Bab 2 Cantik!

"Ya Allah, apa Sinta salah menolak niat baik orang. Ya Allah, kau yang maha tahu sebenarnya Niat Sinta apa. Sinta takut, jika menerimanya Sinta tak bisa membagi waktu untuk suami Sinta nanti. Anak-anak masih butuh Sinta. Sinta hanya ingin melihat anak-anak mandiri agar Sinta tidak merasa khawatir."

Adu Sinta pada Allah. Sinta mencurahkan segala isi hatinya pada Allah. Karena Sinta yakin, Allah maha tahu segalanya apa yang terbaik untuknya.

Saat ini Sinta hanya ingin fokus pada adik-adik nya. Mengajarkan adik-adik mengelola perusahaan agar nanti ketika Sinta Menikah. Sinta bisa menyerahkan perusahaan pada adik-adik nya dan Sinta bisa fokus pada suaminya nanti.

Sinta tak mau membebani Raja ataupun Malik suatu hari nanti. Sinta ingin mandiri dan mengajarkan adik-adik nya pun begitu.

Sinta tidak ada niat yang lain. Apalagi yang datang padanya dari keluarga baik-baik walau Sinta belum tahu bagaimana sikap dan sifat nya Farel.

Sinta yakin, jika jodoh mungkin Farel mau menunggunya. Walau Sinta tidak berharap lebih. Sinta hanya ingin Fokus pada tujuan awalnya. Apalagi Sinta tak tahu, jika Raja menikah apa Raja akan tinggal di rumah Adam Hawa atau pindah seperti Malik. Sinta hanya memikirkan kemungkinan terburuknya saja. Jika Raja akan keluar, maka Sinta harus siap mengurusnya sendiri.

Itulah kenapa Sinta, ingin mengasah anak-anak di perusahaan agar mengerti dan tidak perlu di ajarkan lagi. Dan nanti, adik-adik nya bisa mengajarkan pada adik-adik yang lain.

Apalagi, Aurora masih SD dan butuh banget Sinta. Mungkin, jika Aurora sudah masuk SMP sedikit lebih dewasa dalam menjalani harinya dan Sinta tidak terlalu khawatir nantinya.

Saat ini Aurora kelas dua SD dan akan berganti seragam tepat dengan Sinta lulus kuliah nanti.

Tok .. Tok ..

Sinta di kejutkan dengan suara ketukan pintu. Sinta menyudahi curhatnya pada Allah. Sinta segera membuka mukena dan membuka pintu.

"Assalamualaikum, kak. Di panggil kak Raja."

"Waalaikumsalam, dek. Baik."

Sinta menutup pintu mengikuti langkah Aurora.

Deg!

Sinta cukup terkejut mendapati Raja dan Farel ada di ruang tamu. Sinta berusaha menenangkan diri.

"Assalamualaikum, kak. Kata Aurora, kakak manggil Sinta?"

"Iya, Duduk sini."

Sinta langsung duduk di hadapan Farel. Tatapan Sinta sendari tadi menunduk tidak berani sedikitpun mengangkat kepalanya kecuali pada Raja saja.

"Ada yang ingin Farel sampaikan. Bicaralah kalian. Kakak akan memantau di luar."

Sinta cukup terkejut, namun tak bisa berbuat lebih.

Raja membiarkan ruang untuk Farel bicara pada Sinta.

Suasana seketika menjadi canggung. Namun, Farel yang notabene nya dad boy, dulu. Tentu bisa mengatasi suasana canggung ini.

"Saya sudah dengar jawaban kamu."

Ucap Farel mengawali bicaranya sambil menatap Sinta yang sendari tadi terus menunduk.

"Saya mengerti dan akan menunggu."

Deg!

Sinta terkejut akan ucapan Farel tentang menunggu.

"Saya akan menunggu kamu sampai kamu siap nanti."

Ucap Farel memperjelas ucapannya. Farel memang bukan orang yang bertele-tele. Ia lebih suka berucap jujur, apa adanya yang ia rasakan.

