Di sepanjang perjalanan, Isa merasa sangat gugup dan takut. Isa menetralkan rasa gugup dan takutnya dengan menatap ke luar jendela kaca mobil sambil mengetuk - ngetukkan jarinya di kaca.
Isa menebak - nebak apa yang akan dilakukan oleh Sean saat mereka bertemu. Apakah Sean akan marah kepada Isa karena Isa terlambat, atau Sean akan menyemangati Isa saat tau Isa melalui kejadian yang menegangkan dan hampir membuat nyawanya melayang?
"Hentikan itu!" geram supir taksi itu yang merasa risih mendengar suara ketukan jari Isa pada kaca jendela mobil.
"Huh? Apa?" tanya Isa sambil menatap dengan wajah cengonya ke arah supir taksi itu.
"Jarimu! Aku tidak suka mendengarnya!" ucap supir taksi tersebut sambil menatap tajam ke arah Isa.
Isa yang mendengar penuturan supir taksi tersebut langsung tersenyum jahil. Rasa gugup dan takutnya sudah hilang saat mendengar penuturan supir taksi tersebut.
Sambil tersenyum senang, Isa semakin mengetuk - ngetukkan jarinya di kaca dengan kuat dan cepat sehingga menimbulkan suara yang berisik.
Supir taksi tersebut yang risih mendengar suara ketukan jari Isa langsung menatap tajam Isa.
"Hentikan!" ucap supir taksi tersebut sambil menatap Isa dengan tatapan setajam silet.
"Bleek!!! Nggak mau" ucap Isa sambil menjulurkan lidahnya untuk mengejek supir taksi tersebut.
Merasa sangat marah dan kesal, supir taksi tersebut menepikan mobil taksinya secara tiba - tiba yang membuat Isa hampir terlempar ke depan, untung saja dia menggunakan safe belt.
"Apa yang kau lakukan!" teriak Isa sambil menetralkan jantungnya yang berdegub kencang karena merasa terkejut.
Bukannya menjawab ucapan Isa, supir taksi tersebut langsung mengunci Isa dengan meletakkan tangannya tepat di samping kepala Isa.
Isa yang tidak bisa berbuat banyak hanya bisa menundukkan kepalanya untuk mengurangi rasa takutnya.
"Hah! Takut ya?" tanya supir taksi tersebut dengan lamat - lamat yang terdengar sangat mengerikan di telinga Isa.
"Non (tidak)!" ucap Isa tanpa menatap supir taksi tersebut.
Supir taksi tersebut yang mendengar nada bergetar dari suara Isa langsung tersenyum miring.
Tanpa aba - aba, supir taksi tersebut menarik dagu Isa sehingga wajah Isa terangkat dan menatap supir taksi tersebut.
Saat mata mereka bertemu, lagi, lagi, Isa tersihir oleh mata biru jernih itu. Mata itu seolah - olah ingin menenggelamkan Isa dalam lautan cinta.
"Mana keberanianmu, little girl, eumh?" uca supir taksi tersebut dengan nada mengejek saat dia menyebutkan bambina.
Isa yang disebut seperti itu langsung menatap tajam ke arah supir taksi tersebut.
Apakah supir taksi tersebut tidak memiliki penglihatan yang bagus? Jelas - jelas Isa adalah seorang gadis yang dewasa. Isa sudah memenuhi segala kualifikasi untuk menjadi seorang gadis dewasa. Mulai dari pay***ra sampai pinggul\, Isa termasuk seorang gadis dewasa yang ideal.
"Beraninya kau mengatakan hal itu!!!" ucap Isa sambil mendorong supir taksi tersebut dengan kuat sehingga tercipta jarak diantara mereka.
Supir taksi tersebut yang merasa tergoda untuk kembali menggangu Isa, langsung menatap Isa dengan jenaka.
"Little Girl?!?" tanya supir taksi tersebut dengan wajah kasihan yang dibuat - buat.
"Apa kau tidak memiiki penglihatan yang bagus? Jelas - jelas aku ini adalah wanita dewasa!" ucap Isa yang tidak terima dikatakan seperti itu oleh supir taksi tersebut.
