke sambil menjatuhkan bokongnya ke atas sofa.
"Kau curang!"
"Aku tidak curang"
"Aku memintamu agar dia menciummu"
"Bukannya dia sudah menicumku duluan?"
"Bukan ciuman di pipi, tapi di bibir!" ucap Austin dengan kesal.
Luke menyeringai dan menyampirkan tangannya di pinggang Isa.
"Kau tidak mengatakannya sebelumnya" ucap Luke sambil menarik Isa ke sampingnya.
"What!" maki Isa kecil saat tubuhnya tertarik lebih dekat ke arah Luke.
"Aku sangat suka memeluk tubuhmu, rasanya sungguh pas di tanganku. Mungkin, kita memang sudah ditakdirkan" bisik Luke.
Isa hanya mengabaikan ucapan Luke dan mencoba melepaskan tangan Luke yang melilit perutnya. Namun, tenaga Isa tidak ada apa - apanya dibanding dengan tenaga Luke. Kini, Isa sungguh menyesali dirinya yang dulu tidak pernah serius dalam pelajaran kebugaran tubuh dan otot.
Karena merasa kesal dan lelah, Isa memutuskan untuk membiarkan tangan Luke tetap melilit perutnya.
Selama permainan berlangsung, Isa hanya sibuk dengan pikirannya sendiri. Untungnya, sampai saat ini Isa tidak mendapat gilirannya. Sepertinya, dewi Fortuna tau bahwa saat ini Isa memiliki beban sehingga dewi Fortuna memberikannya sedikit keberuntungan.
"Isa! Sekarang giliranmu!" teriak Debbie dengan heboh saat botol bir itu berhenti tepat di hadapan Isa.
Isa hanya bisa terkejut saat melihat botol bir itu yang sudah berada di hadapannya. Baru saja dia berterimakasih kepada dewi Fortuna, tapi kini dia sudah mendapatkan kesialan.
"Aku ingin kau menggoda pria yang sedang mabuk disana!" ucap Austin sambil menatap seorang pria yang tengah mabuk yang jaraknya tidak jauh dari mereka.
"Hei! Jangan berikan dia sesuatu yang ekstrim! She is a pure woman!" ucap Debbie yang tidak setuju dengan tantangan dari Austin
"Kalau begitu... kau bisa meneguknya" tawar Austin sambil menyodorkan segelas champagne kepada Isa.
Isa menatap gelas yang penuh dengan cairan bening itu dengan tatapan cengo. Seumur - umur, Isa tidak pernah meminum champagne. Dan sekarang, dia harus meminum champagne? Dan dia harus meminum satu gelas? That is a not funny joke!
"Tap---
"Aku akan meminumnya" ucap Isa dengan cepat sehingga memotong ucapan Debbie.
Debbie menatap Isa dengan tatapan terkejut saat melihat Isa menghabiskan satu gelas champagne dalam sekali tegukan.
"Uhuk... uhuk..."
Isa terbatuk - batuk saat cairan bening itu mengalir dengan mulus dan cepat di tenggorokkannya. Rasanya sungguh aneh dan membuat tenggorokan menjadi kering.
"My naughty little girl!" ucap Luke saat melihat Isa terbatuk - batuk.
Dengan cekatan, Luke memberikan air mineral kepada Isa. Tak disangka, Isa menerima air mineral itu tanpa rasa curiga sekalipun. Itu bagus!
Tangan Luke juga terulur untuk menepuk - nepuk pelan punggung Isa.
"I'm fine" ucap Isa sambil menahan tangan Luke yang menepuk - nepuk punggungnya.
"Apa kau baik - baik saja? Apa kita harus menghentikan permainannya?" tanya Debbie khawatir.
Isa menatap Debbie dengan senyum yang terpaksa. Ingin rasanya Isa memaki Debbie dan memukul Debbie dengan barang - barang yang berada di sampingnya.
Bagaimana bisa Debbie menyarankan untuk menghentikan permainan saat Isa sudah menjadi korban? Kenapa tidak sedari tadi saja diberhentikan.
"Aku baik - baik saja. Lanjutkan saja permainannya" ucap Isa dengan kesal.
Kemudian, mereka kembali melanjutkan permainannya. Hingga akhirnya, Debbie mabuk karena terlalu banyak minum. Begitu juga dengan Isa. Isa mabuk hanya dengan 3 gelas champagne.
"Lukeahhh!!" panggil Isa dengan manja sambil memeluk lengan berotot milik Luke.
Luke tersenyum melihat Isa yang sedang mabuk. Isa dalam mode mabuk sungguh manja dan overactive.
"Eumh,,, ada apa?" tanya Luke sambil merapikan anak - anak rambut Isa yang menutupi wajah Isa.
"Rinduuuu" ucap Isa dengan manja sambil berpindah posisi duduk dari sofa menuju ke atas paha Luke.
"Benarkah? Kenapa kau rindu kepada orang yang selalu kau tatap dengan tajam, huh?"
"Aku ini wanita! Aku harus punya harga diri!" ucap Isa sambil mengerucutkan bibirnya dengan kesal dan memukul pelan dada Luke.
"Apa kau benar - benar seorang wanita?" tanya Luke sambil tersenyum kecil dan mencubit pelan bibir Isa.
"Tentu saja!"
"Nampaknya, kita memang harus menuntaskannya malam ini!"
**Author Note : Jangan lupa tinggalkan like dan commentnya ya! Karena itu semua free... supaya aku rajin ngeup tiap hari. Thank u sudah mau mampir dan membaca <3 **
Chapter ini telah direvisi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Deasy Dahlan
apakah... terjadi one night stand... Isa.. and Luke
2024-04-19
0
Andri Yati
apa kah deby teman yg baik,,?seperti nya tidak,kalau dia baik dia tifak akan menjerumuskan teman nya seperti itu
2022-01-17
0
Yenni Tantiana Ose Pehan
hmmmmmmmm
2021-06-25
0