Setelah kejadian di club beberapa hari yang lalu, kini Isa sering merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa melupakan pria itu dan kenikmatan yang diberikan pria itu kepada Isa. Setiap malam, Isa selalu memimpikan pria itu dan perilaku – perilaku binatang yang dilakukan oleh pria itu kepada Isa.
Fix, pertemuan Isa dengan pria itu berhasil membuat otak Isa menjadi otak yang kotor. Tidak tau kah pria itu bahwa pria itu sudah meluluh lantahkan image polos milik Isa? Kini, setiap Isa menatap langsung seorang pria dengan garis wajah yang tegas, pikiran kotor Isa langsung mengambil ahli otaknya.
“Isa? Isa? Isabelle Caroline Rose!” panggil Debbie dengan nada yang keras sambil menepuk kuat pundak Isa.
Mendengar panggilan Debbie, Isa langsung tersadar dari lamunannya dan menatap Debbie dengan tatapan cengonya.
“Huh? Apa?” tanya Isa sambil menatapi Debbie yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal.
“Kenapa kau tidak menyahuti pembicaraanku sedari tadi? Apa kau tidak tau kalau aku sudah kehilangan banyak ion di tubuhku saat berbicara denganmu?” rutuk Debbie panjang lebar.
Isa hanya menghembuskan napasnya dengan berat. Isa memutuskan untuk mengabaikan perkataan atasannya itu.
Kemudian Isa mengahlihkan pandangannya ke meja kerjanya. Lagi – lagi, Isa menghembuskan napasnya dengan berat. Kini, meja kerjanya dipenuhi oleh banyak kertas HVS yang tercoret – coret absurd. Biasanya, Isa sangat produktif. Isa bahkan mampu mendesain 4 gaun dalam satu hari. Namun, hari ini tidak termasuk dalam satu hari biasa milik Isa itu.
“Why? What’s wrong with you?” tanya Debbie dengan nada khawatir sambil menarik sebuah kursi yang berada tidak jauh dari jangkauannya.
Isa menghembuskan napasnya dengan kasar, apa dia perlu memberitahu Debbie tentang kejadian di club tempo hari yang mampu merusak hari – hari tenang milik Isa?
“I’m just… fine” tandas Isa sambil menatap Debbie dengan sekilas.
Debbie langsung menunjukkan raut wajah kesalnya.
Sebenarnya, Isa sangat ingin menceritakan cerita yang dialaminya di club tempo hari pada Debbie. Namun, saat melihat wajah penasaran level dewa milik Debbie, Isa menjadi sangat ragu untuk menceritakannya.
“Seberapa kerasnya pun kau menyembunyikannya, aku sudah tau” ucap Debbie dengan intens.
Tubuh Isa langsung membeku. Ucapan serius Debbie membuat bulu kuduk Isa meremang, pasalanya Debbie tidak pernah berbicara seintens itu pada Isa.
Apa Debbie sudah tau semuanya?
“Aku tau bahwa kau memiliki masalah keuangan saat ini. Aku tau bahwa kau hendak menggunakan seluruh uang tabunganmu untuk biaya kuliah adikmu kan?” tanya Debbie dengan nada kasihan.
Isa menghela napasnya, lagi.
Untung saja Debbie tidak tau, permasalahan apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh Isa.
“Terimakasih atas perhatianmu” ucap Isa sambil tersenyum kecil.
“Bagaimana kalau kita ke club?” tawar Debbie dengan matanya yang sengaja dikedip – kedipkannya secara berulang – ulang, seperti boneka – boneka milik anak perempuan yang bisa berkedip secara otomatis dan akan membuatmu merinding jika kau memerhatikannya secara langsung.
“Aku tidak bisa” tolak Isa sambil bangkit dari duduknya dan membereskan kertas – kertas HVSnya yang berserakan tak tentu arah di atas mejanya.