"Little girl!" goda supir taksi itu lagi sambil tersenyum senang.
"Aku ini bukan gadis kecil! Apa kau ingin bukti hah?" ucap Isa yang sudah kehilangan setengah rasa sabarnya.
"Of course!" ucap supir taksi tersebut untuk menantang Isa.
Isa yang sudah naik pitam, langsung meraih tengkuk supir taksi tersebut.
Isa langsung menempelkan bibirnya pada bibir supir taksi tersebut. Ya, hanya sebatas menempelkan bibirnya saja.
Supir taksi tersebut yang mendapatkan serangan tiba - tiba dari Isa langsung terkejut. Namun, saat Isa hanya sekedar menempelkan bibirnya pada bibir supir taksi tersebut, senyum supir taksi tersebut langsung mengembang.
Dia memang seorang gadis kecil!
"Sudahkan? Aku adalah seorang gadis dewasa!" ucap Isa sambil tersenyum bangga dan menarik dirinya dari wajah supir taksi tersebut.
Supir taksi tersebut tidak menjawab ucapan Isa.
Supir taksi tersebut memegang bibirnya sambil tersenyum.
"That's not enough!" ucap supir taksi tersebut sambil mengeram.
Tak sempat Isa menghindar, supir taksi tersebut langsung meraih tengkuk Isa dan ******* bibir Isa.
Isa yang diperlakukan seperti itu hanya bisa terkejut. Saking terkejutnya, Isa lupa bagaimana caranya untuk memberontak pada supir taksi tersebut.
Bibir supir taksi tersebut terasa sangat lembut di bibir Isa. Isa sampai terbuai oleh kelembutan bibir tersebut. Isa tak menyangka bahwa ciuman pertamanya akan terasa sangat lembut, seperti film - film romantis.
Lama - kelamaan, supir taksi tersebut semakin liar.
Isa lupa diri!
Isa terbuai dengan segala kenikmatan yang didapatnya, sehingga Isa hanya bisa pasrah saat menerima segala perlakuan supir taksi tersebut.
Mereka semakin panas dan liar. Hingga Isa kembali teringat dengan Sean.
Dengan cepat\, Isa mendorong kepala supir taksi tersebut yang sedang men***upi leher jenjang Isa.
"This is wrong!" ucap Isa sambil menetralkan napasnya yang tidak teratur karena gairah yang mulai membara di dalam tubuhnya.
"Why? Bukankah kita sama - sama membutuhkan!" ucap supir taksi tersebut sambil mengangkat tubuh Isa sehingga tubuh Isa kini berada di atas tubuh supir taksi tersebut.
Entah kenapa, Isa tidak menolak segala perlakuan kurang ajar yang dilakukan oleh supir taksi tersebut kepadanya. Sepertinya, Isa sudah kehilangan seluruh akal sehatnya.
"Pacarku akan lama menungguku. Dia mungkin akan kecewa" ucap Isa sambil menundukkan kepalanya dan memilin - milin tangannya sendiri.
"Siapa yang tau apa yang sedang dilakukan oleh pacarmu saat ini" ucap supir taksi tersebut sambil tersenyum misterius dan menyelipkan anak - anak rambut Isa ke belakang telinga Isa.
"Emangnya... apa yang dilakukannya?" tanya Isa sambil menatap binggung ke arah supir taksi tersebut.
Supir taksi tersebut mendekatkan wajahnya ke arah telinga Isa.
"Mungkin saja kini dia sedang menghabiskan aktivitas panas bersama dengan selingkuhannya!" ucap supir taksi tersebut tepat di belakang telinga Isa yang membuat Isa merinding.
"Apa yang kau katakan?!?" ucap Isa tidak terima sambil mendorong tubuh supir taksi tersebut dan kembali duduk ke bangku asalnya.
"Aku hanya mengatakan kemungkinan. Untuk apa kau langsung marah? Sepertinya kau sangat tidak rela pacarmu itu selingkuh ya?" tanya supir taksi tersebut sambil tersenyum miring dan kembali menghidupkan mesin mobilnya.
"Apa ada pacar yang ingin pacarnya selingkuh?" tanya Isa sambil menatap kesal ke arah supir taksi tersebut yang sedang mengemudikan mobil mereka.
