NovelToon NovelToon

Sepucuk Surat

Bab 1 Enam tahun lalu ....,

Waktu itu ....

Kedatangan Malik dan Aurel di sambut hangat oleh anak-anak.

Seperti biasa di hari weekend, Anak-anak akan berkumpul sekedar belajar, olah raga, ada juga yang bermalas-malasan.

Kakak Aish sangat senang sekali di kelilingi banyak orang.

Bermain bersama anak-anak Adam hawa. Sedang Malik, Aurel, Raja dan Sinta berada di ruang khusus.

Sinta merasa ada sesuatu yang terjadi. Apalagi suasana terasa menegangkan. Sinta tak tahu, ia berpikir, kesalahan apa yang ia buat sampai di sidang begini.

Sinta merasa ia tak pernah melakukan kesalahan apapun.

Karena tak biasanya mereka bicara di ruang khusus.

Aurel memegang tangan Malik, mencoba memberikan semangat. Aurel percaya, Malik mampu memutuskan yang terbaik.

"Sinta, ada yang mau kakak bicarakan?"

"Jangan buat Sinta takut, kak. Jujur Sinta sangat takut?"

Aurel berpindah duduk di samping Sinta. Menggenggam tangan Sinta yang terasa dingin dan gemetar.

"Rileks, sayang."

"Ada yang ingin melamar, Sinta. Bagaimana pendapat Sinta?"

Awwss!

Aurel meringis tatkala Sinta meremas tangannya. Sontak saja Sinta melepaskan tangannya, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan.

"Astaghfirullah! Maaf, maaf kak. Sinta gak sengaja?"

"Tidak apa, kakak mengerti."

Buru-buru Aurel menenangkan Sinta. Sinta pasti terkejut sampai meremas lengan Aurel. Mata Sinta terus berputar bingung mencari sebuah jawaban. Apa yang harus ia jawab.

Belum juga rasa sakit akibat kejadian tempo hari. Ketika Bunda Zahra be celetuk tanpa sengaja menginginkan ia jadi menantunya. Kini Sinta harus di hadapkan lagi dengan perkara yang ingin Sinta hindari.

Padahal, Sinta sudah berdoa pada Allah semoga Raja segera mendapatkan jodoh.

Ragu-ragu Sinta menatap Raja dengan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.

"Bu-bukankah, kak Raja menolak lamaran itu?"

"Hah!"

Raja terperangah menatap tajam Malik. Raja kesal karena Sinta salah paham. Kenapa Sinta bisa berpikir jika yang melamarnya Raja.

Bagaimana Sinta tidak salah paham, jika Malik tidak menjelaskannya lebih awal. Jadi salah paham begini.

"Begini, dek. Bukan kak Raja yang ingin melamar Sinta. Tapi, Farel. Adik sepupu kak Malik. Bagaimana menurut adek. Kami tidak memaksa, hanya ingin tahu pendapat adek?"

"Ja-jadi bukan kak Raja?"

"Bukan kakak, Sinta. Kamu sudah seperti adik buat kakak."

Tegas Raja membuat Sinta menunduk. Sinta tak tahu harus menjawab apa. Pikirannya bleng.

Sinta tak tahu siapa Farel, bagaimana sikapnya. Walau Sinta selentingan suka mendengar tentang Farel dari teman-teman kampusnya yang banyak mengidolakan Farel.

"Kakak hanya ingin tahu saja pendapat Sinta. Bagaimana?"

Sinta menatap Aurel seolah meminta bantuan. Namun, Aurel hanya diam saja membiarkan Sinta menjawab dengan pendirian Sinta sendiri.

"Kalau Sinta menolak?"

"Apa alasan tepat, akan jawaban itu?"

"Sinta hanya ingin fokus pada kuliah Sinta dulu dan adik-adik. Apalagi Sinta juga harus mengurus perusahaan Rumah Adam Hawa. Sinta hanya ingin kak Malik dan kak Raja bangga sama Sinta. Sinta takut, tidak bisa membagi waktu jika sudah menikah. Apalagi Sinta tak mau jauh dari adik-adik."