"Tidakkah kakak lelah."

Celetuk Sinta memberanikan diri angkat bicara.

"Lelah menunggu! Kita sebelum nya tidak saling kenal. Kenapa bisa seyakin itu?"

"Saya yakin karena kamu pilihan saya."

Se-pede itukah seorang Farel, memang begitulah Farel.

"Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan. Saya hanya berharap, kamu tetap ingat! Jika ada saya sedang menunggu kamu. Yang artinya kamu tidak boleh berpaling pada siapapun. Jangan pikirkan siapapun kecuali saya.".

Sinta menganga tak percaya dengan ucapan Farel. Apa ada orang se-pede ini bicara seolah Sinta adalah miliknya. Padahal mereka bukan siapa-siapa.

"Jika kamu berpaling dari saya. Saya pastikan detik itu juga akan menikahi mu."

"Kakak ngancem saya?"

"Gak!"

Jawab santai Farel membuat Sinta benar-benar tak habis pikir. Sinta baru Nemu laki-laki model kaya gini. Pede nya sungguh selangit.

"Saya hanya ingin bicara itu saja."

Farel kemudian mengambil sebuah kotak biru dan juga sepucuk surat memberikannya pada Sinta.

"Simpan dan baca baik-baik. Itu sebagai pengingat! Bahwa kamu milik saya."

"Ap--"

"Sudah! Saya permisi. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa-wa- waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Gagap Sinta dengan mulut masih menganga. Sinta menatap kepergian Farel linglung. Sungguh, percakapan seperti apa barusan. Sinta benar-benar tak mengerti.

Sinta menatap nanar kotak dan Sepucuk surat tersebut. Entah apa isinya yang jelas Sinta tak bodoh.

Sinta memilih langsung pergi ke kamar saja. Saat ini Sinta tak mau di tanya sama siapapun. Sinta cukup shok dan dan pusing intinya.

Farel benar-benar tak memberikan kesempatan sedikitpun pada Sinta untuk bicara. Sinta tak tahu harus seperti apa.

"Miliknya!"

Sinta menggelengkan kepala meniru ucapan Farel tadi. Sinta tak habis pikir. Bagaimana bisa Farel mengklaim jika Sinta adalah miliknya. Apa benar Farel akan menunggu dirinya. Jika di tengah perjalanan Farel berpaling bagaimana. Sinta sungguh pusing, bagaimana cara mengatakannya.

Sinta menatap surat dan kotak cincin di tangannya. Ada perasaan aneh yang menjalar. Namun, entah apa? Sinta tak tahu. Walau Sinta cukup salut akan keberanian Farel yang terang-terangan datang mengungkapkan perasaannya.

Sungguh aneh bukan? Tiba-tiba datang laki-laki melamarnya dengan paksa. Antara kesal, jengkel dan entahlah.

Sinta tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi. Sangat menggelitik hati Sinta. Apalagi mengingat pede nya Farel bicara. Seolah mereka sudah kenal lama. Padahal Sinta tak pernah bertegur sapa sebelumnya. Memang, mereka pernah bertemu tapi itu juga sebatas terlihat tak saling menyapa.

Sinta penasaran dengan isi surat yang Farel tulis. Sinta perlahan membukanya dengan hati-hati sambil duduk di bibir ranjang.

Tiba-tiba wajah Sinta bersemu merah dengan bibir mengulum senyum geli. Entah apa isi surat tersebut. Sampai bisa membuat Sinta salah tingkah sendiri.

Sinta langsung melipat kembali dan membuka kotak cincin tersebut.

"Cantik!"

Celetuk Sinta dengan mata berbinar menatap cincin dengan berlian kecil. Cincin itu sangat cantik dengan desain sederhana. Sinta menyukainya.

Pasti harga cincin itu sangat lah mahal.

"Belum saat nya."

Sinta kembali menutup kotak cincin tersebut lalu menyimpannya di dalam laci berikut suratnya.

"Aku tak menyangka, jika rumor yang ku dengar benar."