"Ada!" ucap supir taksi tersebut sambil tersenyum sumringah.
"Siapa?" tanya Isa binggung mendengar ucapan supir taksi tersebut.
"Of course, me" ucap supir taksi tersebut sambil tersenyum
"Crazy!" ucap Isa sambil mengahlihkan pandangannya dari supir taksi tersebut.
Kemudian, keadaan di mobil menjadi sunyi.
Isa sibuk dengan pemikirannya, supir taksi itu juga begitu.
Hingga tak terasa mereka sudah sampai.
"Terima kasih! Aku tidak perlu membayarkan?" tanya Isa sambil membuka safe beltnya.
"Ehm.." gumam supir taksi tersebut.
Isa langsung menggangkat bahunya dengan acuh. Toh, supir taksi itu berkata bahwa dia adalah orang kaya, anak seorang pemilik bank pula. Pasti, uang Isa tidak ada apa - apanya dibanding dengan uang anak orang kaya itu.
Tanpa memperdulikan apapun, Isa langsung keluar dari mobilnya.
Isa melangkahkan kakinya menuju restoran yang berada di dekat Fontana di Trevi. Sampai akhirnya, Isa menemukan sebuah restoran yang sangat kental bergaya Prancis, tempat lahir Isa.
Isa tersenyum. Sean tidak pernah mengecewakannya.
"Nona Issabelle Caroline Rose?" seorang pelayan berpakaian putih menyapa Isa saat Isa menjejalkan kakinya untuk masuk ke dalam restoran itu.
"Ya. Aku" ucap Isa sambil tersenyum.
"Tuan Sean menyuruh anda untuk menunggu di dalam" ucap pelayan tersebut dengan sopan sambil tersenyum.
Isa mengernyit binggung.
Dia sudah menghabiskan banyak waktu di perjalanan tadi, apakah sampai saat ini Sean belum datang juga?
"Apakah Sean belum datang?" tanya Isa sambil mengikuti pelayan tersebut yang sedang berjalan di deapnnya.
"Tuan Sean sudah datang sejak lama... Namun beliau tadi pergi karena ada urusan" ucap pelayan tersebut sambil menarik sebuah kursi untuk Isa.
"Eumh... baiklah" ucap Isa sambil tersenyum dan duduk di kursi yang sudah dipersiapkan oleh pelayan tersebut.
Isa meneliti keadaaan restoran itu. Restoran itu bergaya Prancis yang berhasil membuat Isa rindu dengan rumahnya.
Restoran itu berwarna dasar putih dengan kombinasi emas dan silver yang membuat kesan mewah pada restoran tersebut, eh bukan... restoran tersebut memang mewah. Lampu gantung besar berwarna emas semakin menabah kesan mewah pada restoran ini.
Isa tidak pernah menyangkah bahwa dirinya dapat masuk dan menikmati hidangan makan malam di restoran yang sangat mewah dan mahal seperti ini. Biasanya, Isa hanya membeli makanan dari rumah makan sederhana yang berada di jalanan.
Hari ini akan jadi hari yang sangat berkesan bagi Isa.
Saat Isa mengedarkan pandangannya untuk menggagumi restoran itu, kedua bola matanya tanpa sengaja menatap Sean yang sedang berada di area luar restoran.
Isa mengernyit binggung.
Bukankah Sean sedang pergi?
Apa Isa salah lihat?
Dengan rasa penasaran yang sangat besar, Isa melangkahkan kakinya menuju ke area luar restoran.
Saat sampai di luar restoran, mata Isa mencari - cari keberadaan Sean. Hingga matanya menangkap tubuh Sean yang sedang membelakangi dirinya.
Senyum Isa terbit dengan sendirinya. Meski membelakangi Isa, namun Isa yakin bahwa itu adalah Sean.
"Se---
Baru saja Isa hendak memanggil Sean\, sampai matanya menangkap Sean sedang me***um seorang perempuan yang berada di hadapannya.
"Sean?!" panggil Isa dengan suara yang kuat sehingga Sean membalikkan dirinya.