Kini, Malik mengerti. Ia sudah mendapatkan solusi jalan mana yang harus ia ambil. Jawaban Sinta adalah jalan solusi itu sendiri.

"Baik. Sinta jangan terlalu di pikirkan masalah lamaran ini. Sisanya biar kakak yang akan urus."

"Terimakasih banyak, kak dan maaf."

"Tidak apa. Kita tidak tahu jalan takdir Allah yang mana yang terbaik. Kamu jalani aktivitas kamu. Maaf, kakak menyita waktu kamu."

"Tidak apa, kalau begitu Sinta permisi. Assalamualaikum."

Malik menghela nafas panjang, begitupun dengan Raja. Raja menatap Malik, intens. Raja tidak tahu jalan mana yang akan Malik lakukan. Sudah tahu jawaban Sinta, maka Malik hanya perlu menyampaikan apa yang di rasakan Sinta.

"Sayang, bisa tinggal di sini lebih lama?"

"Bisa, bi. Pergilah, selesai kan semuanya."

"Terimakasih, sayang."

"Ja, ayo!"

Malik dan Raja berniat langsung pergi ke kediaman om Zaenal dan Tante Maryam. Malik tak ingin membuat mereka menunggu lama jawaban.

Jika Sinta sudah menjawab, maka Malik tinggal menyampaikan.

Setibanya di kediaman om Zaenal. Seorang penjaga yang memang mengenal Malik dan Raja langsung mempersilahkan mereka masuk.

Om Zaenal cukup terkejut akan kedatangan keponakannya. Namum, melihat Malik datang dengan Raja seperti nya ada kabar yang akan mereka dengar.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, om."

Malik mencium punggung tangan om Zaenal karena kebetulan di ruang keluarga cuma ada om Zaenal.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, Ibra. Silahkan duduk, nak."

Malik dan Raja duduk, sedang om Zaenal pergi ke dapur guna memberitahukan istrinya jika ada tamu.

Om Zaenal kembali berserta Tante Maryam dengan nampan di tangannya.

"Jujur, om cukup terkejut akan kedatangan kalian. Namun, om berharap ada kabar baik yang om dapatkan."

Raja tersenyum Begitupun dengan Malik. Hal wajar bagi seseorang bicara begitu.

"Begini om, Tante. Kedatangan Ibra dan Raja ke sini. Kami hanya ingin menyampaikan sebagai atas jawaban Sinta sendiri."

"Katakan, nak. Tante berharap, hal baik yang Tante dengar."

"Sinta menolak akan lamaran itu."

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Apa benar kak. Sinta Menolak nya?"

Deg!

Semuanya cukup terkejut akan kedatangan Farel tiba-tiba. Farel langsung duduk di samping kedua orang tuanya. Farel menatap Malik serius. Ia ingin memperjelas semuanya.

"Katakan kak. Apa benar Sinta menolak lamaran Farel?"

"Nak, dengar dulu penjelasan kak Ibra. Kamu tenang ya?"

Tegur Maryam pada putranya.

"Maaf ummi."

Farel menunduk, meremas jari-jari nya. Rasanya Farel masih tak percaya jika lamarannya di tolak Sinta.

"Sinta memang menolak nya. Namun, dia punya alasan kuat untuk itu."

"Kalau boleh om tahu. Apa alasan Sinta, nak?"

"Sebelumnya. Om, Tante dan Farel harus tahu. Ada tanggung jawab besar di pundak Sinta saat ini. Sinta sedang mengelola perusahaan rumah Adam Hawa. Sendari kecil Sinta tinggal di sana. Sinta juga anak pertama yang tinggal di sana. Sinta merasa ia terlalu kecil untuk menjalani pernikahan. Sinta ingin fokus terlebih dahulu pada kuliah ya, perusahaan terutama pada adik-adik. Seperti yang kalian tahu. Anak-anak sangat dekat dengan Sinta. Itulah yang menjadi alasan Sinta menolak nya."