Celetuk Sinta menghela nafas pelan. Siapa yang tak kenal dengan Farel. Mahasiswa terpopuler dengan julukan pap boy. Walau mereka beda gedung tapi kepopuleran Farel sampai di telinga Sinta. Pemuda yang begitu di gilai kau hawa. Bahkan sahabat Sinta pun sering membicarakannya.

Namun, siapa sangka Farel malah datang pada Sinta dengan terang-terangan. Siapa lah Sinta. Hanya gadis sederhana yang tak punya orang tua. Beruntung Allah masih menyayangi nya hingga menghadirkan rumah Adam Hawa di hidup Sinta.

"Jika kakak serius dengan ucapan kakak. Maka aku tak bisa berbuat apa-apa. Akan ku jaga hati ini untuk kakak. Semoga Allah meridhoi jalan kita."

Bersambung ....

Jangan lupa Like Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

Episodes
1 Bab 1 Enam tahun lalu ....,
2 Bab 2 Cantik!
3 Bab 3. Dua hari lagi?
4 Bab 4 Jalan-jalan
5 Bab 5 Menjemput kebahagiaan
6 Bab 6 Awal mula kebencian itu muncul
7 Bab 7 Masih sakit
8 Bab 8 Pindah tugas
9 Bab 9 Hari pertama pindah kerja
10 Bab 10 Saya bingung!
11 Bab 11 Maafkan saya.
12 Bab 12 Saya malu ..,
13 Bab 13 Pawang
14 Bab 14 Melihat hantu
15 Bab 15 Lima detik
16 Bab 16 Menggemaskan
17 Bab 17 Berujung petaka
18 Bab 18 Dasar ceroboh
19 Bab 19 Pergi!
20 Bab 20 Manja
21 Bab 21 Posesif
22 Bab 22 Pengakuan
23 Bab 23 Babak baru
24 Bab 24 Dokter Sinta!
25 Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?
26 Bab 26 Cucu anda memaksa, saya.
27 Bab 27 Kecewa
28 Bab 28 Gara-gara telepon
29 Bab 29 Kamu mendua?
30 Bab 39 Belum terbiasa
31 Bab 30 Kita bertemu lagi ...
32 Bab 31 Pecel ayam
33 Bab 32 Terimakasih calon istri.
34 Bab 33 Bulsit
35 Bab 34 Aku tahu.
36 Bab 35 Calon mantu
37 Bab 36 Ya
38 Bab 37 Sudah halal
39 Bab 38 Akhh!!!
40 Bab 40 Gaun pengantin.
41 Bab 41 Resepsi pernikahan
42 Bab 42 Jepang
43 Bab 43 Saling menjaga perasaan
44 Bab 44 Ayo lakukan, ...
45 Bab 45 Bu dokter paling tahu.
46 Bab 46 Mertua baik
47 Bab 47 Malam panjang
48 Bab 48 Kamu bukan obat
49 Bab 49 Gaya baru, sayang
50 Bab 50 Sleep call
51 Bab 51 Persiapkan Mental
52 Bab 52 Berdamai
53 Bab 53 Luapan Rindu
54 Bab 54 Sejenak mengenang masa lalu
55 Bab 55 Itu privasi
56 Bab 56 Meleleh hati adek
57 Bab 57 Muhamad Farel
58 Bab 58 Makanan gak di masak tapi bukan cemilan
59 Bab 59 Nakal
60 Bab 60 Ngidam
61 Bab 61 Cerita orang hamil
62 Bab 62 Gara-gara rujak
63 Bab 63 Kakak jahat
64 Bab 64 Makin jatuh cinta
65 Bab 65 Kesalahpahaman.
66 Bab 66 Mau jadi mantu saya?
67 Bab 67 Kita ke hotel
68 Bab 68 Menghabiskan waktu berdua
