Bab 5 Menjemput kebahagiaan

Abi Zaenal dan Umi Maryam menghela nafas berat. Entah, kesekian kalinya putranya mengingatkan. Padahal Abi Zaenal sudah tahu. Tapi putra bungsunya terus saja memberitahu.

"Abi, umi. Pokoknya kalian jangan lupa. Besok kita ke rumah Adam Hawa. Kalian harus dampingi Farel. Farel gugup sekali."

"Nak, umi bosan dengarnya. Apa kamu gak cape dari bulan kemaren ngingetin umi dan Abi Mulu."

Protes umi Maryam. Umi Maryam tidak pernah melihat putra bungsunya se antusias begitu mengenai hal perempuan. Entahlah, bahkan enam tahun belakangan Farel sangat fokus bekerja. Katanya untuk biaya menikah. Padahal, mereka mampu lebih dari apapun menyiapkan semuanya. Tapi, Farel tak mau. Farel ingin semuanya hasil keringatnya sendiri.

"Umi kok gitu. Farel cuma mengingatkan. Umi sama Abi kan suka pergi tiba-tiba."

"Iya ... Iya .., umi minta maaf. Habis Abi kamu ngajak umi jalan-jalan Mulu."

"Kok, jadi Abi yang kena. Padahal umi pun senang di ajak jalan-jalan. Kaya anak muda."

Pipi umi Maryam memerah, tersipu akan ucapan suaminya.

Farel jadi kesal sendiri melihat kemesraan kedua orang tuanya. Padahal dulu abi nya tidak se-bucin itu. Entahlah, Farel juga bingung.

"CK, kalian sudah tua."

"Emang masalah."

"Abi!!"

Farel menggelengkan kepala melihat tingkah Abi Zaenal. Padahal setahu Farel dulu. Abi Zaenal sangat dingin sekali. Boro-boro bermesraan di depan anak. Bersapa pun jarang. Tapi, sekarang, lihatlah. Dunia seolah milik mereka berdua.

"Kalau begitu, Farel istirahat saja. Dari pada mata suci Farel ternoda."

"Idih, ngambek."

"Abi sudah. Abi juga selalu saja bikin anaknya kesel."

Farel tak mempedulikan lagi kedua orang tuanya. Farel memilih masuk kamar dan menguncinya. Farel sudah tak sabar bertemu Sinta.

Farel berharap, semuanya lancar. Tidak ada hambatan apapun.

"Besok kita akan bertemu. Aku gak sabar menghalalkan kamu. Entah sihir apa yang kamu gunakan. Kenapa kau selalu membuat aku jatuh cinta tanpa bertemu.

Senyum mu menggetarkan hatiku. Ingin sekali ku mendekap mu. Mengurung mu dalam cintaku. Kau tahu, enam tahun bukan waktu yang mudah bagiku menunggu. Apalagi kak Malik selalu melarang ku bertemu. Tapi, kini perjalanan itu telah usai. Semoga besok Allah memperlancar semuanya, aamiin."

Farel memilih langsung tidur. Berharap esok cepat datang.

Tidak ada yang paling membahagiakan terkecuali pertemuan. Itulah yang di rasakan Farel dan Sinta. Menjaga hati keduanya walau banyak hati yang datang. Mereka memang bukan Sayidah Fatimah bintu Rasulullah dan juga Ali bin Abi Tholib. Cinta mereka begitu suci tidak ada kisah yang romantis kecuali kisah mereka. Bahkan setan pun tak tahu isi hati Ali dan Fatimah. Allah menjaga hati keduanya dalam diam. Di mana biarlah doa yang bertemu.

Dua insan yang begitu Rasulullah muliakan dan cintai.

Alangkah indahnya di akhir jaman ini ada kisah seperti itu. Mustahil, karena Farel dan Sinta hanya manusia biasa. Mereka tak lepas dari nafsu. Namun, selama ini keduanya mampu menjaga hatinya.

...

Pagi hari ...