“Kenapa? Aku sangat ingin ke club saat ini. Apa kau tau? Saat kita ke club kemarin, aku berkenalan dengan seorang pengusaha muda. Aku sudah berjanji padanya untuk bertemu lagi pada malam ini” terang Debbie sambil tersenyum sendiri.
“Aku tidak bisa. Kau kan bisa pergi sendiri kesana, daripada aku ikut dan menjadi anti nyamuk kalian berdua, lebih baik aku mencuci mataku dengan pemandangan surgawi dari para model Calvin Klein” tolak Isa lagi.
“Shit! Kenapa kau seperti ini kepadaku? Tidak kah kau tau bahwa aku sangat perlu kau untuk mengantarku pulang ke rumah jika aku sedang mabuk disana? Kalau tidak ada kau… mungkin sejak dulu aku sudah jadi one night stand para penghuni club itu”
“Kau kan sudah dewasa! Setidaknya tahanlah dirimu untuk meminum minuman disana!”
“Bagaimana aku bisa tahan? Mereka yang mencekokiku dengan minuman itu”
“Kalau kau dicekoki dengan poop, apa kau masih mau?” tanya Isa sambil menatap tajam ke arah Debbie.
Bugh!
Tumpukan kertas HVS yang sedari tadi sudah dikumpulkan oleh Isa dan ditatanya kini sudah berhamburan karena Debbie melemparkannya ke lantai.
Isa hanya menggeleng kepalanya dengan samar dan memunguti kertas HVS yang sudah berhamburan itu di lantai.
Sampai kapanpun, sepertinya Isa harus mengalah dengan Debbie jika Isa tidak ingin pekerjaannya diganggu gugat oleh Debbie. Terkadang Isa merasa binggung, Debbie yang memiliki temperamental seperti itu, bagaimana bisa menjadi seorang pemiliki rumah mode yang disegani di seluruh penjuru kota Paris? That’s a miracle!
“Isa, apa kau tidak tau kalau aku harus berusaha keras demi mendapatkan lelaki itu? Pasti kau tidak tau kan kalau lelaki itu sudah memiki istri” jelas Debbie.
Isa yang mendengar perkataan Debbie langsung menatap Debbie dengan matanya yang sudah membulat sempurna. Apakah Debbie hendak menjadi perusak rumah tangga orang lain?
“Apa kau ingin merusak rumah tangga orang lain? Masih banyak lelaki lajang di dunia ini, eumh tidak… di Paris juga banyak” ucap Isa yang terkejut dengan perkataan Debbie
“Hei, apa kau pikir aku serendah itu?” tanya Debbie sambil mengernyitkan dahinya, tentu saja dia tidak suka dengan ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Isa kepadanya.
“Jadi, kau apa hah?”
“Aku ini penguji kesetiaan rumah tangga orang professional” ucap Debbie dengan bangga sambil menghempaskan rambut pirangnya, seperti yang dilakukan oleh artis – artis saat membintangi iklan shampoo.
“Bangga sekali” cicit Isa dengan suara yang kecil.
Debbie mengernyit binggung saat mendengar suara cicitan Isa. Debbie mendengar pasti bahwa Isa baru saja bersuara, namun Debbie tidak dapat menangkap apa yang baru saja dikatakan oleh Isa, jadi Debbie memutuskan untuk mengabaikan ucapan Isa.
Bukannya tidak tau lebih baik daripada tau?
“Aish… kenapa kita jadi membicarakan hal itu sih!” rutuk Debbie sambil memukul pelan kepalanya.
“Jadi… kau ikut denganku ke club kan?” tanya Debbie lagi sambil tersenyum
“Jawabannya masih sama. Aku tidak mau ikut”
“Kenapa? Aku akan mentraktirmu minuman yang paling mahal disana” ucap Debbie sambil mengerucutkan bibirnya dengan kesal.
“Aku masih harus mendesain gaun untuk peragaan busana Summer season. Aku tidak punya waktu untuk minum – minum di club”
“Sudahlah! Lupakan semua pekerjaaanmu itu! Aku akan memberikannya kepada desainer kita yang lain. Pokoknya kau harus ikut denganku!”