69 Bab 69 Melahirkan
70 Bab 70 Adiba Hanifa Khanza
71 Bab 71 Dia!
72 Bab 72 Salah paham
73 Bab 73 Gemasnya, ..
74 Bab 74 Permintaan Aurora
75 Bab 75 Gak mau berbagi
76 Bab 76 Nasihat Farel
77 Bab 77 Kehangatan keluarga
78 Bab 78 Akting sempurna
79 Bab 79 Deal!
80 Bab 80 Sepucuk surat
81 Bab 81 Extra prat
82 Bab 82 Abi sudah ada calon
83 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1 Enam tahun lalu ....,
2
Bab 2 Cantik!
3
Bab 3. Dua hari lagi?
4
Bab 4 Jalan-jalan
5
Bab 5 Menjemput kebahagiaan
6
Bab 6 Awal mula kebencian itu muncul
7
Bab 7 Masih sakit
8
Bab 8 Pindah tugas
9
Bab 9 Hari pertama pindah kerja
10
Bab 10 Saya bingung!
11
Bab 11 Maafkan saya.
12
Bab 12 Saya malu ..,
13
Bab 13 Pawang
14
Bab 14 Melihat hantu
15
Bab 15 Lima detik
16
Bab 16 Menggemaskan
17
Bab 17 Berujung petaka
18
Bab 18 Dasar ceroboh
19
Bab 19 Pergi!
20
Bab 20 Manja
21
Bab 21 Posesif
22
Bab 22 Pengakuan
23
Bab 23 Babak baru
24
Bab 24 Dokter Sinta!
25
Bab 25 Apa kamu, colon istri cucu saya?
26
Bab 26 Cucu anda memaksa, saya.
27
Bab 27 Kecewa
28
Bab 28 Gara-gara telepon
29
Bab 29 Kamu mendua?
30
Bab 39 Belum terbiasa
31
Bab 30 Kita bertemu lagi ...
32
Bab 31 Pecel ayam
33
Bab 32 Terimakasih calon istri.
34
Bab 33 Bulsit
35
Bab 34 Aku tahu.
36
Bab 35 Calon mantu
37
Bab 36 Ya
38
Bab 37 Sudah halal
39
Bab 38 Akhh!!!
40
Bab 40 Gaun pengantin.
41
Bab 41 Resepsi pernikahan
42
Bab 42 Jepang
43
Bab 43 Saling menjaga perasaan
44
Bab 44 Ayo lakukan, ...
45
Bab 45 Bu dokter paling tahu.
46
Bab 46 Mertua baik
47
Bab 47 Malam panjang
48
Bab 48 Kamu bukan obat
49
Bab 49 Gaya baru, sayang
50
Bab 50 Sleep call
51
Bab 51 Persiapkan Mental
52
Bab 52 Berdamai
53
Bab 53 Luapan Rindu
54
Bab 54 Sejenak mengenang masa lalu
55
Bab 55 Itu privasi
56
Bab 56 Meleleh hati adek
57
Bab 57 Muhamad Farel
58
Bab 58 Makanan gak di masak tapi bukan cemilan
59
Bab 59 Nakal
60
Bab 60 Ngidam
61
Bab 61 Cerita orang hamil
62
Bab 62 Gara-gara rujak
63
Bab 63 Kakak jahat
64
Bab 64 Makin jatuh cinta
65
Bab 65 Kesalahpahaman.
66
Bab 66 Mau jadi mantu saya?
67
Bab 67 Kita ke hotel
68
Bab 68 Menghabiskan waktu berdua
69
Bab 69 Melahirkan
70
Bab 70 Adiba Hanifa Khanza
71
Bab 71 Dia!
72
Bab 72 Salah paham
73
Bab 73 Gemasnya, ..
74
Bab 74 Permintaan Aurora
75
Bab 75 Gak mau berbagi
76
Bab 76 Nasihat Farel
77
Bab 77 Kehangatan keluarga
78
Bab 78 Akting sempurna
79
Bab 79 Deal!
80
Bab 80 Sepucuk surat
81
Bab 81 Extra prat
82
Bab 82 Abi sudah ada calon
83
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!