Abi Zaenal dan Umi Maryam sudah bersiap. Bahkan Adam dan Ani pun ikut menyaksikan lamaran Farel.

Umi Maryam mengerutkan kening, melihat putra bungsunya yang terlihat buru-buru.

"CK, gak sabaran."

Sindir Adam pada adiknya. Adam memang si paling cuek dan dingin. Entah bagaimana bisa Ani meluluhkan es balok itu. Farel tak peduli, ia hanya memutar bola mata, malas.

"Abi, umi, Abang dan kakak ipar. Kalian pergi duluan ya. Farel ada urusan sebenar, nanti nyusul."

"Urusan apa, nak? Jangan aneh-aneh deh. Kita harus sama-sama."

"Kantor polisi. Sudah ya, Farel buru-buru. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Farel, nak ..,"

Teriak umi Maryam namun tak membuat langkah Farel terhenti.

"Sudah umi, lebih baik kita berangkat duluan."

"Tapi, bang. Perasaan umi tak enak. Bagaimana terjad--"

"Istighfar umi. Jangan mendahului takdir Allah."

"Astaghfirullah, maaf kan umi, Abi."

"Sudah, kita berangkat."

Mau tak mau mereka berangkat tanpa bareng sama Farel.

Mereka berharap tidak ada sesuatu yang terjadi pada Farel.

Entah apa yang sebenarnya terjadi. Umi Maryam berharap putranya baik-baik saja.

Farel sendiri kesal akan sahabatnya. Kenapa bisa berurusan sama polisi. Jika bukan sahabatnya mana mau Farel membantu.

"Rel."

Farel menghela nafas menatap tajam sahabatnya.

"Selamat pagi pak. Boleh saya tahu apa yang di lakukan teman saya?"

"Teman anda menerobos lampu merah. Hampir saja mengakibatkan kecelakaan. Belum lagi gak bawa SIM."

Panjang lebar pak polisi menjelaskan kenakan menahan teman Farel. Mau tak mau Farel mengurus semuanya. Farel kesal, keberangkatannya jadi terganggu.

Sudah selesai mengurus semuanya akhirnya Farel bisa pergi.

"Terimakasih, Rel. Sorry gue ngerepotin lo."

"Kebiasaan, sih. Emang kenapa Lo pagi-pagi ngebut?"

"Nyokap gue katanya kritis jadi gue buru-buru. Tapi malah begini."

Farel menghela nafas berat. Yang tadinya kesal sekarang sedikit reda mendengar nyokap sahabatnya kritis.

"Sekali lagi terimakasih. Dan maaf, gue harus nunda acara lamar Lo."

"Santai saja. Maaf gue gak bisa jenguk nyokap Lo. Gue harus segera pergi."

"Ya. Hati-hati, gue juga berangkat."

"Tunggu, Yan."

Farel kembali menahan motor Yandi membuat Yandi bingung.

"Ambil ini, buat nyokap Lo."

"Jangan buat gue malu, Rel. Gue sudah banyak nyusahin Lo."

"Sudah ambil."

Desak Farel membuat Yandi mau tak mau mengambil uang yang di berikan Farel.

Yandi salah satu sahabat Farel. Walau Farel orang berada tapi Farel tak pernah pilih-pilih teman. Salah satu nya Yandi, yang terlahir dalam keluarga sederhana. Sudah biasa bagi mereka saling membantu.

"Terimakasih, ya. Kalau begitu gue duluan. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Farel menghela nafas berat. Farel terkejut tatkala ia sudah telat. Keluarganya pasti sudah hampir sampai ke rumah Adam Hawa. Farel segera bergegas masuk kedalam mobil. Farel berharap ia sampai tepat waktu jangan sampai keluarganya menunggu ia.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Ucap Farel menyalakan mesin mobilnya. Untung saja jalanan cukup sepi membuat Farel leluasa membawa mobil dengan kecepatan tinggi.

Dret ...

Farel mengambil ponselnya melihat siapa yang menelepon.

"Waalaikumsalam, umi."