“What do you mean? Aku bekerja disini, aku harus menjalankan tugasku sebagai seorang pekerja! Aku tidak mau makan gaji buta. Lagipula, apa kau ingin peragaan busana nanti hancur karena desainer – desainer baru yang masih junior itu?” ucap Isa dengan kesal sambil mengambil sling bagnya.
“Semua orang sangat ingin mendapatkan uang tanpa bekerja. Tapi kau…?”
“Aku bukanlah orang dari semua orang itu. Baiklah, aku harus pulang dulu” tandas Isa sambil berjalan meninggalkan Debbie.
Isa terus berjalan keluar dari ruangannya tanpa memperdulikan Debbie yang sedari tadi memanggilnya. Mungkin, besok dan seminggu kedepan, Debbie akan marah kepadanya. Namun, Isa yakin bahwa mereka pasti akan dapat berbaikan lagi seperti biasanya.
Selama perjalanan pulang menuju ke rumahnya, Isa terus memijit – mijit kepalanya yang pening. Kenapa beberapa hari ini dia ditimpa oleh beban yang bermacam – macam? Mulai dari beban mental dari pria di club itu, beban keuangan dari keluarganya, beban pekerjaan dari kerjanya dan beban kebebasan dari Debbie yang selalu menuntutnya untuk mengikuti Debbie ke club.
Isa menghela napasnya dengan kasar. Bagaimanapun, Isa tidak boleh menunjukkan raut wajah tertekannya itu di depan kedua orang tuanya. Pasti kedua orang tuanya akan merasa sedih dan menyalahkan diri mereka sendiri karena sudah menjadikan Isa sebagai pembantu tulang punggung keluarga mereka.
“Aku pulang” ucap Isa sambil tersenyum ceria, dia berusaha menutupi segala beban yang dipikulnya.
“Kakak!” panggil Minnie, adik Isa, dengan heboh saat melihat Isa sudah memasuki rumah mereka.
“Ada apa, humh?” tanya Isa sambil mencubit kedua pipi adiknya yang chubby itu.
“Tidak! Aku hanya ingin mengatakan kalau aku sudah diterima di National School of Fine Arts!” ucap Minnie dengan gembira.
Isa mengernyit binggung.
National School of Fine Arts? Anak kecil juga tau kalau sekolah itu adalah sekolah kesenian disaat mereka mendengar kata Arts di nama sekolah itu.
“Kenapa harus itu? Bukannya ayah menyuruhmu untuk masuk ke Institusi Ilmu Politik Paris?” tanya Isa binggung.
“Politic not my style!”
“Bagaimana kau akan menjelaskan hal itu kepada ayah? Ayah pasti akan kecewa dan marah” ucap Isa khawatir sambil berjalan menuju ke kamarnya dan Isa diekori oleh Minnie.
“Aku sudah besar kak! Aku sudah dapat membuat keputusanku sendiri!” ucap Minnie sambil menatap kakaknya itu dengan sebuah kernyitan binggung.
Biasanya, kakaknya itu selalu mendukung keputusan Minnie. Namun, hari ini kenapa dia tidak mendukung Minnie?
“I know, tapi bagaimana dengan ayah? Apa kau ingin mengecewakan ayah? Kemarin ayah sudah begitu senang saat memberitahuku bahwa kau berminta masuk ke Institusi Ilmu Politik paris. Kenapa sekarang berubah lagi?” tanya Isa sambil menjatuhkan dirinya ke kasurnya.
Baru saja Isa berharap, setidaknya saat dia sampai di rumah, dia akan mandi dan menghabiskan waktu untuk tidur agar pikirannya kembaki jernih. Namun, ternyata itu semua tidak semudah yang Isa pikirkan.
“Karena itu, aku ingin kakak membantuku” ucap Minnie sambil menunjukkan wajah puppy facenya.