"Dan Sinta pernah berkata " Sinta ingin tetap tinggal di rumah Adam Hawa setelah menikah. Bagi Sinta, rumah Adam Hawa adalah jiwanya". Semoga om dan Tante begitupun Farel, kalian mengerti."

Tambah Raja menatap Farel yang sejak tadi menunggu.

"Om semakin menyukainya."

Celetuk om Zaenal membuat istrinya menatap tajam.

"Ummi, Abi. Sinta menolak Farel."

"Kau memang bukan putraku."

"Abi!!"

Gemas ummi Maryam pada suaminya. Sudah tahu anak nya sedang patah hati malah bercanda.

"Apa kau belum mengerti juga. Sinta bukan menolak. Tapi, kau harus menunggu!"

"Maksudnya?"

Farel mengangkat kepalanya tak mengerti. Begitupun dengan Raja dan Malik, tak tahu maksud dari ucapan om Zaenal.

"Farel- Farel, kau ini. Apa kau tidak mencerna setiap ucapan yang kakak mu tadi bilang. Pertama, Sinta punya tanggung jawab di perusahaan. Ke dua, Sinta masih kuliah. Ke tiga, Sinta sayang anak-anak, dia tak mau meninggalkan rumah Adam Hawa. Yang artinya, Semua bukan tentang perusahaan ataupun kuliah. Tapi, tentang anak-anak dan rumah. Artinya, kau jika ingin menjadikan Sinta Istri. Kau harus bersedia tinggal di sana dan menunggu sampai anak-anak masuk universitas."

"Maksud nya? Farel gak ngerti Abi?"

"Kau ini. Sinta itu punya adik 14 orang. Satu masih SD. Enam masih SMP dan 7 masih SMA. Yang artinya, Sinta ingin ketika dia menikah ketujuh adiknya yang sudah SMA bisa membantu dia di perusahaan. Jadi beban Sinta sedikit berkurang dan dia bisa fokus pada suaminya jika menikah nanti. Sudah mengerti!"

Farel terdiam mencerna setiap kata yang abi nya jelaskan. Masuk akal! Bahkan Malik dan Raja pun tidak bisa menebak ke arah saja.

Bersambung ...

Jangan lupa Like Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

Bab 2 Cantik!

"Ya Allah, apa Sinta salah menolak niat baik orang. Ya Allah, kau yang maha tahu sebenarnya Niat Sinta apa. Sinta takut, jika menerimanya Sinta tak bisa membagi waktu untuk suami Sinta nanti. Anak-anak masih butuh Sinta. Sinta hanya ingin melihat anak-anak mandiri agar Sinta tidak merasa khawatir."

Adu Sinta pada Allah. Sinta mencurahkan segala isi hatinya pada Allah. Karena Sinta yakin, Allah maha tahu segalanya apa yang terbaik untuknya.

Saat ini Sinta hanya ingin fokus pada adik-adik nya. Mengajarkan adik-adik mengelola perusahaan agar nanti ketika Sinta Menikah. Sinta bisa menyerahkan perusahaan pada adik-adik nya dan Sinta bisa fokus pada suaminya nanti.

Sinta tak mau membebani Raja ataupun Malik suatu hari nanti. Sinta ingin mandiri dan mengajarkan adik-adik nya pun begitu.

Sinta tidak ada niat yang lain. Apalagi yang datang padanya dari keluarga baik-baik walau Sinta belum tahu bagaimana sikap dan sifat nya Farel.

Sinta yakin, jika jodoh mungkin Farel mau menunggunya. Walau Sinta tidak berharap lebih. Sinta hanya ingin Fokus pada tujuan awalnya. Apalagi Sinta tak tahu, jika Raja menikah apa Raja akan tinggal di rumah Adam Hawa atau pindah seperti Malik. Sinta hanya memikirkan kemungkinan terburuknya saja. Jika Raja akan keluar, maka Sinta harus siap mengurusnya sendiri.

Itulah kenapa Sinta, ingin mengasah anak-anak di perusahaan agar mengerti dan tidak perlu di ajarkan lagi. Dan nanti, adik-adik nya bisa mengajarkan pada adik-adik yang lain.