^^^"Nak, kamu masih di mana? Kami sudah mau hampir sampai."^^^

"Alhamdulillah, Hm ..., mungkin sekitar tiga puluh menit Farel sampai."

^^^"Ya sudah. Hati-hati di jalan. Jangan ngebut-ngebut."^^^

"Baik, umi."

^^^"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."^^^

"Waalaikumsalam."

Farel langsung menyimpan kembali ponselnya. Berfokus menatap ke depan. Jantung Farel berdetak kencang. Rasanya Farel tidak sabar bertemu.

Hari ini adalah hari yang akan bersejarah bagi Farel. Akhirnya rindu Farel akan segera terbalas. Entah secantik apa nanti Sinta. Gadis itu pasti nampak malu-malu. Membayangkannya saja membuat Farel gemas.

"Tunggu aku. Aku tak sabar segera menghalalkan kamu, Sinta Putri Adam."

Gumam Farel dengan senyum di bibirnya. Memperlihatkan betapa bahagianya dia.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Enam tahun lalu ....,
2 Bab 2 Cantik!
3 Bab 3. Dua hari lagi?
4 Bab 4 Jalan-jalan
5 Bab 5 Menjemput kebahagiaan
6 Bab 6 Awal mula kebencian itu muncul
7 Bab 7 Masih sakit
8 Bab 8 Pindah tugas
9 Bab 9 Hari pertama pindah kerja
10 Bab 10 Saya bingung!
11 Bab 11 Maafkan saya.
12 Bab 12 Saya malu ..,
13 Bab 13 Pawang
14 Bab 14 Melihat hantu
15 Bab 15 Lima detik
16 Bab 16 Menggemaskan
17 Bab 17 Berujung petaka
18 Bab 18 Dasar ceroboh
19 Bab 19 Pergi!
20 Bab 20 Manja
21 Bab 21 Posesif
22 Bab 22 Pengakuan
23 Bab 23 Babak baru
24 Bab 24 Dokter Sinta!
25 Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?
26 Bab 26 Cucu anda memaksa, saya.
27 Bab 27 Kecewa
28 Bab 28 Gara-gara telepon
29 Bab 29 Kamu mendua?
30 Bab 39 Belum terbiasa
31 Bab 30 Kita bertemu lagi ...
32 Bab 31 Pecel ayam
33 Bab 32 Terimakasih calon istri.
34 Bab 33 Bulsit
35 Bab 34 Aku tahu.
36 Bab 35 Calon mantu
37 Bab 36 Ya
38 Bab 37 Sudah halal
39 Bab 38 Akhh!!!
40 Bab 40 Gaun pengantin.
41 Bab 41 Resepsi pernikahan
42 Bab 42 Jepang
43 Bab 43 Saling menjaga perasaan
44 Bab 44 Ayo lakukan, ...
45 Bab 45 Bu dokter paling tahu.
46 Bab 46 Mertua baik
47 Bab 47 Malam panjang
48 Bab 48 Kamu bukan obat
49 Bab 49 Gaya baru, sayang
50 Bab 50 Sleep call
51 Bab 51 Persiapkan Mental
52 Bab 52 Berdamai
53 Bab 53 Luapan Rindu
54 Bab 54 Sejenak mengenang masa lalu
55 Bab 55 Itu privasi
56 Bab 56 Meleleh hati adek
57 Bab 57 Muhamad Farel
58 Bab 58 Makanan gak di masak tapi bukan cemilan
59 Bab 59 Nakal
60 Bab 60 Ngidam
61 Bab 61 Cerita orang hamil
62 Bab 62 Gara-gara rujak
63 Bab 63 Kakak jahat
64 Bab 64 Makin jatuh cinta
65 Bab 65 Kesalahpahaman.
66 Bab 66 Mau jadi mantu saya?
67 Bab 67 Kita ke hotel