Isa langsung mendengus kesal dan menatap Minnie dengan tajam.
“What?” tanya Isa dengan sangar.
“Tolong buat ayah setuju aku bersekolah disana ya kak?” mohon Minnie sambil memegang lembut tangan kakaknya itu.
“No! Untuk apa kau meminta bantuan dariku? Aku tidak mau membantumu! Lagian aku tidak akan mendapatkan keuntungan jika aku membantumu! Jadi, untuk apa aku membantumu” ucap Isa dengan acuh sambil menutup matanya untuk terhindar dari godaan membantu Minnie.
Isa memang sangat lemah menjadi seorang kakak, dia tidak pernah memiliki wibawa yang tinggi terhadap Minnie. Bahkan, Isa sangat jarang memarahi Minnie. Terakhir kali dia memarahi Minnie adalah saat Isa kembali dari Roma, 2 tahun yang lalu.
Isa memang selalu menuruti kemauan Minnie, karena Minnie selalu memberikan wajah imutnya kepada Isa saat meminta sesuatu kepada Isa. Dan kelemahan Isa adalah keimutan adiknya itu.
“Aku berjanji akan membelimu album Bruno Mars yang 24 K itu” ucap Minnie sambil mengancungkan tanda suernya.
Isa mengintip Minnie sekilas dan tersenyum kecil.
“Aku tidak suka Bruno Mars!” tolak Isa sambil membalik badannya untuk memunggungi Minnie.
“*Bull s*t! Kakak sangat menyukai Bruno Mars kan? Aku pernah membaca buku diary kakak, dan kakak banyak menotice Bruno Mars. Mulai dari albumnya, lagu – lagunya, acara yang dihadirinya, penghargaan yang didapatnya bahkan kakak menuliskan setiap tanggal Bruno Mars sedang hang out yang disertai dengan jenis dan warna pakaian yang dipakainya. Jangan mencoba membohongiku kak!” papar Minnie dengan panjang lebar.
Bugh!
Isa melemparkan bantalnya ke wajah Minnie.
Berani sekali Minnie membaca hal yang sangat privasi seperti buku diarynya? Apa Minnie sedang cari mati?
Bagaimana jika Minnie telah mengetahui bahwa 2 tahun yang lalu, Isa berjumpa dengan seorang supir taxi gila yang hampir memperkosanya? It’s crazy! Isa yakin bahwa mulut Minnie tidak akan tahan untuk tidak menceritakan hal itu kepada teman – temannya.
“Kenapa kau melemparku dengan bantal?” ucap Minnie tidak terima sambil kembali melemparkan bantal tersebut ke arah Isa.
“Kenapa kau sangat menyukai privasi orang lain?!” ucap Isa sambil menatap tajam Minnie.
“Aku tidak suka privasi orang lain! Aku hanya tidak sengaja membacanya! Dan aku hanya membaca bagian dimana kau menuliskan rasa sukamu terhadap Bruno Mars! Hanya itu saja!” ucap Minnie yang tidak terima dengan tuduhan Isa.
Isa menatap kesal ke arah Minnie.
“Get out! Aku tidak akan membantumu!” ucap Isa sambil mendorong Minnie untuk menjauhi kasurnya.
“Kenapa kau jahat sekali kepadaku!” ucap Minnie yang tidak terima didorong oleh Isa.
“Hush, hush! Get out from my room!” ucap Isa sambil mendorong Minnie dengan sekuat tenaga sampai akhirnya Minnie berada di luar kamarnya.
Ceklek!
Isa langsung mengunci kamarnya, dia membutuhkan ketenangan saat ini.
Setelah berdebat dengan Minnie, Isa kembali menjatuhkan badannya ke kasurnya.
Ugh, tidak ada tempat yang senyaman kasur di dunia ini!
Tok, tok, tok!
Baru saja Isa memenjamkan matanya, kini pintunya sudah diketok dari luar.
Tok, tok, tok!
Ketukan di pintunya semakin kuat dan terkesan buru – buru.
Isa tidak melakukan apa – apa. Dia memilih menutup kedua telinganya dengan bantal yang berada di kasur. Isa terlalu malas untuk berjalan ke pintu dan membukakan pintu itu.
Isa sangat yakin, bahwa orang yang bertanggung jawab dengan suara ketukan pintu itu tak lain dan tak bukan adalah Minnie. Anak itu memang selalu bersikap gigih jika menyangkut kepentingan pribadinya.
Tok, tok, tok!
Kali ini pintu diketuk dengan sangat kuat.
Isa menghembuskan napasnya dengan kasar.
Sebenarnya, apa yang diinginkan anak itu? Dia sangat suka sekali menggangu ketenang dari Isabelle Rose, kakak kandungnya sendiri.
“Sudah kubilang! Aku tidak akan membantumu!” teriak Isa saat dia membuka pintu kamarnya.
“Eh?”
Isa langsung memandang wajah si pengetuk pintu itu. Orang itu ternyata bukan Minnie, itu Debbie!
Astaga…! Satu masalah pergi dan masalah lain datang menghampiri Isa. Sungguh sial sekali nasib Isa.
“Ada apa kau datang ke rumahku?” tanya Isa dengan tatapan datarnya.
“Aku ingin mengajakmu ke club” ucap Debbie sambil tersenyum senang.
Isa mendecakkan lidahnya dengan kesal. Club, club dan club, apakah Debbie tidak memiliki hal lain di dalam otaknya.
“Kau sudah tau jawabanku” ucap Isa
“Wait a moment!” ucap Debbie sambil mengambil ponselnya dari sakunya.
Kemudian Debbie nampak membuka ponselnya dan mencari – cari sesuatu disana. Isa hanya menatapi Debbie dengan tatapan tidak tertariknya.
“Ini. Salah satu agensi model meminta kita agar memakai model mereka untuk peragaan busana Summer season” ucap Debbie dengan semangat sambil menunjukkan riwayat chatnya kepada Isa.
Isa hanya menatap datar riwayat chat tersebut.
“So…?” tanya Isa tanpa sedikit rasa semangatpun di dalam matanya.
“Mereka ingin bertemu denganku untuk membicarakan tentang kontraknya dan mereka mengajakku untuk bertemu di club, sebuah kebetulan yang menyenangkan bukan?” tanya Debbie yang disertai oleh sebuah kekehan kecil.
“Kalau begitu, pergi saja sendiri”
“Kau kan asistenku! Kau wajib ikut bersama denganku! Apa kau menjadi seorang pekerja yang memakan gaji buta!!”
Shit! Itu ucapan Isa tadi saat bertengkar dengan Debbie!
Isa tidak sadar bahwa ucapannya itu kini menjadi boomerang untuknya!
“Ayolah! Lagipula ini untuk kelangsungan rumah mode kita! Kau pasti tau kan kalau banyak yang berharap bahwa peragaan busana nanti akan membuat nama rumah mode Lythe menjadi semakin terkenal, dan itu sangat berdampak positif untuk para karyawan kita” papar Debbie.
Tumben sekali Debbie dapat berbicara dengan bijak menyangkut masa depan dari Lythe. Dan… Isa sedikit tersentuh dengan perkataan bossnya itu.
“Baiklah – baiklah. Kita akan kesana. Tapi… kita akan langsung pulang setelah selesai membaca kontraknya ya?” tandas Isa.
“Iya”
“No drink and no man!” ucap Isa sambil menatap Debbie dengan tatapan tajamnya.
“Aye aye captain!” ucap Debbie sambil membuat tanda menghormat kepada Isa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Deasy Dahlan
ketemu lagi sm si taxi driver
2024-04-19
0
Rezha Mamsq
tolong thoor terjemahkan juga bhasa Inggris nya thoor,,
2022-02-12
0
Nur Kholifah
seruu bgt novelnya
2021-08-12
0