Apalagi, Aurora masih SD dan butuh banget Sinta. Mungkin, jika Aurora sudah masuk SMP sedikit lebih dewasa dalam menjalani harinya dan Sinta tidak terlalu khawatir nantinya.

Saat ini Aurora kelas dua SD dan akan berganti seragam tepat dengan Sinta lulus kuliah nanti.

Tok .. Tok ..

Sinta di kejutkan dengan suara ketukan pintu. Sinta menyudahi curhatnya pada Allah. Sinta segera membuka mukena dan membuka pintu.

"Assalamualaikum, kak. Di panggil kak Raja."

"Waalaikumsalam, dek. Baik."

Sinta menutup pintu mengikuti langkah Aurora.

Deg!

Sinta cukup terkejut mendapati Raja dan Farel ada di ruang tamu. Sinta berusaha menenangkan diri.

"Assalamualaikum, kak. Kata Aurora, kakak manggil Sinta?"

"Iya, Duduk sini."

Sinta langsung duduk di hadapan Farel. Tatapan Sinta sendari tadi menunduk tidak berani sedikitpun mengangkat kepalanya kecuali pada Raja saja.

"Ada yang ingin Farel sampaikan. Bicaralah kalian. Kakak akan memantau di luar."

Sinta cukup terkejut, namun tak bisa berbuat lebih.

Raja membiarkan ruang untuk Farel bicara pada Sinta.

Suasana seketika menjadi canggung. Namun, Farel yang notabene nya dad boy, dulu. Tentu bisa mengatasi suasana canggung ini.

"Saya sudah dengar jawaban kamu."

Ucap Farel mengawali bicaranya sambil menatap Sinta yang sendari tadi terus menunduk.

"Saya mengerti dan akan menunggu."

Deg!

Sinta terkejut akan ucapan Farel tentang menunggu.

"Saya akan menunggu kamu sampai kamu siap nanti."

Ucap Farel memperjelas ucapannya. Farel memang bukan orang yang bertele-tele. Ia lebih suka berucap jujur, apa adanya yang ia rasakan.

"Tidakkah kakak lelah."

Celetuk Sinta memberanikan diri angkat bicara.

"Lelah menunggu! Kita sebelum nya tidak saling kenal. Kenapa bisa seyakin itu?"

"Saya yakin karena kamu pilihan saya."

Se-pede itukah seorang Farel, memang begitulah Farel.

"Lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan. Saya hanya berharap, kamu tetap ingat! Jika ada saya sedang menunggu kamu. Yang artinya kamu tidak boleh berpaling pada siapapun. Jangan pikirkan siapapun kecuali saya.".

Sinta menganga tak percaya dengan ucapan Farel. Apa ada orang se-pede ini bicara seolah Sinta adalah miliknya. Padahal mereka bukan siapa-siapa.

"Jika kamu berpaling dari saya. Saya pastikan detik itu juga akan menikahi mu."

"Kakak ngancem saya?"

"Gak!"

Jawab santai Farel membuat Sinta benar-benar tak habis pikir. Sinta baru Nemu laki-laki model kaya gini. Pede nya sungguh selangit.

"Saya hanya ingin bicara itu saja."

Farel kemudian mengambil sebuah kotak biru dan juga sepucuk surat memberikannya pada Sinta.

"Simpan dan baca baik-baik. Itu sebagai pengingat! Bahwa kamu milik saya."

"Ap--"

"Sudah! Saya permisi. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa-wa- waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Gagap Sinta dengan mulut masih menganga. Sinta menatap kepergian Farel linglung. Sungguh, percakapan seperti apa barusan. Sinta benar-benar tak mengerti.

Sinta menatap nanar kotak dan Sepucuk surat tersebut. Entah apa isinya yang jelas Sinta tak bodoh.

Sinta memilih langsung pergi ke kamar saja. Saat ini Sinta tak mau di tanya sama siapapun. Sinta cukup shok dan dan pusing intinya.

Farel benar-benar tak memberikan kesempatan sedikitpun pada Sinta untuk bicara. Sinta tak tahu harus seperti apa.

"Miliknya!"

Sinta menggelengkan kepala meniru ucapan Farel tadi. Sinta tak habis pikir. Bagaimana bisa Farel mengklaim jika Sinta adalah miliknya. Apa benar Farel akan menunggu dirinya. Jika di tengah perjalanan Farel berpaling bagaimana. Sinta sungguh pusing, bagaimana cara mengatakannya.

Sinta menatap surat dan kotak cincin di tangannya. Ada perasaan aneh yang menjalar. Namun, entah apa? Sinta tak tahu. Walau Sinta cukup salut akan keberanian Farel yang terang-terangan datang mengungkapkan perasaannya.

Sungguh aneh bukan? Tiba-tiba datang laki-laki melamarnya dengan paksa. Antara kesal, jengkel dan entahlah.

Sinta tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi. Sangat menggelitik hati Sinta. Apalagi mengingat pede nya Farel bicara. Seolah mereka sudah kenal lama. Padahal Sinta tak pernah bertegur sapa sebelumnya. Memang, mereka pernah bertemu tapi itu juga sebatas terlihat tak saling menyapa.

Sinta penasaran dengan isi surat yang Farel tulis. Sinta perlahan membukanya dengan hati-hati sambil duduk di bibir ranjang.

Tiba-tiba wajah Sinta bersemu merah dengan bibir mengulum senyum geli. Entah apa isi surat tersebut. Sampai bisa membuat Sinta salah tingkah sendiri.

Sinta langsung melipat kembali dan membuka kotak cincin tersebut.

"Cantik!"

Celetuk Sinta dengan mata berbinar menatap cincin dengan berlian kecil. Cincin itu sangat cantik dengan desain sederhana. Sinta menyukainya.

Pasti harga cincin itu sangat lah mahal.

"Belum saat nya."

Sinta kembali menutup kotak cincin tersebut lalu menyimpannya di dalam laci berikut suratnya.

"Aku tak menyangka, jika rumor yang ku dengar benar."

Celetuk Sinta menghela nafas pelan. Siapa yang tak kenal dengan Farel. Mahasiswa terpopuler dengan julukan pap boy. Walau mereka beda gedung tapi kepopuleran Farel sampai di telinga Sinta. Pemuda yang begitu di gilai kau hawa. Bahkan sahabat Sinta pun sering membicarakannya.

Namun, siapa sangka Farel malah datang pada Sinta dengan terang-terangan. Siapa lah Sinta. Hanya gadis sederhana yang tak punya orang tua. Beruntung Allah masih menyayangi nya hingga menghadirkan rumah Adam Hawa di hidup Sinta.

"Jika kakak serius dengan ucapan kakak. Maka aku tak bisa berbuat apa-apa. Akan ku jaga hati ini untuk kakak. Semoga Allah meridhoi jalan kita."

Bersambung ....

Jangan lupa Like Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ...

Bab 3. Dua hari lagi?

... Saat Ini ...

Senyum indah menghiasi wajah Sinta. Kebahagiaan terlihat begitu jelas di wajahnya. Hari ini adalah hari di mana Sinta mendapatkan sertifikat resmi gelar seorang dokter.

Empat tahun kuliah kedokteran. Dua tahun masa percobaan di sebuah rumah sakit rekomendasi dari kampus. Kini, Sinta berhasil menjadi dokter spesialis bedah.

Cita-cita dengan penuh perjuangan dan keringat. Tidaklah mudah bagi Sinta hadapi. Apalagi satu-satunya menjadi sanggah bagi ke empat belas adiknya.

Sinta Putri Adam yang tumbuh di rumah Adam Hawa (Panti asuhan) bersama keempat belas anak yatim piatu lainnya. Semua sudah Sinta anggap sebagai adiknya sendiri.

Sinta menjadi patokan, panutan yang adik-adik contoh. Mereka semua menyayangi Sinta. Saling melindungi dan menjaga.