Sean menatap Isa dengan tatapan terkejutnya, sedangkan perempuan yang berada dengan Sean hanya tersenyu puas. Emosi Isa semakin memuncak saat melihat perempuan yang berada dengan Sean adalah musuh bebuyutan Isa, Adela Slosar.
"Isa?" panggil Sean yang seolah - olah tidak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.
Sean langsung berlari kecil untuk menemui Isa. Sedangkan Isa hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.
"Isa.. aku bisa jelasin semua ini!" ucap Sean sambil memegang kedua lengan Isa.
"Jelasin apa?" tanya Isa dengan suara yang bergetar karena dia sedang menahan tangisannya.
"Jelasin kalau kau sudah selingkuh, hah?" teriak Isa lagi sambil memukul kuat dada Sean sehingga tercipta jarak diantara mereka.
Sean yang binggung hendak melakukan apa, langsung menyugar rambutnya dengan kesal.
"Babe... diluar ini sangat dingin" ucap Adela dengan manja sambil menyelipkan tangannya di tangan Sean.
"Dasar penipu!" ucap Isa dengan kesal dan marah sambil meremas tangannya sendiri dengan kuat.
"Apa? Kau mengatakan bahwa aku penipu? Lalu kau apa?" tanya Sean dengan amarah menggebu - gebu.
"Apa hah? Setidaknya aku tidak pernah berselingkuh!" ucap Isa marah sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Sean.
Sean yang marah dengan apa yang dilakukan Isa langsung menghempas jari Isa yang menunjuk ke arah dirinya.
"Lalu ini apa hah?!" ucap Sean sambil menyentuh leher dan tengkuk Isa.
"Apa?!" tanya Isa marah kepada Sean.
Dengan perasaan marah yang tidak terbendung lagi, Isa menatap ke arah lehernya.
Betapa terkejutnya Isa saat menatap sebuah tanda merah yang sangat banyak di leher dan tengkuknya.
Sial!
Isa memaki dirinya sendiri di dalam hatinya.
Semua tanda - tanda merah itu pastilah bekas cupangan yang diberikan oleh supir taksi tadi. Isa mengepalkan tangannya dengan kesal.
"All right! Kita akhiri saja!" ucap Isa sambil menarik dirinya dari Sean.
Isa langsung melempar tatapan tajamnya ke arah Sean dan Adela. Sean dan Adela memang pasangan yang serasi. Sama - sama penipu!
Dengan langkah lebar, Isa meninggalkan restoran itu.
Isa hanya terus berjalan tak tentu arah sampai dia berhenti di Fontana di Trevi.
"Aaarhg!!!" Isa berteriak kesal untuk meluapkan segala rasa amarahnya. Untung saja, daerah itu sepi pengunjung, sehingga Isa tidak harus menanggung malu yang sangat mendalam.
Isa menatap ke arah pancuran itu yang dipercaya dapat mengabulkan sebuah permohonan. Dengan cepat, Isa mengambil sebuah koin yang berada di tasnya.
Sebenarnya... Isa tidak pernah percaya dengan mitos itu. Selama dia tinggal di Roma, Isa tidak pernah melemparkan koin ke pancuran itu. Isa selalu menggangap bahwa hal itu adalah hal yang sia - sia.
"Aku tidak pernah meminta permintaan darimu. Jadi, tolong kabulkan permintaanku ini" ucap Isa sambil mencium koinnya dan melemparkan koinnya ke kolam air pancuran itu.
Saat koinnya sudah mendarat mulus ke dalam kolam air pancuran itu, Isa langsung melipat tangannya dan menutup matanya.
"Aku mohon... berikan aku lelaki yang lebih buruk dari Sean! Lelaki yang bisa membuatku melupakan Sean!" ucap Isa dengan suara yang nyaring dan lumayan keras.
Isa tidak tau, kalau ada seorang lelaki yang sedang menatapnya dari kejauhan dan tersenyum miring kepada Isa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Deasy Dahlan
si taxi driver...
2024-04-19
0
Mata Air
si sopir apa suruhan Adela
2022-02-15
0
ALICE💙💛
Pasti supir taxi yg tadi
2021-03-15
0