68 Bab 68 Menghabiskan waktu berdua
69 Bab 69 Melahirkan
70 Bab 70 Adiba Hanifa Khanza
71 Bab 71 Dia!
72 Bab 72 Salah paham
73 Bab 73 Gemasnya, ..
74 Bab 74 Permintaan Aurora
75 Bab 75 Gak mau berbagi
76 Bab 76 Nasihat Farel
77 Bab 77 Kehangatan keluarga
78 Bab 78 Akting sempurna
79 Bab 79 Deal!
80 Bab 80 Sepucuk surat
81 Bab 81 Extra prat
82 Bab 82 Abi sudah ada calon
83 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Enam tahun lalu ....,
2
Bab 2 Cantik!
3
Bab 3. Dua hari lagi?
4
Bab 4 Jalan-jalan
5
Bab 5 Menjemput kebahagiaan
6
Bab 6 Awal mula kebencian itu muncul
7
Bab 7 Masih sakit
8
Bab 8 Pindah tugas
9
Bab 9 Hari pertama pindah kerja
10
Bab 10 Saya bingung!
11
Bab 11 Maafkan saya.
12
Bab 12 Saya malu ..,
13
Bab 13 Pawang
14
Bab 14 Melihat hantu
15
Bab 15 Lima detik
16
Bab 16 Menggemaskan
17
Bab 17 Berujung petaka
18
Bab 18 Dasar ceroboh
19
Bab 19 Pergi!
20
Bab 20 Manja
21
Bab 21 Posesif
22
Bab 22 Pengakuan
23
Bab 23 Babak baru
24
Bab 24 Dokter Sinta!
25
Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?
26
Bab 26 Cucu anda memaksa, saya.
27
Bab 27 Kecewa
28
Bab 28 Gara-gara telepon
29
Bab 29 Kamu mendua?
30
Bab 39 Belum terbiasa
31
Bab 30 Kita bertemu lagi ...
32
Bab 31 Pecel ayam
33
Bab 32 Terimakasih calon istri.
34
Bab 33 Bulsit
35
Bab 34 Aku tahu.
36
Bab 35 Calon mantu
37
Bab 36 Ya
38
Bab 37 Sudah halal
39
Bab 38 Akhh!!!
40
Bab 40 Gaun pengantin.
41
Bab 41 Resepsi pernikahan
42
Bab 42 Jepang
43
Bab 43 Saling menjaga perasaan
44
Bab 44 Ayo lakukan, ...
45
Bab 45 Bu dokter paling tahu.
46
Bab 46 Mertua baik
47
Bab 47 Malam panjang
48
Bab 48 Kamu bukan obat
49
Bab 49 Gaya baru, sayang
50
Bab 50 Sleep call
51
Bab 51 Persiapkan Mental
52
Bab 52 Berdamai
53
Bab 53 Luapan Rindu
54
Bab 54 Sejenak mengenang masa lalu
55
Bab 55 Itu privasi
56
Bab 56 Meleleh hati adek
57
Bab 57 Muhamad Farel
58
Bab 58 Makanan gak di masak tapi bukan cemilan
59
Bab 59 Nakal
60
Bab 60 Ngidam
61
Bab 61 Cerita orang hamil
62
Bab 62 Gara-gara rujak
63
Bab 63 Kakak jahat
64
Bab 64 Makin jatuh cinta
65
Bab 65 Kesalahpahaman.
66
Bab 66 Mau jadi mantu saya?
67
Bab 67 Kita ke hotel
68
Bab 68 Menghabiskan waktu berdua
69
Bab 69 Melahirkan
70
Bab 70 Adiba Hanifa Khanza
71
Bab 71 Dia!
72
Bab 72 Salah paham
73
Bab 73 Gemasnya, ..
74
Bab 74 Permintaan Aurora
75
Bab 75 Gak mau berbagi
76
Bab 76 Nasihat Farel
77
Bab 77 Kehangatan keluarga
78
Bab 78 Akting sempurna
79
Bab 79 Deal!
80
Bab 80 Sepucuk surat
81
Bab 81 Extra prat
82
Bab 82 Abi sudah ada calon
83
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!