Dengan semangat Sinta membawa mobilnya meninggalkan rumah sakit tempat ia bekerja. Sebelum pulang, Sinta mampir ke sebuah restoran.

"Selamat sore, mba Sinta?"

Sapa tukang parkir yang sudah mengenal Sinta cukup lama. Sinta tersenyum pada mas parkir. Sinta memang gadis murah senyum dan baik pada siapapun.

"Sore, mas."

Sudah biasa Sinta memanggil tukang parkir dengan sebutan mas. Karena yang menjadi tukang parkir di sana usianya mungkin sepuluh tahun lebih tua dari Sinta.

Dulu mas parkir orang yang selalu mengamen dari satu tempat ke tempat lain. Dan pernah menyelamatkan Sinta dari korban pencopetan di ibu kota. Karena kebaikan dan ke jujuran mas parkir. Sinta merasa kasihan dan menawarkan pekerjaan pada mas parkir. Karena tidak punya ijazah, SD pun tidak tamat. Hanya dapat pekerjaan jadi tukang parkir saja. Namun, bukan sembarang tukang parkir saja. Mas parkir juga di percaya menjaga restoran dari pencurian dan hal lainnya. Bahkan mas Parkir juga tinggal di sana karena di sediakan kamar cukup untuk mas parkir dan satu adiknya. Yang sekarang bisa sekolah satu kelas dengan Aurora.

"Mas Hendra, Sinta kedalam dulu ya."

"Silahkan, mba."

Mas Hendra mengangguk sopan, walupun tubuhnya banyak tato. Namun, mas Hendra pemuda yang baik. Maklum, dulu salah pergaulan yang katanya gaya-gaya an.

Sinta di sambut hangat oleh para pekerja.

"Jus alpukat, lima belas bok makan dan juga jus jeruk lima, jus semangka dua, jus mangga lima dan ..., yang terakhir jus naga tiga."

"Mba Nani ingat saja he ..,"

"Iya dong, sudah hapal di luar kepala."

Sinta terkikik geli. Sudah biasa bagi Sinta dan para pekerja restoran Raja seakrab itu. Sinta yang tak pernah memandang rendah siapapun. Bagi Sinta, semuanya setara di mata Allah terlebih bedanya profesi pekerjaan.

Mba Nani pergi kebelakang guna memberitahukan kan pesanan Sinta. Semua para pekerja sudah tahu siapa Sinta bagi Raja. Begitupun jika ada anak-anak rumah Adam Hawa berkunjung ke sana.

Menunggu pesanannya datang, Sinta menikmati jus alpukat nya.

Rencananya Sinta memang mau mengadakan syukuran kecil atas keberhasilannya. Walau Sinta sedikit sedih karena Raja dan Amelia tidak bisa hadir lantaran ibu Amelia meninggal dunia.

Begitupun dengan Malik dan Aurel, karena anak ketiganya sakit jadi mereka juga tidak bisa datang. Sinta akan mengadakan acara syukuran bersama anak-anak saja.

Dua puluh menit, Sinta menunggu akhirnya pesanannya sudah selesai. Mba Nani menyuruh karyawan lain langsung memasukan pesanan Sinta kedalam mobil Sinta. Mas Hendra dengan sigap membantu juga. Sudah selesai semuanya Sinta bergegas pulang.

"Hati-hati, mba."

"Siap mas Hendra. Titip salam buat Nandini. Kalau ada waktu ajak Nandini ke Rumah Adam Hawa. Aurora pasti senang."

"Siap, mba. Waalaikumsalam, nanti saya sampaikan."

"Mari, mas. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Sinta meninggalkan restoran langsung menuju rumah Adam Hawa.

Acara syukuran di lakukan malam dimana acaranya di pimpin oleh suami mba Mawar.

(Jangan lupa baca novel The Night moon ya. Karena nama-nama yang muncul, nama-nama dari novel the night moon. Biar paham dan gak pusing🙏)

Sudah selesai acara barulah semuanya makan-makan.

"Terimakasih mba Mawar sudah mau datang. Sinta senang banget."

"Sama-sama. Mba juga senang dan selamat Atas gelar dokternya."

"Mba bisa saja, Rehan kok gak di ajak?"

"Gak mau ikut. Rehan ikut dengan kakek nya."

Rehan putra dari Mawar yang sekarang usianya sudah menginjak tiga tahun.

Mereka berbincang-bincang ringan sambil menikmati hidangan.

Nikmat Tuhan yang mana yang kau dustakan. Sudah selesai semuanya Mawar dan suaminya pamit pulang.

"Selamat atas keberhasilan kakak."

Deg!

Sinta terkejut dan juga terharu akan kejutan yang di berikan anak-anak. Satu persatu mereka memberikan hadiah pada Sinta. Sinta begitu bahagia. Bahkan Sinta tidak bisa menggambarkan begitu bahagia dia.

"Besok jadi kan, kita jalan-jalan ke depan?"

Tanya Marsel mewakili anak-anak.

"Jadi dong, Kakak sudah membeli tiketnya."

Hore!

Semua bersorak gembira melihat tiket online yang sudah Sinta pesan.

Sinta memang sudah berjanji akan membawa anak-anak pergi berlibur.

"Karena besok kita akan menghabiskan waktu bersama. Adik-adik sekarang tidur ya."

"Siap, kak."

Semua anak-anak nampak kompak pergi ke kamar masing-masing. Karena anak-anak sudah semakin dewasa dua tahun lalu memang rumah Adam Hawa di renovasi. Supaya mereka mempunyai kamar masing-masing. Anak-anak sudah menginjak dewasa tentu mereka butuh privasi.

Keadaan rumah Adam Hawa mulai nampak sepi. Sinta masih betah duduk di ruang keluarga. Ruang di mana menjadi saksi bisu sebuah janji terucap.

"Dua hari lagi?"

Gumam Sinta mengingat dimana dua hari lagi tanggal yang di tentukan.

Sinta membuka buku catatannya, terselip sepucuk surat di sana. Surat yang terlihat mulai lecet akibat sering di baca. Bahkan warnanya juga sudah tidak secerah lagi. Hanya rangkaian tulisannya saja yang masih utuh. Entah tinta apa yang di pakai hingga enam tahun tulisan itu tidak berubah.

Dua hari lagi Sinta akan mengambil keputusan besar. Sebuah keputusan yang akan merubah kehidupan Sinta.

Nyatanya selama enam tahun Sinta menyelipkan satu nama dalam setiap bait doanya. Satu nama yang tak tahu maknanya apa. Tapi, Sinta selalu menempatkannya di tempat yang istimewa. Tidak ada ikatan yang mengikat mereka. Namun, sebuah komitmen telah Sinta pegang.

Sinta kembali membaca bait demi bait tulisan yang tertulis di sana. Entah kata apa yang tertulis di sana sampai membuat Sinta menutup rapat hatinya hanya demi menjaga untuk seorang Muhammad Farel Al-karim.

Laki-laki yang dengan berani datang mengklaim bahwa Sinta adalah miliknya.

Selama enam tahun Sinta benar-benar fokus pada kuliah dan pekerjaan nya. Dan waktu yang di tentukan telah tiba.

..."Entah berubah atau masih sama. Kami tidak saling bertemu namun kenapa sekuat ini. Dua hari lagi Aku akan menunggu kakak di sini. Di tempat di mana kakak datang."...

..."Angin selalu membawa namamu. Membuat aku cemburu tanpa memiliki. Entah bagaimana perjalan mu di sana. Menyebut namamu saja aku tak mampu. Kamu masih belum halal untukku. Namun, hati ini tak bisa bohong bahwa selama ini aku menjaga hatiku."...

Sinta menghentikan gerakan tangannya. Dadanya berdebar hebat entah karena apa. Apa karena pertemuan mereka yang sebentar lagi atau ada hal lain. Entahlah.

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen, dan Vote Terimakasih ....

Visual pemain ada di IG Author @rahmaqolayuby. Bisa di lihat juga di Tiktok Rahmaqolayuby

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!