" Ma, Via izin mau pulang kampung dulu beberapa hari, sekalian ajak Cecil, dia kangen sama nenek nya, ucap Via kepada Mama Gina mantan ibu mertua, yang sudah Via anggap Ibu nya sendiri.
Mama Gina memeluk Via dan berganti kepada Cecil. " Kalian hati-hati di jalan, kalau udah sampai kabarin Mama ya Via, ucap Mama Gina memeluk via.
Via mengangguk dan seterusnya dia masuk ke mobilnya dengan Cecil yang telah duduk manis di bangku penumpang di samping Sang Mama.
Mobil Via melaju dengan santai keluar jakarta menuju Semarang, di mana kampung sang Ibu berada.
Selama perjalanan, Via membawa mobilnya sangat santai, karena tak ada pula yang dia kejar buru-buru sampai di kampung sana
" Ma, Cecil lapar, ucap anak usia delapan tahun itu melihat sang Mama.
Via tersenyum dan melihat sekitar. " Kamu tahan bentar ya sayang, Mama lihat di depan ada Rest area, kita makan di sana sekalian istirahat.
Mobil Via berhenti di salah satu Rest area. Mereka turun dari mobil mencari toilet lebih dulu baru tempat makan.
Ibu dan anak itu akhirnya memilih makan nasi dan ayam goreng yang iklan nya kakek tua berjenggot putih.
" Makan yang banyak nak, perjalanan kita masih tiga jam lagi, Via mengelus kepala sang Anak.
Setelah istirahat sejam lebih, sekarang mobil yang Via kendarai kembali bergabung dengan ramainya lalulintas di jalanan.
Tepat pukul sepuluh malam, Mobil Via memasuki area perkampungan tempat sang Ibu.
Via tersenyum melihat sekitar kampung, dimana di sanalah dia dilahirkan dan di besarkan penuh kasih sayang.
Cecilia telah tidur dari jam delapan malam tadi, sampai sekarang belum bangun padahal mereka telah tiba di depan rumah sang Nenek.
Mendengar ada suara mobil, Mbak Wilis melihat kaca rumah.
lalu dia mengintip dan keluarlah Via.
Mbak Wilis membuka pintu, lalu tersenyum saat Via pun melihat nya. " Loh mbak Via toh, saya kirain siapa malam-malam gini datang bertamu.
Sek yo mbak, aku panggilin Ibu.
Via mengangguk dan membangunkan Cecil. " Sayang, ayo bangun nak, kita sudah sampai rumah nenek ini. Cecil yang terganggu dengan suara sang Mama, akhirnya membuka Mata
" Wah, kita udah sampai rumah nenek Ma?? Cecil keluar setelah melihat Mama nya mengangguk
sementara Via menurunkan Koper mereka.
Sedangkan di dalam kamarnya Ibu Maryati, Mbak Wilis mengetok pintu kamar.
Toooookkk
Toooookkk bu apa sudah tidur, panggil mbak Wilis.
Ibu Maryati yang mendengar suara Mbak Wilis pun membuka Pintu kamarnya.
" Baru akan tidur, ono opo to Mbak?? Tanya Ibu Maryati melihat mbak Wilis.
" Maaf Bu, mengganggu malam gini. Iku bu, Mbak Via pulang karo anak e, ucap Mbak Wilis.
ibu Maryati terkejut saat mendengar nama putrinya.
Ibu Maryati keluar dan melihat benar-benar ada putri sulung nya di depan pintu tengah memasukan koper.
" Ya allah Via, ngapain sampai malam gini nak. Kamu berdua saja sama Cecil?? Tanya Ibu Maryati seakan lupa, jika Via sekarang seorang Janda.
" Ehh Bu. Assalamu'alaikum, maaf Bu kalau Via sampai malam banget. Tadi banyak berhenti di jalan, maklum Bu bawa Cecil.
Ibu berjalan memeluk Via lalu Cecil. Endah apa sayang, ayo masuk.
Biar mbak Wilis yang masukin koper kamu ke kamar.
Via mengangguk dan berjalan menuju ruang keluarga.
Cecil sudah duduk di pelukan sang nenek.
" Aku rindu Nenek, ujar Cecil manja.
Ibu Maryati tersenyum dan mencium kening sang cucu.
" Nenek juga rindu Cecil. Maaf ya sayang, Nenek engga bisa angkat telepon beberapa hari ini, ucap Ibu Maryati.
Via melihat sang ibu yang nampak pucat.
" Ibu sakit bu?? Kalau iya besok kita ke dokter, aku engga mau ibu kenapa-napa, aku cuma punya ibu sekarang.
Via melihat sang ibu. Namun ibu Maryati tersenyum hangat. " Ibu endak apa Via. Besok juga udah sehat, palingan ibu rindu kalian saja.
Bagaimana keadaan di jakarta, Fika ada telepon kamu nak?? tanya Ibu Maryati kearah Via.
Via melihat ibu dan menggeleng. " Wes to bu, jangan pikiran mereka. Pikirin kesehatan ibu saja. Fika sudah besar dan punya suami. Sekarang ibu harus sehat, Via masih butuh Ibu, Via memeluk sang ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments